Sinopsis Lakorn : My Cinderella Girl Episode 09-1/5

Sinopsis Lakorn : My Cinderella Girl Episode 09-1/5
Images by : Channel 3
Wat masuk ke ruangan dan melihat Phu bersama Prim serta Boot. Semuanya juga kaget melihat Wat. Wat mendekat ke Prim. Boot tegang melihatnya.
“Aku menyukaimu, Khun Prim. Aku menyukaimu sejak pertama kita bertemu. Meskipun aku sudah sering pacaran dengan banyak wanita, tapi… kau adalah orang pertama yang tidak pernah ingin ku sentuh. Aku tidak pernah ingin melihatmu memakai pakaian seksi. Aku tidak ingin kita hanya berakhir di atas tempat tidur. Aku ingin membangun keluarga bersamamu. Aku ingin bersamamu,” akui Wat. “Ini mungkin terdengar seperti hal yang tidak bisa di percaya. Tetapi, aku mohon agar kau bisa percaya padaku. Berikan aku kesempatan, untuk membuktikan perasaanku. Bahwa aku siap berubah menjadi lebih baik demimu. Bisakah aku mendapat kesempatan?”
Semua terdiam menanti jawaban Prim atas pernyataan Wat.
“Aku senang karena kau ingin berubah menjadi lebih baik. Tapi… aku ingin kau berubah demi dirimu sendiri. Demi ayah dan ibumu. Untuk mereka yang menyanyangimu. Dan itu bukan aku. Aku… tidak bisa memberikan kesempatan. Karena aku tidak pernah punya perasaan lebih padamu daripada teman,” jujur Prim.
Phu maju dan mengajak Wat bicara diluar. Tetapi, Wat menolak. Prim sudah menolaknya dan dia sedang patah hati sekarang. Tapi, biarkan dia melakukan sesuatu sebagai permintaan maaf karena sudah memukul Phu kemarin. Phu jelasn bingung dan bertanya apa yang hendak Wat lakukan.
“Khun Prim. Aku sudah berteman dengan Phu sejak kami masih kecil,” ujar Wat. Dan bersamaan dengan Vicky yang baru tiba untuk belajar. “Aku tidak pernah melihatnya menyukai wanita lain hingga aku hampir berpikir dia gay. Tapi, sekarang aku sudah tahu jawabannya, kenapa dia tidak pernah melihat wanita lain. Karena dia menjaga hatinya untuk seseorang sepertimu, Khun Prim.”

Vicky mendengar semua nya dan merasa sakit hati. Boot kaget melihat Vicky dan hendak memberi tanda kepada mereka kalau Vicky datang, tetapi tidak ada yang menyadari tandanya.
“Meskipun kau tidak mencintai orang sepertiku, tapi jika orang yang kau cintai adalah Phu, aku bahagia. Aku yakin kalau Phu sangat mencintaimu dan tidak akan membuatmu sedih. Khun Prim kau harus menyadari itu, kemarin dia telah menciummu untuk memberitahukan betapa besar rasa cintanya,” lanjut Wat.
Vicky tidak kuat mendengarnya dan beranjak keluar. Boot hanya bisa melihatnya.
Diluar, Vicky tidak bisa menahan tangisnya. Dia marah karena Phu bahkan sudah mencium Prim. Phu mencintai Prim. Itu membuatnya benar-benar kecewa sekaligus marah. Marah pada Prim karena telah merebut Phu-nya.
Wat meminta Prim untuk menjawab apa dia mencintai Phu? Phu juga menanti jawabannya. Dan Prim dengan berani, menjawab kalau dia mencintai Prim. Boot senang mendengarnya. Wat memberikan selamat pada Phu dan mengajak Touch pulang. Touch tidak bisa karena dia harus rapat. Boot menawarkan diri mengantarkan Wat pulang. Dia bahkan mengajak Touch untuk keluar dan tidak mengganggu Prim dan Phu.

Phu tersenyum lebar karena akhirnya cintanya berlabuh. Dia bahkan sudah menyebut Prim sebagai pacarnya. Prim malu dan mengingatkan kalau Phu kan sudah berjanji akan menunggunya hingga impiannya tercapai. Phu membenarkan, tetapi karena mereka sudah tahu perasaan masing-masing, bukankah mereka bisa pacaran. Prim tersenyum malu dan mengiyakan.

Wat duduk di depan kantor P.Paul dengan sedih. Boot menghampirinya dan duduk di sampingnya. Dia memuji Wat karena sudah melakukan hal yang benar. Wat membenarkan, tetapi perasaannya tetap saja sakit. Wat kemudian mencari Touch. Boot memberitahu kalau dia sudah bilang pada Touch, dia yang akan mengantar Wat. Hari ini, Wat ada janji untuk bertemu customer jam 5 sore. Wat menolak untuk bekerja, tetapi Boot memaksanya karena mereka harus mencari uang.
Saat hendak pulang, Vicky tanpa sengaja berjumpa dengan karyawan Phu yang membawa kotak. Vicky penasaran dan bertanya itu kotak apa? Karyawan itu memberitahu kalau itu sepatu untuk Prim dari Phu sebagai tanda terimakasih karena sudah mengajari Vicky.
“Lalu, bisakah aku yang membawakan hadiah ini untuk Khun Prim?” tanya Vicky. Karyawan itu tanpa curiga memberikannya kepada Vicky.


