Network : GMM One
Didalam
kamarnya. Namtaan mengambil obatnya dan menatapnya lama. Lalu dia meminumnya.
Satu bulan di sekolah baru. Dua minggu di Kelas Berbakat.
Tujuh hari sejak aku menemukan potensiku. Dan aku tetap anak sakit- sakitan
yang sama.
Didalam
kelas. Penasaran dengan siswa ID 005, yaitu Chanon. Maka Namtaan pun bertanya
kepada Guru Pom, saat mereka hanya berdua saja. Dan Guru Pom menjelaskan bahwa
itu sudah lebih dari sepuluh tahun, Chanon merupakan salah satu siswa Berbakat
diangkatannya. Namun karena kelas itu terlalu keras, maka Chanon memilih
berhenti.
“Benarkah?
Dia tahu dia punya kekuatan dan menyerah begitu saja?” tanya Namtaan, tidak
percaya.
“Kamu
harus tahu sesuatu. Saat seseorang menemukan potensi mereka, hal itu bisa
langsung membawa mereka ke garis finish. Tapi dalam kenyataannya, ada faktor-
faktor lain yang terlibat,” jelas Guru Pom.
“Aku
ingin tahu apa yang terjadi pada P’Chanon,” pinta Namtaan.
Namtaan
kembali ke dalam kamarnya sambil membawa sebuah kotak kardus. Dia tampak sangat
senang serta bersemangat sekali melihat kotak tersebut. Lalu dia mengingat saat
tadi Guru Pom membawanya ke dalam gudang dan memberikan kotak yang berisikan
barang milik Chanon dulu kepadanya.
“Ini
bisa jadi latihan bagus buat menguji potensimu,” jelas Guru Pom.
Namtaan
mulai mengeluarkan satu persatu barang yang ada didalam kotak tersebut. Dan
meletakannya di atas tempat tidur. Barang yang ada didalam kotak, medali,
pesawat mainan, jaket, lencana The Gifted, buku, dan kaca mata.
Pertama,
Namtaan mengambil jaket dan memakainya. Kemudian dia berdiri didepan cermin.
Dan menggunakan kekuatan nya, Namtaan bertemu dengan Chanon yang muncul di
dalam cermin. Dia menanyai Chanon, kenapa Chanon menyerah pada kemampuannya.
Dan tanpa menjawab, Chanon hanya tersenyum.
Kedua,
dilorong. Namtaan menggunakan kacamata milik Chanon. Dan menggunakan
kemampuannya, dia bisa melihat situasi zaman dulu. Dan dia tampak sangat senang
sekali. Lalu akhirnya, sampailah Namtaan di depan kamar dimana dulu Chanon
tinggal.
Kemudian
sesampainya disana, Namtaan membuka kacamata milik Chanon yang dipakainya. Dan
memakai kembali kaca mata miliknya sendiri. Lalu dia melihat bahwa siswa yang
kini menempati kamar tersebut. Itu adalah Pang.
Saat
melihat itu, Namtaan kembali memakai kacamata milik Chanon. Tapi dia ragu untuk
mengetuk pintu kamar Pang.
Didalam
kamar. Saat mendengar suara berisik, Pang mengintip melalui lubang pintu. Dan
saat dia melihat Namtaan yang tampak ragu- ragu mengetuk pintu kamarnya, Pang
pun tertawa. Kemudian saat Namtaan tampak ingin pergi, maka Pang pun membuka
pintu kamarnya. Lalu sambil tersenyum, Pang bertanya ada apa. Dan Namtaan pun
tersenyum malu.
“Bolehkah
aku masuk?” tanya Namtaan. Lalu sebelum Pang memberikan izin, dia langsung
masuk begitu saja ke dalam kamar Pang. Dan walaupun heran dengan sikap Namtaan
yang tampak sedikit aneh, Pang tidak bertanya.
Namtaan
melihat seperti isi kamar Chanon dulu dengan bersemangat sekali. Dan dia
memberitahu Pang bahwa seperti ini lah kamar Chanon dulu. Lalu tiba- tiba saja,
seperti merasa pusing, Namtaan memejamkan matanya sebentar. Kemudian dia lanjut
melihat- lihat lagi.
“Dia
mau jadi astronot,” kata Namtaan saat melihat isi meja Chanon.
