Sinopsis Lakorn : Game Sanaeha Episode 9 - part 5


Network : Channel 3


Pada malam hari. Menggunakan selimut, Nok membuat batas untuk dirinya dan Nai diatas tempat tidur. Dan melihat itu, Nai menyarankan Nok untuk memesan satu kamar terpisah saja, bila Nok merasa begitu takut padanya. Lalu Nok membalas bahwa jika tempat ini memiliki fasilitas yang baik, maka dia akan langsung melakukan itu, tapi karena disini terlalu gelap serta menakutkan, maka dia tidak melakukannya.

“Kamu takut pada hantu? Tapi kamu tidak takut padaku?” tanya Nai.

“Jika kamu berani melakukan apapun padaku. Maka kamu akan menjadi ‘hantu’. Ok. Kamu tidur disisi sana dan aku tidur disini. Setuju?” jelas Nok.

“Selimut ini. Apa kamu akan menggunakannya?”

“Aku tidak perlu selimut. Karena pakaianku sudah cukup hanya, jadi tidak mungkin aku kedinginan,” balas Nok dengan percaya diri.


Nok lalu membuka koper pakaian miliknya, namun saat dia melihat isi kopernya, dia langsung menutupinya dengan segera. Lalu dia mengingat tentang saat sebelum ke berangkatan.


Nok menyuruh Aff, Aey, untuk memasukan semua pakaian yang telah dipilihnya ke dalam koper, kemudian setelah itu Nok berjalan pergi. Lalu saat akan memasukan semua pakaian itu kedalam koper, Aff, Aey, merasa baju pilihan Nok terlalu biasa. Jadi mereka lalu memikirkan sebuah rencana untuk Nok.


Dengan kesal, Nok menggerutu. Dan melihat itu, Nai pun menjadi heran dan membuka koper Nok. Dan didalamnya, dia melihat pakaian tidur yang sangat seksi. Lalu dengan segera, Nok menutupi kopernya kembali dan memarahi Nai.

“Aku tidak memasukan pakaianku sendiri,” jelas Nok.


“Aku pikir begitu,” balas Nai sambil tertawa. Kemudian dia mengambil piyama nya sendiri di koper dan memberikan itu untuk dipakai oleh Nok.

“Untukku? Apa yang akan kamu kenakan?”

“Aku punya banyak pakaian. Aku telah mempersiapkannya untukmu juga. Karena pakaianmu selalu tampak tidak cukup hangat. Jadi aku takut, kamu akan kedinginan, lalu sakit. Jadi ambil lah ini!” jelas Nai.

“Makasih,” balas Nok, lalu mengambil piyama Nai.

“Sama-sama,” balas Nai sambil tersenyum.

Didapur. Aff, Aey, bersin secara bersamaan sebanyak tiga kali. Dan Aff pun menebak bahwa sepertinya ada yang membicarakan mereka dibelakang. Lalu tepat di saat itu, Khae datang ke dapur. Jadi Aff, Aey, pun diam serta melanjutkan pekerjaan mereka, yaitu mencuci piring.


Kemudian disaat melihat itu, Phai mendekati Khae dan menanyakan apa yang sedang Khae cari. Dan Khae membalas bahwa tidak perlu, karena dia telah menemukannya. Lalu setelah itu, Khae pergi dari dapur sambil membawa lemon dan pisau.

“Bibi Phai! Mungkin aku harus membeli lebih banyak lemon besok. Karena tuan baru kita menggunakan banyak lemon. Ada masalah apa dengan selera nya ya?” kata Aff, setelah Khae pergi dari dapur.

Dan mendengar itu, Phai hanya diam saja.


Malam hari. Saat tidur, karena saking dinginnya, maka Nai ingin mengambil selimut yang dijadikan pembatas. Tapi ternyata selimut itu telah diambil dan dipakai oleh Nok duluan. Dan melihat itu, Nok pun tersenyum.


Keesokan paginya. Saat matahari telah bersinar terang. Nok terbangun dari tidurnya, namun dia merasa aneh karena dia tidak bisa meregangkan tubuhnya. Dan saat dia sadar bahwa Nai tidur dibelakangnya sambil memeluk dirinya. Nok langsung berteriak dan ingin melepaskan dirinya.


“Apa yang salah Nok?” tanya Nai dengan bingung, karena Nok memberontak didalam pelukannya.
“Lihat! Apa yang kamu lakukan?” balas Nok dengan kesal.

“Kamu yang curang duluan. Kamu bilang, kamu tidak memerlukan selimut, tapi kamu menggunakan nya sendirian,” balas Nai dengan tenang.

“Tapi kamu tidak seharusnya melakukan ini padaku. Lepaskan aku sekarang! Kamu mengambil keuntungan ya!”

“Tidak. Kecuali kamu berbicara lembut padaku,” balas Nai sambil tersenyum.

“Lepaskan!” kata Nok sambil memberontak. Lalu dia melemparkan selimut itu kepada Nai. Dan kemudian dia keluar untuk melihat apa ada yang menarik.


