Sinopsis
Lakorn : Happy Birthday Episode 01-2
Images by : GMM Tv
Tonmai
dalam perjalanan ke sekolah. Dan dia melihat Noina yang beramai – ramai dengan
siswi lainnya menggila di depan spanduk besar Tee yang terpasang di halte bus.
Tonmai menegur Noina yang menggila seperti itu. Dan Noina membalas kalau dia
sangat bahagia karena 2 hari lagi akan bertemu dengan Tee. Tonmai langsung
meneloyor kepala Noina.
Noina
protes karena Tonmai sangat kasar padanya dan tidak tahu bersikap baik pada
wanita. Noina kemudian mengingatkan Tonmai kalau hanya dialah temannya, jadi
Tonmai harus bersikap baik padanya. Di depan pagar sekolah, mereka bertemu
dengan Pana yang adalah guru yang mengispeksi seluruh pakaian siswa. Dan Pana
tampak sangat memperhatikan Tonmai, dia bahkan menyuruh Tonmai memakai sepatu
dengan benar (Tonmai memakai sepatunya, dengan menginjak bagian belakang
sepatu).
--
Noina
dan Tonmai ternyata duduk sebangku. Tonmai mengeluarkan buku dan pena-nya.
Noina langsung protes karena Tonmai tidak mengeluarkan tip-ex. Dengan tenang,
Tonmai menjawab kalau dia lupa membawanya. Noina langsung mengomel karena dia
sudah membelikannya untuk Tonmai agar Tonmai tidak menggunakan punyanya lagi
karena Tip-ex sangat mahal. Dan Tonmai sudah meminjam penghapusnya dari mereka
kelas 5 SD hingga sekarang mereka kelas 11. Tonmai malas mendengar ocehan Noina
dan memilih menelungkupkan kepala ke meja.
--
Tee
tertidur sambil mendengarkan walkman yang Pana berikan padanya. Dan seperti
bermimpi, dia melihat Tharnnam di sampingnya. Tee tampak kaget sekaligus senang
melihat Tharnnam.
“Aku
kira kau sudah melupakanku.”
“Aku
tidak pernah melupakanmu, Tharnnam.”
Tharnnam
menggenggam tangan Tee, “Kau menerima banyak cinta dari orang-orang setiap
tahunnya. Jangan lupa padaku.”
“Itu
pekerjaanku.”
“Bagaimana
aku bisa mempercayaimu. Kau suka berakting. Kau pintar berpura-pura mencintai.
Kau suka berakting sebagai orang lain. Sebenarnya, kau ingin lari dariku, kan?”
“Aku
tidak pernah ingin lari darimu. Dan aku tidak akan pernah melupakanmu.”
“Benarkah?
Haruskah aku percaya?”
“Aku
serius, Tharnnam,” yakinkan Tee.
“Bagaimana
bisa aku mempercayaimu? Kau melanggar janjimu sekali,” ujar Tharnnam dan
menatap ke mata Tee. Dia membelai rambut Tee. Dan Tee terus menatapnya.
Tee
terjaga karena bunyi ponselnya. Managernya menelpon.
--
Di
lokasi syuting, para kru sudah tampak lelah menunggu Tee yang tidak kunjung
datang. Sutradara menghampiri manager (Lookgolf) dan bertanya mengenai Tee,
mereka sudah menunggu selama 2 jam. Look meminta sutradara menunggu sebentar
lagi, dia akan mengurusnya.
Tidak
lama, terlihat mobil Tee mamasuki lokasi syuting. Saat Tee keluar, Look
langsung menegur Tee yang tidak mengangkat teleponnya. Tee tidak menjawab, dia
segera meminta maaf pada seluruh staff. Sutradara menegur Tee agar tidak seperti
ini lagi di lain waktu.
--
Tonmai
sudah pulang sekolah. Dia langsung masuk ke dalam kamarnya, dan mulai
membersihkan. Dia mengganti sarung bantal dan seprai. Dia juga menyapu dan
mengepel. Terakhir, dia mengganti bohlam lampu dengan yang baru. Tonmai tersenyum
lebar karena bohlam sudah di ganti dan lampu sudah menyala dengan benar.
Pas
dia mau turun dari bangku, dia malah bertatapan dengan seorang gadis yang
sedang menatapnya sambil tersenyum. Tonmai jelas heran, siapa kau? Tharnnam
lebih kaget lagi karena Tonmai bisa melihatnya.
Dan
Tonmai menatap wajah gadis itu dengan lebih seksama. Mirip. Mirip dengan foto
mendiang kakaknya yang di letakkan di altar.
“Hantu!!”
teriak Tonmai dan terjatuh dari kursi.
Tonmai
mau kabur keluar kamar, tetapi Tharnnam menahannya. Dia menarik rambut Tonmai
dan memberitahu kalau dia adalah kakak Tonmai. Tonmai tidak percaya, kakaknya
sudah meninggal. Dan karena saling tarik menari, kepala Tonmai malah terantuk
dengan pintu dan pingsan.