“Apalagi
yang kamu tahu?” tanya Pang.
Namtaan
lalu melihat ke arah dinding, dimana dulunya disana terdapat papan tulis. Dan
melihat rumus- rumus matematika yang tertulis disana, Namtaan menebak bahwa
potensi Chanon adalah matematika dan Chanon tampak menyukai itu. Namun kemudian
Namtaan jadi bertanya- tanya sendiri, kenapa orang yang memiliki mimpi seperti
Chanon keluar dari kelas berbakat.
Lalu
tiba- tiba lagi, Namtaan kembali merasakan sakit dikepalanya. Dan melihat itu,
Pang pun bertanya apa Namtaan baik- baik saja.
“Sepertinya…
aku bakal pingsan,” kata Namtaan, lalu dia pun langsung terjatuh. Untung saja,
dengan segera Pang bisa menangkapnya.
Namtaan
terbangun di atas ranjang Pang. Dan ketika melihat telah sadar, Pang yang
sedang bermain game menyarankan agar Namtaan tidur saja dulu diranjangnya. Tapi
Namtaan menolak.
“Jangan
terlalu dipikirkan. Kamu sakit,” kata Pang sambil terus bermain game.
“Aku
tidak memikirkan apapun,” balas Namtaan.
Lalu
karena penasaran dengan penyakit Namtaan, maka Pang pun bertanya. Dan Namtaan
pun menjelaskan kalau dia menjaga diri, tidak kelelahan, tidak stress, dan
tekanan darah nya selalu rendah, maka kata Ibunya, dia bakal sesehat orang
lain.
Mendengar
itu Pang pun bangkit duduk dan menatap Namtaan dengan serius. Dan Namtaan pun
ikut bangkit duduk, lalu dia menyuruh Pang supaya jangan serius begitu.
Kemudian Namtaan menanyakan potensi apa yang Pang inginkan.
“Sebelum
potensi mu bangkit, apa kamu pernah berpikir ingin melihat masa lalu?” tanya
Pang.
“Tidak,”
balas Namtaan.
“Jadi
buat apa memikirkannya kalau bukan kita yang menginginkannya?” balas Pang.
“Tapi
aku percaya, kita akan menemukan potensi yang cocok dengan kita,” jelas
Namtaan. Sambil menyebutkan satu persatu kemampun milik beberapa teman
sekelas mereka. Dan Namtaan percaya,
saat potensi Pang bangkit, maka Pang juga akan menyukai itu.
Tapi
dengan pesimis, Pang mengatakan bahwa dia tidak yakin kalau potensi nya bakal
bangkit. Malahan Pang yakin kalau dirinya bukanlah siswa Berbakat.
Lalu
seperti terpikirkan akan sesuatu, Namtaan menempelkan beberapa kertas di
dinding kamar Pang. “Aku menyemangatimu. Aku kelinci dan kamu singa. Kita akan
berjuang bersama di Kelas Berbakat,” kata Namtaan memberikan semangat.
“Aku
singa? Orang teledor sepertiku?” tanya Pang sambil tersenyum tidak percaya.
“Kenapa?
Lihat saja simba. Awalnya, dia seperti tidak peduli. Tapi saat mengalahkan
Scar, dia menjadi Lion King,” jelas Namtaan dengan bersemangat. Dan sambil
tertawa Pang membalas bahwa itu konyol.
Kemudian
karena Pang mengetawainya, maka Namtaan pun mengambil bantal dan mulai memukuli
Pang dengan pelan. Lalu mereka mulai bermain- main.
Tepat
disaat itu, Ohm datang. Dia datang ke kamar Pang, karena mendengar suara ribut.
Dan melihat kedatangan Ohm, maka dengan sedikit panik, Pang ingin menjelaskan
bahwa ini tidak seperti yang Ohm pikirkan. Tapi tanpa mendengarkan penjelasan
Pang, Ohm tersenyum dan langsung keluar dari dalam kamar sambil berpura- pura
menelpon.
“Ohm!”
teriak Pang. Tapi Ohm telah keburu keluar.