Saat keluar dari dalam kamar dan melihat indahnya suasana pagi hari disana, maka Nok pun tersenyum dengan senang serta kagum. Dan Nai yang melihat itu, dia masuk kembali ke dalam kamar dan mengambilkan selimut. Kemudian dia menyelimuti Nok agar tidak kedinginan nantinya sambil memeluk Nok dari belakang dan ikut melihat pemandangan.


“Apa kamu melihat sesuatu yang menarik?” tanya Nai.

“Ya. Aku melihatnya,” jawab Nok sambil tersenyum. “Tapi apa kamu lihat ini menarik?” tanya Nok, lalu dia menyikut perut Nai.

Sehingga Nai pun melepaskan pelukannya dan berdiri agak sedikit menjauh dari Nok. Dan berdua, mereka sama- sama saling terdiam, melihat betapa indahnya pemandangan disana.




Setelah mandi serta berganti baju. Nai serta Nok jalan bersama. Dan disana, Nok terus menyuruh Nai untuk menfoto. Lalu bersama mereka bersenang- senang. Nai menfoto Nok. Nai berfoto dengan Nok. Dan dengan gembira, mereka mai bersama.

Kemudian disaat itu, si Anak pemilik datang. Dan dia membantu menfoto Nai serta Nok.


Pagi hari. Ketika sarapan, Vi menunjukan foto liburan Nai serta Nok kepada Nim. Dan melihat itu, Nim tersenyum senang. Lalu disaat itu, tiba- tiba saja, Nim mulai terbatuk- batuk. Dan Vi menyarankan Nim untuk pergi ke rumah sakit dan melakukan pemeriksaan.



Dirumah sakit. Wes menemui Vi yang menunggu di kantin. Disana Vi mengucapkan terima kasih banyak kepada Wes yang telah membantunya membuat janji temu dengan seorang dokter, jika Wes tidak membantunya, mungkin dia harus melalui banyak proses panjang untuk membuat janji temu. Dan Wes membalas bahwa itu bukan apa- apa, karena dia telah memperlakukan Nok dengan buruk. Jadi jika Vi membutuhkan sesuatu, maka Vi bisa menghubunginnya dan dia pasti akan membantu.


“Aku tidak memikirkan hal yang telah berlalu. Lagian Nok sudah menikah.  Lupakanlah. Jangan bicarakan tentang cerita lama. Maukah kamu minum sesuatu, Wes?” kata Vi, menawarkan traktiran sebagai ungkapan terima kasih.

“Tidak. Harusnya aku yang melakukan itu,” balas Wes.

“Aku lebih tua.”

“Tapi aku seorang pria. Seorang pria harus menjaga wanita. Dan yang lebih penting, aku punya voucher diskon,” balas Wes sambil menunjukan kartu diskonnya.

Mendengar itu, Vi pun tertawa kecil, dia setuju untuk membiarkan Wes yang mentraktirnya. Lalu setelah Vi menyebutkan pesanannya, Wes pun pergi untuk memesan. Dan dengan sikap malu- malu, Vi memegang pipinya sendiri.

“Itu adalah anak temanku,” gumam Vi, mengingatkan dirinya sendiri.



Dikebun jagung. Nok serta Nai diajak untuk melakukan aktifitas memanen jagung bersama. Disana Nai mengajak Nok untuk melewatkan saja aktifitas yang satu ini, tapi Nok menolak, karena dia ingin mencoba semua aktifitas yang berada didalam voucher.

“Aku akan menunggu, apa kamu bisa melakukannya seperti yang kamu katakan atau tidak. Jika kamu menyerah, maka kamu kalah,” kata Saeng, memanasi Nok.


Dan karena itu, maka Nok pun semakin bersemangat dalam memanen jagung. Sedangkan Nai, Gam, si Anak, serta para penduduk yang lain. Mereka hanya berteriak memberikan dukungan dan menonton pertarungan mereka berdua.



Lalu setelah selesai, semua jagung yang telah dipanen dihitung satu persatu oleh si Anak untuk menentukan siapa pemenangnya. Dan ketika perhitungan telah selesai, dengan sangat senang, Saeng tersenyum mengejek kepada Nok yang berhasil dikalahkan olehnya.

Kemudian si Anak memasangkan mahkota jerami diatas kepala Saeng. Serta semua penduduk bertepuk tangan untuk Saeng. Sedangkan Nok yang kalah, dia hanya bisa diam saja.

“Beritahu dia. Siapa aku? Aku telah menjadi pemenang sejak lama, Nona muda. Hahahahha…!” kata Saeng, tertawa mengejek Nok yang kalah.

“Nok. Ini adalah kali pertama mu. Dan kamu telah melakukannya dengan baik,” kata Nai, menenangkan Nok yang tampak cemberut.

“Tapi aku tidak menang. Sial! Sial! Sial!” keluh Nok dengan kesal.


Tiba- tiba saja, disaat itu, Gam melihat sebuah karung berisi banyak jagung yang tersembunyi di bawah kursi bambu. Dan lalu dia ingin mengambilnya, tapi Saeng segera memberikan kode agar Gam tidak mengeluarkan itu. Namun sayangnya, karena tidak mengerti, maka Gam mengambil keluar sekarung jagung tersebut dari bawah kursi.