--
Tonmai
terbangun saat hari sudah mulai gelap. Dia mengira kalau tadi hanya mimpi.
Tapi, pas dia bangun, dia malah melihat hantu Tharnnam. Tharnnam tersenyum
melihat Tonmai dan menyuruh Tonmai tidak takut. Toh, dia nggak melakukan apapun
pada Tonmai. Dan dia juga merasa sangat senang karena Tonmai adalah orang
pertama yang bisa melihatnya. Dia sudah lama berada di dalam kamar itu.
“Kenapa
kau tidak renkrenasi?” tanya Tonmai, masih takut.
“Jika
aku tahu caranya untuk renkrenasi, aku sudah melakukannya dari dulu.”
“Kau
ingin aku percaya semua ini?” tanya Tonmai, dan Tharnnam menggangguk.
Tonmai
mencoba mengetes dengan menampar pipi Tharnnam. Tertampar, cuy. Tharnnam juga
ikut nampar, dan tertampar juga cuy. Tharnnam kaget karena dia bisa nyentuk
Tonmai. Tonmai ngetes ulang, dan ternyaa masih bisa. Tharnnam ngetes ulang juga
dan ternyata bisa.
Orn
masuk dan menyuruh Tonmai untuk keluar dan makan malam bersama. Tonmai heran
karena ibunya tidak bisa melihat Tharnnam sama sekali.
--
Keluarga
Tonmai makan malam bersama. Dan sama seperti kemarin, suasana sangat hening.
Hanya saja, Tonmai terus melirik ke arah kamar, dan di masih bisa melihat
Tharnnam.
--
Tonmai
masuk ke dalam kamar. Dia akhirnya percaya kalau hanya dia yang bisa melihat
Tharnnam. Tetapi, kenapa hanya dia? Tharnnam juga tidak tahu.
“B.R.Y.
Bamrungroj Widhaya. Kau sekolah di tempatku dulu sekolah,” senang Tharnnamm
begitu melihat baju seragam Tonmai. “Kelas berapa kau sekarang?”
“Kelas
11.”
“Jadi,
kau seusiaku. Bisakah kau membawaku ke sekolah? Ayolah, bawa aku ke sana. Aku
ingin tahu bagaimana segalanya sekarang.”
“Kenapa
kau tidak ke sana sendirian?”
“Jika
bisa, aku sudah ke sana dari dulu. Aku tidak akan terkurung di sini selama 17
tahun. Aku tidak bisa keluar jika tidak ada orang yang memanggilku.”
“Bukankah
itu bagus? Jadi kau tidak berubah jadi hantu jalanan.”
Mendengar
hal itu, Tharnnam meminta bantuan Tonmai. Dan apa itu? Dia meminta Tonmai
membakar semua baju, celana, ikat pinggang, seragam sekolah, sepatu, kaus kaki,
ikat rambut dan sisir yang ada di lemarinya. Dia ingin tukar baju, dia sudah
bosan menggunakan baju yang sama selama 17 tahun.
Tonmai
mulai membakar semua barang itu di dalam tong bakar di belakang rumah. Tharnnam
tampak sangat senang. Tonmai juga berdoa agar semua barang yang di bakarnya,
sampai ke Tharnnam.
Asap
pembakaran itu ternyata sampai ke lantai 2 kamar Chet. Chet langsung lari
keluar kamar dengan panik. Dan dia marah melihat Tonmai yang sedang membakar
semua barang-barang Tharnnam.
“Kenapa
kau membakar semua pakaian kakakmu?” tanya Chet dengan emosi. Tonmai terlalu
kaget dan bingung hingga tidak bisa menjelaskan.
Plak!!
Chet menampar pipi Tonmai. Orn yang keluar karena mendengar suara ribut-ribut,
tampak kakget.
“Aku
memberimu kamar itu, bukan berarti kau bisa melakukan sesuatu pada barang
peninggalannya. Kau ngerti?!!!’ marah Chet.
Tonmai
sangat marah, dan langsung berlari keluar rumah. Orn berusaha mencegahnya,
tetapi Tonmai tidak mendengarkannya.
“Jika
kau melakukan ini lagi padanya, bukan hanya pakaian yang akan dia bakar,” marah
Orn.
Chet
terdiam. Dia menatap pakaian Tharnnam yang terlahap api. Sementara Tharnnam,
dia pergi mengejar Tonmai.
Tharnnam
menemukan Tonmai yang duduk di trotoar jalan. Tonmai tampak sangat sedih, dia
bertanya pada Tharnnam : “Apa salahku jika aku terlahir di hari yang sama
dengan hari kau meninggal?” Tharnnam tidak bisa menjawab hal itu.
