Sinopsis Lakorn : Happy Birthday Episode 02-1


Sinopsis Lakorn : Happy Birthday Episode 02-1
Images by : GMM Tv
Tharnnam memakai seragam sekolah lamanya dan mengikuti Tonmai ke sekolah. Tonmai dengan sengaja memakai earphone dan bersikap seolah dia sedang menelpon, jadi orang-orang tidak akan mengira nya gila karena bicara sendiri.
Tharnnam melihat Pana dan sangat senang. Dia mengenal Pana, karena Pana adalah teman sekolahnya dulu dan dia tidak sangka Pana akan menjadi guru. Dia bertanya pada Tonmai mengenai mata pelajaran yang Pana ajakan. Tonmai memberitahu kalau Pana mengajar mata pelajaran PE dan juga dia adalah guru disiplin dan sangat tegas. Banyak yang tidak menyukainya. Tharnnam tersenyum karena setaunya Pana adalah orang yang sangat baik.
Langkah Tharnnam kemudian terhenti di depan spanduk Tee. Dia melihat foto Tee di spanduk itu dan tersenyum. Senyum penuh kerinduan.
Episode 02
Di spanduk itu tertulis kalau Tee adalah alumni siswa sekolah mereka yang telah menjadi artis besar dan di kagumi semua orang. Tonmai bisa menduga kalau Tee adalah teman sekolah Tharnnam dulu. Dia terus berbincang dengan Tharnnam. Noina melihatnya dari jauh dan merasa heran karena Tonmai bicara dengan earphone seolah menelpon, tapi kabel earphone menggantung di udara.
Noina jadi khawatir. Dia memeriksa dahi Tonmai dan menduga kalau Tonmai sakit. Tonmai malu dan langsung lari ke dalam sekolah. Tharnnam memperhatikan wajah Noina. Dan dia terus bicara di samping Tonmai, menggoda Tonmai yang sepertinya menyukai Noina.
Noina berlari menghampiri Tonmai dan memintanya menemani ke toko foto copy. Mendengar toko foto copy, Tharnnam teringat dengan penjaganya, pak Tai. Dan Tonmai mau menemai Noina ke sana.
Tonmai bertanya apa Tharnnam mengenal dan dekat dengan pak Tai? Tharnnam membenarkan, mereka sangat dekat. Tonmai memberitahu kalau dia tidak pernah bicara dengan pak Tai, tapi dia tahu kalau pak Tai adalah orang baik.
“Beritahu dia kalau kau adalah adikku. Mungkin saja, dia akan memberimu jasa foto copy gratis seumur hidup,” ujar Tharnnam, dan Tonmai tergoda mendengarnya.
Tonmai langsung memperkenalkan dirinya pada pak Tai. Dia adalah Tonmai, adik dari Tharnnam. Dan senyum di wajah pak Tai, menghilang. Tharnnam tampak terkejut melihat ekspresi pak Tai itu.
Dan saat itu, Pana datang dan mengganggu. Dia memanggil Tonmai dan menyuruh mereka untuk segera berbaris upacara. Noina dan Tonmai akhirnya langsung pergi, dan Tharnnam mengikuti dari belakang.
Tinggallah Pana dan pak Tai berdua.
“Pana, apa anak itu benar adalah adik Tharnnam?”
Pana menunduk. “Pak Tai, aku mohon padamu. Dapatkah kau meninggalkannya sendiri? Jangan membicarakan mengenai Tharnnam padanya.”
“Mengapa? Kau berusaha menjauhkan anak itu dariku?” bingung Pak Tai. Tetapi, Pana tidak bisa menjawab pertanyaan itu. “Baiklah. Jika kau merasa dengan melakukan ini akan bisa membuatmu merasa lebih baik, aku tidak akan mengatakan apapun.”
Pana berterimakasih atas bantuan Pak Tai. Dan setelah itu, dia langsung ke lapangan. Pak Tai menatap kepergiannya dengan tajam.
--
Tee sedang bersiap-siap pergi ke acara reuni sekolahnya. Look memberikan script acara Reuni sekolah itu, dan menyuruh Tee membaca. Tidak ada hal serius yang akan di berbicangkan, acara Reuni High School hanya akan membicarakan mengenai kisah cinta Tee selama sekolah. Dan jika Tee merasa tidak nyaman membicarakannya, mereka bisa meminta pada produser untuk tidak membahas hal itu. Tetapi, Tee ternyata bersedia dan tidak merasa keberatan.
