Sinopsis Lakorn : The Gifted Episode 3 - part 1



Network : GMM One

Narasi diepisode ini oleh Namtaan.

Dikantor. Diatas meja terdapat tiga barang. Pertama Namtaan memakai headset, kemudian dengan serius dia mendengarkan lagu yang dimainkan disana. Dan setelah itu, Guru Pom menanyainya.

“Musik Indie… ini pasti mili Korn,” kata Namtaan dengan percaya diri. Dan Guru Pom tersenyum membenarkan. Lalu dia menyuruh Namtaan untuk melanjutkan ke barang yang kedua.

Dalam cerita fiksi tentang anak yang memiliki kekuatan super, biasanya alurnya tidak jauh berbeda. Ceritanya dimulai dengan seorang anak yang hidup dalam dunia membosankan, hingga suatu hari semuanya berubah jadi lebih baik.



Memegang barang yang kedua, Namtaan bisa melihat dan merasakan bahwa itu adalah milik Ohm. Kemudian dia lanjut memegang barang yang ketiga, yaitu sebuah pena kuning. Dan saat memegang itu, Namtaan bisa langsung mengetahui bahwa itu adalah milik Guru Pom.

“Ini hadiah di ulang tahun mu yang ke 15. Kamu selalu menyimpannya hingga kini,” jelas Namtaan dengan benar. Dan Guru Pom memuji perkembangan cepat Namtaan.



Namun disaat itu, tiba- tiba alat tes tensi yang terpasang di tangan Namtaan berbunyi. Beep… beep… beep… Dan ketika melihat angka tensi Namtaan yang meningkat begitu dratis, Guru Pom menjadi agak heran dan bertanya.

Tadinya kupikir semua itu khayalan … hingga akhirnya aku benar- benar memiliki kekuatan super.

“Apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?” tanya Guru Pom.


“Kondisinya telah membaik beberapa tahun terakhir. Kenapa bisa kambuh lagi? Program apa sebenarnya The Gifted ini?” tanya Ibu Namtaan kepada Guru Pom. Dikarenakan tensi Namtaan yang meningkat serta wajah Namtaan yang tampak sedikit pucat.

“Seperti yang sudah saya jelaskan, Namtaan ini memiliki bakat,” jelas Guru Pom.

“Tapi dia juga punya darah tinggi sejak kecil! Kalau tidak dijaga baik- baik, dia bisa kejang dan lumpuh,” kata Ibu Namtaan dengan nada keras.

Namtaan memanggil Ibunya, dia berusaha menghentikan Ibunya yang terus berbicara dengan keras. Tapi Ibu tidak mau berhenti, malahan dia memarahi Namtaan juga yang tidak berhati- hati. Jadi Namtaan pun langsung diam.

“Saya jamin, Anda tidak perlu khawatir,” kata Guru Pom berusaha menenangkan Ibu.


Sebagai orang yang punya kekuatan super. Aku tidak tahu seberapa tinggi ekspektasi orang lain terhadapku. Tapi aku memiliki ekspektasi yang besar terhadap diriku sendiri.


Dikelas. Namtaan menceritakan cita- citanya. Dia ingin menjadi Dokter, bukan hanya untuk menyembuhkan dirinya sendiri, tapi karena dia juga ingin membuat Ibunya bangga. Dan mendengar itu, Guru Pom menanyakan apa boleh dia mendengarkan jawaban yang tidak klise.

“Entahlah. Aku sering membaca novel. Tokoh utamanya adalah detektif yang memiliki kekuatan batin. Ceritanya seru, tapi tetap saja itu hanya dongeng belaka,” jelas Namtaan.

“Orang yang special mampu melakukan apapun yang Ia inginkan. Terima kasih,” balas Guru Pom. Lalu Namtaan pun kembali duduk dikursinya.



Guru Pom menjelaskan kepada semua murid bahwa setiap kekuatan berakar dari sebab yang bermacam- macam. Namun apapun kekuatan mereka, cara terbaik untuk melatihnya adalah dengan menambah pengetahuan melalui membaca.

“Aku sudah siapkan daftar bacaan untuk masing- masing dari kalian, semuanya berdasarkan minat dan bakat kalian,” jelas Guru Pom. Dan mendengar itu si Cantik (Claire), tampak sangat malas dan sibuk bermain hape saja.

