Network : GMM One
Dihari
pengumuman. Pang pergi ke dekat mading untuk memeriksa namanya disana. Dan
tanpa sengaja, dia bertabrakan dengan seorang gadis berkaca mata. Lalu dia pun
meminta maaf kepada gadis tersebut. Begitu juga dengan gadis tersebut.
Kemudian
Pang pergi ke ujung mading dan mulai mencari namanya di dalam daftar yang
tertempel di sana. Namun tiba- tiba saja, gadis berkaca mata tadi memanggilnya,
jadi Pang pun menoleh ke arah gadis tersebut.
“Hei.
Kamu Pawaret kan?” tanya si Gadis.
“Tahu
dari mana?” balas Pang dengan kebingungan.
“Selamat
ya. Sampai ketemu di Kelas Berbakat,” balas si Gadis, kemudian dia pergi.
Karena
penasaran maka, Pang pun langsung menuju ke bagian mading yang lain. Dan
disebuah kertas berlambangkan G, yang merupakan tanda Kelas Berbakat. Disana
Pang melihat dan mencari, lalu dia menemukan namanya tertulis disana. Pawaret Sermrittirong.
Kemudian
dengan masih tidak percaya, Pang kembali mencari. Tapi kini dia mencari nama
temannya, yaitu Nack. Namun dia tidak menemukan nama Nack tertulis disana.
Lalu
saat Pang melihat ke sampingnya dan melihat Nack. Ternyata nama Nack tertulis
didaftar kelas biasa yaitu M.1. Dan melihat itu, Pang serta Nack saling
menatap.
Diasrama.
Pang menelpon Ibunya dan memberitahukan hasil tes penempatan kelasnya, tapi
tampaknya Ibu Pang tidak mempercayai bahwa Pang bisa masuk ke Kelas Berbakat.
Dan Pang pun membalas bahwa dia juga masih bingung, tapi itu memang benar.
“Tapi
Nack…” kata Pang sambil menatap Nack yang sedang bermain hape. Tapi dia tidak
jadi menceritakan hal tersebut kepada Ibunya dan menutup telpon.
Selesai
Pang bertelponan, Nack mendekatinya. Dia memberitahukan kepada Pang bahwa
petugas asrama meminta Pang untuk membuat kontrak yang baru, dikarenakan minggu
depan, Pang bisa pindah ke asrama siswa Berbakat.
“Nack.
Aku tidak tahu bagaimana bisa aku masuk ke Kelas Berbakat. Aku tidak memakai
contekanmu, aku tidak bisa menjawab apa pun. Kurasa itu…” jelas Pang dengan
rasa bersalah.
“Cukup.
Aku tidak apa- apa. Jangan dipikirkan,” balas Nack. Tapi Pang tetap merasa
bersalah. “Aku sungguh tidak apa- apa. Masih ada tes semester depan. Kalau kamu
masuk duluan, kamu tahu apa yang mereka ajarkan. Jangan lupa memberitahuku.
Oke?” lanjut Nack.
“Syukurlah
kamu mengerti,” balas Pang dengan raut yang tampak lega.
“Ya.
tidur lah sana,” balas Nack. Dan ketika Pang telah naik ke atas tempat tidur,
raut wajah Nack tampak sedikit cemberut.
Keesokan
harinya. Pang berdiri di depan kelas Berbakat bernama Gifted. Lalu setelah agak
ragu sesaat, Pang menguatkan dirinya dan membuka pintu kelas. Dan saat dia
berjalan masuk ke dalam kelas, semua orang yang berada disana memberikan tatapan
aneh padanya. Tapi Pang mengabaikan itu dan berjalan menuju ke kursinya.
“Mm…
boleh pinjam pulpen?” tanya seorang murid laki- laki yang duduk disebelah Pang.
Dan Pang pun meminjamkan pulpennya. Lalu melihat lencana VIII yang dipakai
Pang, maka si Murid pun bertanya.
“Kamu
mengenalku?” tanya Pang dengan bingung.
“Ya.
Kamu siswa kelas 8 pertama dalam sejarah yang masuk Kelas Berbakat. Kamu jadi
pembicaraan,” jelas si Murid dengan nada pelan. Lalu dengan sikap santai dia
menghela nafas lega, dia menjelaskan bahwa awalnya dia mengira hanya akan ada
siswa kelas 1 yang kutu buku. Kemudian dia mengenalkan dirinya kepada Pang.
Namanya Ohm, kelas 2.