Look melihat ada walkman di atas meja dan bertanya itu punya siapa? Tee langsung mengambil walkman itu dari tangan Look dan menjawab kalau itu milik Tharnnam. Look bertanya darimana Tee mendapatkannya? Tee tidak mau menjawab dan menyuruh Look untuk lanjut membahas kerjaan mereka saja.
--
Tonmai dan Noina telah selesai upacara. Noina langsung pergi ke kelas sementara Tonmai akan pergi ke toilet dulu. Saat di toilet, Tharnnam hendak ikut masuk, tetapi Tonmai melarang dan menyuruh Tharnnam menunggu diluar.
Di dalam toilet, ada 3 siswa laki-laki yang sedang pipis juga. Dan Tonmai memilih untuk masuk ke dalam bilik toilet. Diluar, Tharnnam merasa penasaran, jadi dia masuk dan melihat – lihat tulisan di dinding toilet, yang membicarakan mengenai ‘barang’ lelaki. Tonmai yang lagi pipis di bilik, mendengar suaranya dengan jelas, dan langsung dengan cepat menyelesaikan pipisnya.
“Hey, ngapain kau di sini?” marah Tonmai.
Dan 3 siswa yang sedang pipis, menatap heran padanya. Mengira kalau Tonmai berbicara pada mereka. Tharnnam sendiri langsung lari keluar. 3 siswa itu menegur pertanyaan Tonmai yang tidak masuk akal, emang di kamar mandi bisa main game?
Tonmai langsung lari keluar. Dia memarahi Tharnnam yang masuk ke dalam toilet pria. Tharnnam beralasan kalau dia merasa penasaran dengan toilet pria jadi ingin lihat. Dan dia juga yakin kalau Tonmai pasti juga penasaran dengan toilet wanita. Tonmai membantah hal itu dan langsung berjalan ke kelas.
3 siswa yang tadi di dalam toilet, keluar dan heran melihat Tonmai yang bicara sendirian.
--
Tonmai dan Noina sedang ulangan. Noina merasa kesulitan menjawab soal, sementara Tonmai dengan gampang menjawab semua soal. Kenapa bisa begitu? Karena Tharnnam yang tidak terlihat, membacakan kunci jawaban ulangan dari depan (wkwkwk).
“Kau mau lihat?” tanya Tonmai pada Noina yang menatapnya. “Semua jawabanku pasti benar. Aku belajar tadi malam.”
Dan Tonmai menggeser kunci jawabannya agak ke pinggir meja agar bisa di lihat Noina.
--
Tonmai dan Noina sudah pulang sekolah dan berbincang di taman. Tharnnam juga ada di sana. Noina merasa Tonmai sudah salah minum obat karena bisa mengerjakan semua soal ulangan. Tonmai beralasan kalau sekarang ini dia ingin menjadi siswa yang rajin dan pintar. Noina tertawa mendengarnya dan mulai bercerita ini itu. Tharnnam sangat senang melihat kedekatan Tonmai dan Noina.
Sayangnya, Top, pacar Noina, datang dan mengajak Noina untuk pulang bersamanya. Terpaksalah, Noina pamit pulang duluan pada Tonmai.
Tharnnam langsung bertanya pada Tonmai, apa itu pacar Noina? Tonmai menggangguk membenarkan. Tharnnam langsung mengejek Top yang tidak ganteng.
“Dia itu pria paling ganteng di sekolah,” beritahu Tonmai.
“Hu? Dia yang paling ganteng? Euiih… dulu zamanku ya, Tee dan Pana adalah yang paling ganteng.”
“Pak Pana?”
“Ya, dia salah satu yang tertampan,” beritahu Tharnnam dengan senyum lebar.
Tonmai langsung memperagakan gaya Pana dan tertawa. Dan saat itu, dia tidak sengaja melihat 2 siswa pria dan langsung berjalan pergi dari sana. Tharnnam heran karena Tonmai tiba-tiba pergi, tetapi dia tetap mengikuti. 2 pria itu melihat Tonmai dan segera mengejarnya.