Kemudian melihat itu, Guru Pom pun meminta Claire untuk menceritakan minat Claire, karena akan ada bacaan untuknya diakhir pekan. Dan dengan sikap cuek, Claire mengatakan bahwa dia pun tidak tahu, namun yang jelas, dia ingin menjadi terkenal dan untungnya dia lahir diera media sosial yang membuatnya jadi terkenal, jadi dia tidak perlu repot- repot menghabiskan waktu di perpustakaan.

“Media sosial dapat membuat orang menjadi narsis. Nama mu tidak akan tercetak dalam sejarah, kalau kamu tidak banyak membaca tentang sejarah,” jelas Guru Pom dengan tegas.



Disaat sedang serius begitu, tiba- tiba terdengar suara Pang serta Ohm yang sedang mengobrol dibelakang. Jadi Guru Pom pun memanggil nama mereka dan bertanya apa yang mereka obrolkan. Lalu Guru Pom menyuruh mereka untuk memperhatikan, saat teman sedang bicara.

“Dengar baik- baik. Semua siswa Gifted dapat menjadi apapun setelah mereka lulus. Tapi mereka yang tidak bersungguh- sungguh tidak akan bisa lulus,” kata Guru Pom dengan tegas kepada mereka semua.

Diperpustakaan. Bukannya mencari buku yang harus dicari, Ohm malah terdiam bengong sambil memandangi kertas daftar miliknya. Dan kemudian Namtaan yang baik hati, dia mendekati Ohm sambil membawakan semua buku yang harus di baca Ohm.

“Eh… kenapa banyak sekali?” keluh Ohm.

“Jangan protes. Bukumu hanya empat. Lihat punyaku. Ada delapan,” balas Namtaan.

Namun Ohm tetap mengeluh, karena buku Namtaan tampak lebih menarik dibanding dia. Dan Namtaan pun membalas bahwa setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda, jadi tentu saja buku mereka berbeda. Lalu Namtaan mulai menjelaskan semua genre bukunya, tapi Ohm langsung memintanya untuk berhenti.


Kemudian saat menuju ke meja untuk belajar, mereka berdua menemukan Pang yang sedang tampak serius membaca. Dan melihat itu Namtaan memuji Pang, yang walaupun Pang belum menemukan bakatnya, tapi Pang tetap serius dan semangat, berbeda dibandingkan Ohm.

Lalu Ohm pun mendekati Pang dan menanyakan kenapa Pang serius sekali membacanya. Tapi Pang hanya diam saja dan tidak menjawab. Jadi karena Pang tidak menjawab, maka Ohm pun mengambil buku yang ada dihadapan Pang. Namun tidak tahunya, ternyata Pang sedang sibuk bermain game, bukannya membaca buku.

Dan mengetahui hal itu, Namtaan pun menjadi kecewa. “Kupikir kamu lebih rajin dari dia,” kata Namtaan lalu pergi ke meja lain. Dan melihat itu, Pang pun menjadi heran.

Pang mendekati meja Namtaan dan berusaha menarik perhatian Namtaan yang sedang fokus membaca, tapi Namtaan tidak merespon. Jadi sekali lagi, Pang mencoba, dan kali ini Namtaan merespon. Dengan nada ketus, Namtaan bertanya ada apa.

“Aku hanya main satu game, tapi tatapanmu galak sekali,” kata Pang.



“Kamu ini membuang- buang waktu. Guru Pom menyuruh kita menggunakan waktu untuk menelusuri bakat kita, bukan untuk bermain game,” balas Namtaan dengan serius. Dan Ohm yang mendengar kan itu, menganggukan kepalanya.

“Aku heran kenapa kita disuruh membaca buku banyak sekali. Padahal tidak semua orang hobi membaca sepertimu,” balas Pang sambil dengan jail, dia ingin mengambil buku Namtaan. Tapi Namtaan langsung memukuli tangan Pang.

“Memang. Tapi tidak bisakah kamu menurut? Ini demi masa depanmu.”

“Memangnya jika kamu menurut, masa depanmu akan cerah?”

“Memangnya bila tidak menurut, masa depanmu juga akan cerah?” balas Namtaan.