Dengan
senang, Pang pun menyalamin tangan Ohm yang terulur kepadanya. Dan kemudian,
tepat disaat itu, seorang Guru masuk ke dalam kelas. Jadi dengan segera mereka
duduk dengan rapi.
“Halo,
anak- anak. Namaku Porama, kalian bisa memanggilku Bapak Pom. Mulai sekarang, aku akan jadi
penasihat dan mengurus semua siswa Berbakat. Kalian adalah kelompok paling luar
biasa dan menyimpan banyak potensi special dalam diri kalian,” jelas Guru Pom.
Kemudian dia menyalakan layar di belakangnya. 233 = 48.
Lalu
sebelum menjelaskan lebih lanjut, Pom menyuruh mereka semua untuk melihat ke
dalam laci dan memakai lencana baru yang telah disiapkan untuk mereka semua.
Yaitu lencana berwarna emas dan berbentuk huruf G.
Pertama.
Kelas Berbakat adalah kelas tambahan, yang artinya mereka akan tetap belajar
dikelas mereka yang biasanya. Misalnya kalau mereka dari kelas 1, mereka akan
tetap belajar dikelas 1. Begitu juga dengan yang berada dikelas 8. Setelah itu
barulah mereka akan belajar di Kelas Berbakat ini. 123 = 46.
Kedua.
Kelas Berbakat memiliki banyak peraturan. Dan Pom mempersilahkan semua murid
untuk membaca nya sendiri dikertas yang juga berada didalam laci meja mereka.
Lalu
peraturan paling penting di Kelas Berbakat ini yaitu. Jangan beritahu orang
luar apa pun soal Kelas Berbakat ini.
Dengan cara apapun, siapa yang melanggarnya akan langsung di berhentikan dari
Kelas Berbakat. 432 = 19
“Terakhir.
Temukan jawaban, kenapa kalian bisa masuk ke Kelas Berbakat? Waktu kalian seminggu. Semoga
kalian senang mengembangkan potensi kalian sendiri,” jelas Pom dengan serius.
Kemudian
Pom mengakhiri penjelasan seriusnya dan memberikan sebuah tes mudah dengan
tingkat dasar, yaitu 234 = ? . Dan
dengan mudah, semua orang mengetahui jawabannya dan mereka mengangkat tangan
mereka. Namun Pang sama sekali tidak tahu, jadi dia tidak mengangkat tangannya
sama sekali.
Mulai
hari itu, tiba- tiba aku sadar. Hidupku sebagai siswa Berbakat tidak lagi sama
seperti siswa Biasa.
Keesokan
harinya. Pang menukar lencana yang dipakainya dengan lencana Kelas Berbakat
yang di dapatnya. Dan kemudian dia mengingat semua penjelasan Guru Pom pada
mereka semua.
Saat
dikantin, siswa Kelas Berbakat mendapatkan kursi mereka sendiri. Jadi mereka
tidak perlu mencari kursi kosong dan berebutan. Dan setiap siswa yang berada
dikantin, mereka akan menatap dengan iri.
“Siswa Kelas Berbakat akan menikmati
keistimewaan tertinggi disekolah ini. Termasuk beberapa fasilitas lebih
dibandingkan siswa Biasa…”
“… dan peraturan berbusana juga
tidak terlalu ketat. Kalian juga akan punya kamar sendiri. Kalian juga akan
mendapat pemeriksaan medis berkala di sekolah. Semua ini agar kalian bisa
sepenuhnya mengembangkan diri. Berusahalah dan temukan potensi kalian masing-
masing.”
Karena
mengikuti kelas Berbakat, Pang harus pulang malam ke asrama. Dan karena itu,
dia menjadi telat bangun. Namun tidak seperti biasanya, kali ini tidak ada guru
yang memarahi ataupun menegurnya. Bahkan walaupun dia ketahuan makan dan minum
dikelas.
“Pada awalnya, mungkin terasa berat
dan melelahkan. Tapi sekolah ini, akan selalu mendukung kalian…”
“… Terakhir. Percayalah pada
kurikulum kami. Percaya pada para guru. Dan percaya pada dirimu. Dan kalian
akan temukan. Alasan kenapa kalian berada di Kelas Berbakat.”
Selama
beberapa hari. Pang mengikuti kelas Berbakat dengan berbagai pelajaran yang
melelahkan serta aneh. Pang menjadi sangat kelelahan sendiri.
Sambil
minum dan beristirahat, Pang memeriksa hasil tesnya. Dan lalu dia mengingat
saat dia menemui Guru Pom. Karena Pang merasa bingung mengapa dia bisa masuk
Kelas Berbakat serta karena dia tidak bisa mengejar yang lainnya di dalam
pelajaran. Bahkan Pang tidak mengerti dengan PR yang Guru Pom berikan.