Mereka mencegat Tonmai di depan gedung kosong. Dan dengan paksa, mereka mendorong Tonmai memasuki ruangan bekas.
“Kau kan yang melapor sama ayahmu itu kalau kami merokok di toilet?”
“Aku tidak melapor. Aku hanya bilang kalau aku mencium bau asap rokok. Dan pak Pana bukan ayahku.”
Tetapi 2 siswa itu tentu tidak percaya. Dia memukuli Tonmai dan mengancamnya untuk tidak pernah mengadukan mereka lagi pada Pak Pana. Tharnnam merasa marah melihatnya, dan saking marahnya, dia bisa menggerakan meja di sana hingga terjatuh ke lantai.
Dan karena merasa ada hantu di ruangan itu, kedua siswa itu  memilih mengurung Tonmai di dalam ruangan itu saja.
Saat kedua siswa itu sudah pergi, Tharnnam langsung mengecheck keadaan Tonmai dan bertanya kenapa Tonmai tidak melawan balik? Tonmai menjawab kalau dia sudah terbiasa di bully. Dan Tonmai bergumam, berharap kalau Pana tidak peduli padanya agar dia tidak di bully seperti ini.
“Omong-omong, ayo kita segera keluar dari ruangan ini. Hantu penunggu lab ini sangat menyeramkan,” ujar Tonmai.
“Tunggu, Tonmai,” panggil Tharnnam dan melihat sekeliling dengan ekspresi serius.
“Kenapa? Kenapa? Kau lihat hantu?” tanya Tonmai ketakutan dan bersembunyi di belakang Tharnnam. “Apa benar ada hantu di sini? Di mana?”
“Di sini,” ujar Tharnnam menggageti Tonmai.
Tharnnam tertawa dan memberitahu kalau hanya ada satu hantu di ruangan ini sekarang, dan itu adalah dia. Dan juga mereka tidak bisa keluar dari ruangan ini sekarang. Tonmai menyuruh Tharnnam untuk keluar dan membukakan pintu, tetapi Tharnnam tidak bisa karena dia hanya bisa keluar dari ruangan jika ada yang memikirkannya.
Dan akhirnya mereka hanya bisa menunggu.
Tidak lama, Noina berlari bersama dengan Pana menuju ruangan Tonmai di kurung. Mereka tampak panik (entah tahu darimana mereka Tonmai di kurung di ruangan itu). Tonmai dan Tharnnam sangat senang karena ada yang datang. Tetapi, melihat Pana yang datang, Tonmai merasa kecewa.
“Kau berantem lagi?” marah Pana. “Jika sesuatu terjadi, beritahu aku! Kenapa kau harus menutup mulut?!”
Top mengganggu pembicaran dengan meminta izin untuk pergi duluan bersama dengan Noina. Pana mengizinkan. Noina merasa berat untuk pergi, tetapi Top menarik tangannya.
“Beritahu aku, siapa yang melakukan ini padamu?”
“Tinggalkan saja aku sendiri! Aku selalu di pukuli seperti ini karena kau,” marah Tonmai dan keluar dari ruangan itu.
Pana terdiam. Dia menghela nafas berat dan menundukkan kepala. Tharnnam merasa kasihan, dan meminta Pana untuk tidak khawatir, dia akan berbicara pada Tonmai. Dan tentu saja, Pana tidak bisa mendengar apa yang Tharnnam katakan padanya.
--
Pana sudah bersiap pulang dari sekolah. Dan di tempat parkir, sudah ada Look yang menunggunya. Pana jelas heran melihat Look mencarinya.
“Aku ingin membicarakan sesuatu sebelum Tee datang ke sini besok untuk acara itu.”
“Tentang apa? Kenapa kau harus sampai datang ke sini? Kau bisa bilang di telepon saja.”
“Besok, ketika Tee di sini, aku mohon, jangan menyebutkan hal itu lagi pada Tee.”
“Apa Tee tidak baik-baik lagi?”
“Sama seperti tahun sebelumnya. Tetapi, tampaknya tahun ini lebih parah. Mungkin, karena dia mendapatkan walkman Tharnnam.”
Pana mengerti dan berjanji tidak akan menyebutkan hal itu (Tharnnam). Look berterimakasih atas bantuan Pana.




Post a Comment

Previous Post Next Post