Ohm dan Pang duduk bersama. Lalu Namtaan datang sambil membawakan buku daftar murid yang masuk ke dalam The Gifted. Dan melihat itu, Pang bertanya apa seniat itu Namtaan untuk membuktikan bahwa dirinya benar.

“Supaya kalian tidak ragu bahwa masa depan alumni Gifted cerah,” jelas Namtaan.


Bukannya fokus mendengarkan, Ohm malah heboh sendiri, saat melihat foto mereka ada didalam buku tersebut. Dan Namtaan pun memberikan tatapan kesal kepada mereka. Lalu karena menyadari itu, maka Ohm pun kembali serius.

Namtaan menjelaskan bahwa menurut Guru Pom, diangkatan awal hanya ada 1-2 murid saja. Lalu seiring waktu, jumlahnya bertambah hingga 10 orang per angkatan. Kemudian Namtaan mulai menjelaskan tentang setiap murid, sesuai dengan info yang didapatnya dari Internet.

“Lalu ada Tn. Porama Wongratana. Angkatan ketiga. ID: 004,” baca Ohm saat membalikan halaman selanjutnya. Dan saat melihat foto Guru Pom dulu, Ohm berkomentar kalau Guru Pom tampak seperti anak culun, lalu Ohm tertawa. Tapi Pang hanya diam dan mendengarkan saja.

“Tn. Pom mendapat gelar Master Ahli Saraf dari Boston. Beliau mengabdi sebagai guru untuk mengembangkan kekuatan kita,” jelas Namtaan.



“Lalu ada Tn. Kamthorn Ratanakachon. Angkatan ketiga. ID: 006,” baca Ohm. Dan mendengar itu, Pang tiba- tiba merasa bahwa ada sesuatu yang aneh. Tapi Namtaan serta Ohm tidak menyadari nya sama sekali dan menjadi bingung.

Pang kemudian menjelaskan bahwa nomor ID seharusnya dicetak berurutan, tapi kenapa tidak ada nomor 005 disana. Dan tanpa curiga, Ohm mengatakan bahwa mungkin saja ada kesalahan teknis. Namun Pang tidak berpikir begitu, karena mana mungkin ada kesalahan teknis dalam program The Gifted.



Mendengar itu, Namtaan pun mulai membongkar lemari arsip. Dan melihat itu, Pang pun bertanya. Lalu Namtaan menjelaskan kalau buku tadi merupakan edisi terbaru yang sudah di edit, jadi jika mereka ingin mengetahu isiapa pemiliki ID 005, maka mereka harus melihat edisi yang lama. Dan dengan segera, Pang langsung ikut mencari.

“Pang!” panggil Ohm, tapi Pang tidak menjawab, karena sedang fokus mencari. Dan sekali lagi Ohm memanggilnya.


Lalu secara bersamaan, Namtaan dan Pang memberikan tanda agar Ohm diam. “Sssttt…” Dan karena itu, maka Ohm pun langsung diam.

Secara bersamaan Pang serta Namtaan menemukan buku yang dicari. Dan saat menyadari tangan mereka yang saling bersentuhan, maka dengan canggung mereka saling melepaskan buku tersebut. Lalu melihat itu Ohm hanya bisa diam dengan raut kebingungan.



Ketika Namtaan melihat isi buku terbitan tahun 2006 tersebut, ternyata disana memang tidak ada tertulis data mengenai murid ID 005. Dan Ohm pun langsung berkomentar bahwa benar itu tidak ada. Namun secara tidak sengaja, Pang menyadari bahwa halaman pada buku tersebut ada tampak bekas sobekan.

“Memangnya sepenting itu, ya?” tanya Ohm, tidak mengerti.



Namtaan menarik nafas dalam dan menutup matanya. Lalu dia meraba halaman buku tersebut. Dan dengan kekuatannya dia membaca, halaman yang sobek tersebut. “Siswa Gifted ID: 005. Tn. Chanon Taweepong. Lahir 24 Juni 1990. Dia siswa kelas 1 ketika bergabung dalam Program The Gifted,” baca Namtaan.



Lalu dengan heran, Namtaan jadi bertanya- tanya mengapa halaman tersebut dirobek. Dan dia pun menatap Pang yang juga sama herannya seperti dia.

Post a Comment

Previous Post Next Post