Didalam
kelas. Saat pemilihan ketua kelas, Namtaan sama sekali tidak fokus dan sibuk
menulis serta melihat hape. Sehingga Guru Pom pun memanggilnya dan menanyakan
siapa yang ingin Namtaan calonkan. Lalu tanpa terduga, Namtaan mencalonkan
Pang. Dan mendengar itu, semua orang tampak tidak percaya dengan pilihan
Namtaan, begitu pun Pang sendiri.
“Aku
senang kamu mau mencari tahu soal Chanon. Tapi jika kebanyakan memakai
potensimu, kamu harus istrirahat,” kata Guru Pom mengingatkan Namtaan, karena
dia mengetahui apa yang sedang sibuk Namtaan lakukan sedari tadi.
“Kenapa?”
tanya Namtaan.
“Aku
tidak mau menyusahkan Ibumu. Boleh aku minta kamu berhenti memakai potensimu
beberapa hari?” pinta Guru Pom. Dan Namtaan pun mengangguk kan kepalanya pelan.
Didalam
perpustakaan. Saat sedang bermain game, Pang mendengar suara Namtaan yang
sedang bertelponan dengan seseorang dan menanyakan tentang Chanon. Lalu
mendengar itu, Pang pun mengingatkan Namtaan akan perkataan Guru Pom.
“Aku
tidak pakai kekuatanku,” balas Namtaan.
“Hubungin
saja orangnya. Waktu pakai kekuatan, kamu melihat nomor telpon dan surelnya,”
balas Pang. Dan Namtaan membalas bahwa dia telah mencoba, tapi tidak ada
jawaban.
Pang
lalu mendekat dan duduk disamping Namtaan, dia bertanya apa Namtaan sebegitunya
ingin tahu apa yang terjadi pada Chanon. Dan Namtaan membalas apa memangnya
Pang tidak punya pertanyaan yang butuh jawaban.
“Kenapa
kamu mencalonkan ku sebagai ketua?” tanya Pang.
“Aku
tidak berniat mengerjaimu. Aku yakin kamu bisa jadi Ketua. Sebab kamu peduli
pada orang lain,” jelas Namtaan dengan malu- malu.
Karena
Namtaan tampak sebegitu ingin tahunya, mengapa Chanon keluar. Pang pun
tersenyum seperti teringat sesuatu, lalu dia mengajak Namtaan untuk melakukan
sesuatu yang seru. Dan Namtaan pun menatap Pang dengan bingung.
Namtaan
mengikuti Pang ke kantor, dimana dulu dia dan Nack pernah mencoba untuk mencuri
soal ujian. Disana Pang berusaha membuka gembok lemari, menggunakan trik yang
pernah dilihatnya, namun Pang juga tidak yakin trik itu akan berhasil. Dan
jreng… jreng… jreng… ternyata trik tersebut berhasil.
Kemudian
bersama, mereka mulai mencari berkas mengenai Chanon di dalam setiap map yang
tersimpan di dalam lemari.
Sementara
di dalam kantor Guru Pom. Disana dia duduk sambil menatap pena miliknya yang
berada diatas meja. Dan metronome yang berada di atas meja terus bergerak. tik…
tik… tik…
Namtaan
dan Pang masih mencari- cari. Kemudian Pang menemukan formulir pengunduran diri
Chanon yang menuliskan bahwa Chanon berhenti, karena dia tidak bisa mengejar
seperti kata Guru Pom. Dan membaca itu, Namtaan tidak percaya kalau orang
seperti Chanon tidak bisa mengejar pelajaran.
Guru
Pom mengambil pena nya yang berada diatas meja. Lalu dengan pandangan yang
sangat fokus sekali, dia menatap lama pada pena miliknya sendiri.
Menggunakan
kekuatannya, Namtaan berusaha mencari tahu. Kemudian dia melihat, pena yang
dipakai menulis dikertas itu sama dengan milik Guru Pom. Semakin berkonsentrasi
melihatnya, Namtaan melihat bahwa orang yang menulis surat tersebut adalah Guru
Pom.
Didalam
kantor. Guru Pom memegang dahinya. Dia tampak sangat berkonsentrasi sambil
menatap pena miliknya sendiri.
Tiba-
tiba saja, Namtaan merasa pusing. Dan hampir terjatuh. Untung saja, Pang
berhasil menahan nya. Sementara didalam kantor, Guru Pom meletakan pena
miliknya kembali keatas meja.
Tags:
The Gifted