“Sungguh?
Kamu tidak mengerti apa pun? Dengar, pang. Yang lain juga penasaran sepertimu.
Tapi untuk sekarang, fokuslah pada pertanyaanku. Pikirkan lagi apa yang
terjadi. Mungkin kamu akan menemukan jawaban yang tersembunyi disana, Pang,”
jelas Guru Pom.
Pang
memikirkan perkataan Guru Pom kepadanya. Kemudian dia mengingat apa yang
terjadi saat jam olahraga. Seorang gadis tampak kesakitan pada lengannya. Dan
Pang ingin membantu. Namun sebelum Pang sempat membantu, gadis tersebut
menggerakan lengannya dan mengatakan kepada teman- teman nya bahwa dia baik-
baik saja.
Lalu
di dalam loker yang berada dibelakang si gadis, Pang melihat beberapa peralatan
olahraga.
Didalam
kelas. Saat mereka diberikan sebuah rubik untuk disusun. Pang melihat Ohm yang
tampak sangat fokus sekali, hingga dia mimisan. Dan mengingat semua itu, Pang
mulai berpikir.
Pang
mengajak Nack ke perpustakaan. Disana dia mengambil banyak sekali buku fantasi
dan psikis. Dan melihat semua itu, Nack pun menjadi heran. Lalu Pang
menjelaskan bahwa itu untuk PR mereka. Tapi Nack tidak percaya dengan
penjelasan Pang yang kedengaran aneh.
“Kamu
janji cerita soal Kelas Berbakat. Tapi kamu selalu menghilang,” kata Nack.
“Aku
belajar dengan keras. Tidakkah kamu lihat?” balas Pang.
“Belajar
keras membaca buku- buku absurd ini?” balas Nack, tidak percaya.
“Kelas
ini aneh sekali. Semuanya. Anak- anaknya, gurunya, pelajarannya. Entah kenapa
kami mempelajarinya. Makin dipelajari, makin seperti …”
“Seperti?”
“Mempelajari
sihir atau psikis,” jelas Pang dengan serius.
Tapi
Nack tidak percaya dan menganggap bahwa Pang berbohong kepadanya, karena tidak
mau bercerita. Namun Pang tidak bisa menceritakan lebih dari ini, dikarenakan
peraturan yang ada. Dan dengan kesal, Nack mengatakan bahwa dia kecewa kepada
Pang.
“Kukira
habis masuk Kelas Berbakat. Kamu bakal lebih perhatian. Tapi kamu malah
tertarik omong kosong ini. Bagaimana bisa kamu masuk Kelas Berbakat?” tanya
Nack.
“Kamu
takkan paham! Kamu bukan siswa Kelas Berbakat!” balas Pang dengan sedikit
emosi, karena merasa stress. Lalu saat sadar, Pang langsung merasa bersalah.
Tapi
sebelum Pang bisa menjelaskan, Wave yang ternyata juga berada disana. Dia
mengatai mereka agar jangan membawa kebiasaan buruk mereka ke sini. Dan karena
emosi, Nack pun mendekati Wave.
“Bukannya
bukan urusanmu? Ini area siswa Berbakat,” kata Wave sambil memberikan tanda
agar Nack pergi dari perpustakaan ini.
“Terus
kenapa? Apa karena berbakat, kalian lebih baik dari yang lain?” balas Nack
sambil mendorong Wave.
“Ya.
Dan kami akan jadi lebih special. Jangan lupa, sekarang status mu lebih rendah
dariku. Kamu ingat, aku bilang aku akan masuk Kelas Berbakat. Dan kamu akan
tetap di kelas lama bersama lintah. Sekarang terbukti kan. Tapi dengan sedikit
perbedaan. Karena sekarang lintahnya adalah kamu. Benar, kan, Pang?” kata Wave
yang semakin membuat Nack emosi.
Lalu
karena sudah sangat emosi, Nack pun ingin memukuli Wave. Tapi Pang menghalangin
nya dan meminta agar Nack tenang. Namun Nack mendorong Pang, lalu tanpa sengaja
Wave yang berada dibelakang Pang ikut terdorong.
Wave
terjatuh dan tidak sadarkan diri. Tapi dengan emosi, Nack mendekati dan
memarahinya. Lalu tepat disaat itu, Bu Ladda datang dan melihat hal tersebut.
Tags:
The Gifted