Vicky membawa kotak itu ke kamar mandi. Dia melihat sepatu itu dan merasa cemburu. Matanya kemudian melihat ada pot hiasan kamar mandi. Vicky memecahkan pot itu dengan menjatuhkannya ke lantai, setelah itu dia mengambil sebuah pecahannya. Matanya terlihat memikirkan sesuatu.

Vicky masuk menemui Prim dan bersikap seolah tidak ada yang terjadi. Dia meletakkan kotak hadiah itu di atas meja dan memberitahu kalau itu hadiah sepatu dari Phu untuk Prim karena sudah mengajarinya membuat sepatu.
Prim tanpa curiga melihat sepatu itu dan sangat kagum karena itu adalah sepatu dengan desai terbaru. Tetapi dia merasa tidak enak menerimanya dan hendak mengembalikannya.
“Berhenti bersikap seperti Nang’ek. Jika hanya sepasang sepatu, P’Phu juga tidak akan peduli,” ujar Vicky kesal.
Prim tidak peduli dengan perkataan Vicky. Tetapi, Vicky malah menyebut Prim tidak sopan karena menolak hadiah dari orang. Dia menyuruh Prim untuk menerima hadiah sepatu itu. Dia juga tidak suka di ajari secara gratis. Dia kemudian meminta Prim untuk mencoba sepatu itu sekarang, jika tidak cocok bisa di ganti langsung.
Prim menatapnya curiga. Vicky berbohong kalau dia hanya menyampaikan pesan orang yang memberikan sepatu.
Prim mengeluarkan sepatu itu dan hendak mencobanya. Vicky tersenyum sinis melihatnya. Tetapi, Prim tidak jadi mengenakan sepatu itu.
“Aku akan menunggu Khun Phu dan mencoba langsung di depannya,” ujar Prim.
“Kenapa? Kenapa kau harus menunggunya? Coba dan kenakan sekarang!” ujar Vicky dengan nada memerintah.
“Aku tidak mau. Kenapa kau memaksaku.”
“Karena aku punya niat baik.”
Prim menatapnya tajam, “Kau yakin? Kau punya niat baik?”
Vicky mengangguk. Prim segera menggoncangkan sepatunya dan pecahan pot bunga keluar dari dalam sepatu. Vicky terkejut karena Prim tahu niatnya.
“Jika kau ingin menyakiti orang lain dengan metode ini, tolong pakai pecahan yang lebih kecil daripada ini. Jadi, bagian depan sepatu tidak akan menggembung dan orang bisa sadar.”
Tetapi, Vicky malah bersikap seolah bukan dia yang meletakkan pecahan itu di dalam sepatu. Prim kesal, dia akan bertanya langsung ke orang yang memberikan sepatu ke Vicky, jadi dia bisa tahu yang sebenarnya. Prim mengajak Vicky untuk ikut dengannya. Tetapi, Vicky menolak.

Mereka saling tarik menarik tangan… dan memang hukum karma terjadi. Vicky terjatuh ke pecahan pot yang dia siapkan untuk Prim, dan melukai lengan tangannya. Prim jelas panik. Mendengar suara ribut, Phu masuk dan terkejut karena Vicky berdarah.

Mereka segera membawa Vicky ke rumah sakit. Vicky menggenggam tangan Phu dan dengan suara di lemaskan berkata kalau dia terluka. Phu menyuruhnya untuk tenang karena dokter akan segera mengobatinya.

Khun Pat tiba di rumah sakit dengan panik. Vicky sedang di obati. Phu menjelaskan yang terjadi. Dan Khun Pat tanpa ba… bi… bu… malah langsung menampar Prim dan mencekiknya. Phu segera menarik Khun Pat menjauh dari Prim, dia menjelaskan kalau hal itu terjadi tidak sengaja. Khun Pat tidak percaya, dan malah memaki Prim sebagai orang miskin yang hanya mengejar lelaki kaya dan iri dengan putrinya.
Prim terluka mendengarnya dan memilih untuk pergi. Phu mengejarnya, dia melarang Prim pergi. Mereka harus menjelaskan kepada Khun Pat kalau Vicky adalah orang yang hendak melukai Prim dengan meletakkan pecahan pot bunga di dalam sepatu. Prim tidak mau, karena apapun yang dia katakan, dia tidak akan mendengarkan dan percaya padanya.
“Aku mengerti. Setiap orangtua yang melihat anaknya terluka, pasti akan marah. Jika orangtua ku masih ada, dia juga akan marah jika aku terluka. Dan mereka juga akan melindungiku seperti Khun Patchara melindungi Vicky. Siapa tahu Khun Patchara dan Vicky mungkin akan terkena lebih parah daripada aku yang di tampar. Hanya saja, aku tidak punya orang tua yang akan melindungiku,” ujar Prim dengan sedih.
“Kenapa tidak ada orang? Kau punya aku. Aku akan melindungimu,” ujar Phu dan memeluk Prim.
Dan dari jauh, Khun Pat melihat mereka. Dia merasa marah karena Phu sangat peduli dengan Prim, di banding putrinya.

1 Comments

Previous Post Next Post