“Itu karungku!” kata Nok sambil menunjuk karung tersebut.


Dan ketika Nok melihat ekspresi wajah Saeng, maka Nok pun langsung mengerti. Dengan bangga, Nok berjalan mendekati Saeng dan mengambil mahkota yang Saeng gunakan. Lalu Nok menggunakan mahkota tersebut sebagai tanda bahwa dialah pemenang.

“Berikan tepuk tangan untuk Ratu baru!!” teriak si Anak.

Lalu dengan wajah terkejut, Saeng segera melangkah mundur.

Dikebun. Gam mengajari Nai caranya menaiki traktor. Dan dengan cepat, Nai bisa mengendarai traktor tersebut. Lalu Gam pun memberikan pujian kepada Nai.


Sementara di tempat lain. Didalam tenda tertutup, yang menghadap ke arah kebun bunga. Saeng menggosok punggung Nok.

“Bukankah kamu bilang, kamu akan mengikuti semua aktifitas yang ada?” tanya Saeng.

“Istri dan suami adalah satu. Jadi kita bisa berbagi dalam melakukan semua aktifitas yang ada,” balas Nok dengan santai.

“Begitu bijaksana. Apa begitu caramu mengontrol suamimu?” tanya Saeng. Dan Nok tersenyum.

Lalu Saeng mulai menjelaskan berbagai hal kepada Nok. Begitu juga dengan Gam, dia menceritakan dan menjelaskan berbagai hal kepada Nai.


Lalu pas disaat itu, si Anak memanggil Saeng untuk ikut bersamanya, karena ada tamu yang datang. Jadi karena itu, maka Saeng pun pergi meninggalkan Nok untuk sesaat.

Ketika Saeng sedang sibuk berdebat dengan tamu yang datang, Nai dan Gam pulang. Dan melihat kedatangan Nai, maka Saeng meminta tolong agar Nai pergi menemui Nok dan mencucikan garam yang digosokan di punggung Nok, jika tidak maka itu akan terbakar.

Lalu Nai pun menjadi kebingungan. Dia tampak seperti ingin menolak, tapi tidak bisa karena situasi yang ada. Jadi akhirnya, Nai pun terpaksa setuju.


Nai membawa ember berisi air dan mau masuk ke dalam tenda. Namun saat dia melihat bahwa Nok hanya memakai sebuah handuk yang menutupi tubuhnya, maka Nai pun menjadi ragu untuk masuk ke dalam. Tapi karena tidak ada pilihan lain, maka Nai pun masuk ke dalam tenda.


 

Lalu dengan gugup, Nai mengambil segayung air untuk menyiram punggung Nok. Namun sebelum dia sempat melakukan itu, Nok mengajaknya berbicara, jadi Nai pun berhenti dan tidak jadi menyiramin punggung Nok.

“Bibi! Mengapa kamu tidak memberikan pijatan? Semua Spa di bangkok melakukan itu,” kata Nok, tidak menyadari bahwa yang berada dibelakangnya adalah Nai.

Kemudian karena Nok tidak merasakan reaksi apapun, maka Nok memegang tangan Nai dan menaruhnya dipunggungnya. “Pijat dulu. Kamu tidak perlu mencuci nya sekarang,” kata Nok dengan tegas.


Dan dengan sangat kebingungan, Nai pun terpaksa melakukannya. Dia memijat pelan punggung Nok dengan sangat berhati- hati. Sambil memalingkan wajahnya menghadap kearah lain.

“Lebih keras!” pinta Nok. Jadi Nai pun melakukannya.

“Pijat seluruh badanku, bi! Aku begitu capek,” pinta Nok lagi. Lalu Nok melepaskan seluruh handuk yang menutupi tubuhnya. Dan melihat itu, Nai pun semakin gugup dan kebingungan. Namun dia tetap melakukan apa yang Nok pinta.

“Lebih ke kiri! Lebih ke kanan! Lebih ke bawah! Lebih keras, bi! Kamu harus memijat setiap tempat!” perintah Nok. Dan dengan terpaksa Nai pun melakukannya.


Kemudian disaat itu, tanpa sengaja, ntah karena apa, Nai hampir saja terjatuh. Dan karena heran, maka Nok pun melihat ke belakang. Lalu saat dia melihat bahwa yang ada dibelakangnya adalah Nai, maka Nok pun langsung berteriak dan menutupi tubuhnya.

“Pergi! pergi!” teriak Nok.

Dan dengan kebingungan, Nai pun hanya diam saja, tanpa tahu harus melakukan apa.


Tepat disaat itu, Gam serta Saeng yang sedang berjalan menuju ke arah tenda. Mereka mendengar suara jeritan Nok. Dan mendengar itu, Saeng pun langsung tertawa pelan.

“Suara apa itu?” tanya Gam, tidak mengerti.

“Jangan bilang, dia tidak bisa menahan dirinya lagi,” balas Saeng yang salah paham terhadap Nai. Dia mengira bahwa Nai tidak bisa menahan diri saat melihat Nok.

9 Comments

Previous Post Next Post