“Aku
sering bertanya saat masih kecil, kenapa aku tidak pernah merayakan hari ulang
tahun seperti anak lainnya? Kemarin, adalah pertama kalinya ayah memberiku
hadiah. Jujur saja, aku sangat senang. Hingga sekarang, aku tidak pernah
mendapatkan apapun dari ayah. Dia tidak pernah memelukku atau bercanda
denganku. Dia bahkan tidak pernah bertanya apa yang ku lakukan sekalipun. Aku
selalu berpikir seharusnya aku tidak lahir. Tapi… aku berhenti berpikir
sekarang. Kau tahu kenapa? Walaupun aku tidak punya pesta ulang tahun, aku
tahu, semua orang masih mengingat ulang tahunku. Ulang tahunku ada di pikiran
semua orang. Tapi, mereka berpura-pura tidak mengingatnya dan bersikap itu
seperti hari biasa lainnya. Bukankah itu lucu?” tangis Tonmai.
Tharnnam
menangis mengetahui perasaan Tonmai. “Tonmai.”
“Apa
yang kau tahu? Sejak kau mati, kau tahu apa yang harus ku lalui? Jujur saja,
kenapa kau harus bunuh diri di hari aku lahir?”
“Aku
mengerti. Kenapa aku tidak bisa mengerti, Tonmai? Setelah aku mati, aku selalu
di kamarku selama ini.”
Setelah kematian Tharnnam,
Chet berada dalam duka yang mendalam. Dia berharap putrinya dapat hidup
kembali. Dia tidak tahu, kalau roh Tharnnam berada di belakangnya, dan bersedih
melihat air mata ayahnya.
“Aku
tahu … kalau aku adalah alasan semua orang di keluarga kita berubah.”
Chet selalu minum-minum di
kamar Tharnnam sambil menatap seragam Tharnnam.
“Aku
tahu… aku lah alasan kau tidak pernah merayakan ulang tahun.”
Orn meminta Chet untuk
berhenti minum. Hari ini saja. Ini hari ulang tahun putra mereka. Dia berusaha
mengambil gelas Chet, tetapi Chet mengacuhkannya. Dan Orn tampak marah, dia
memilih keluar kamar. Chet berbaring di kasur Tharnnam, matanya berduka. Dan
Tharnnam tampak sedih melihat ayahnya sampai seperti itu.
Suatu ketika, Chet
mengunci kamar Tharnnam dari dalam. Orn berusaha masuk, tetapi Chet tidak mau
membuka pintu. Orn menangis dan marah, dia berteriak menyuruh Chet untuk tidak
terus hidup seperti orang mati. Dia dapat mengerti penderitaan dan kedukaan
Chet, semua orang juga berduka, tetapi bukan hanya Tharnnam anaknya, masih ada
Tonmai dan dia. Chet menangis mendengar hal itu. Termasuk, Tharnnam, dia
meminta maaf, tapi percuma, tidak ada yang bisa mendengar suaranya.
Penyesalannya.
“Tahun
demi tahun… aku melihat bagaimana setiap orang menderita.”
Orn menangis di depan
pintu. Dan Chet akhirnya membuka pintu. Dia keluar dari kamar Tharnnam. Menutup
lampunya, dan mengunci pintu itu rapat dengan gembok. Dan Tharnnam… dia berada
di dalam kamar itu. Sendirian. Dalam gelap.
“Itu
semua karenaku. Kau bertanya padaku, kenapa kau bunuh diri di hari kau lahir,
aku tidak tahu jawabannya. Aku tidak bisa mengingatnya sama sekali. Itu tampak
seperti ada bagian dari hidupku yang menghilang. Aku minta maaf, Tonmai.
Menjadi alasan kau tidak bisa merayakan ulang tahun,” tangis Tharnnam.
“Lupakan
saja. Karena… kita tidak bisa kembali ke masa lalu dan mengulangnya,” bijak
Tonmai. Dan mereka saling berpelukan.
--
Orn
di dalam rumah, dan masih tampak marah. Sementara Chet, dia mematikan api di
tong dan mengais sisa – sisa baju Tharnnam. Tonmai pulang dan langsung masuk ke
dalam kamar tanpa menyapa ayahnya.
--
Saat
mereka masuk kamar, Tharnnam langsung menjerit senang karena baju-baju yang di
bakar tadi sudah ada di atas ranjang dan dapat dia kenakan.
“Kau
bilang tidak ingat alasan kau bunuh diri, kan?” tanya Tonmai memastikan.
“Um,”
jawab Tharnnam setelah ragu sesaat.
“Apa
mungkin itu alasannya kenapa kau terkurung di kamar ini dan tidak bisa renkrenasi?”
“Aku
juga tidak tahu.”
“Aku
akan membantumu mencari tahu yang terjadi dulu,” ujar Tonmai.
Dan entah kenapa, Tharnnam
terlihat ragu sesaat sebelum setuju dan tersenyum.
--
Tee menyelesaikan syuting.
Dan sebelu pulang, dia menghampiri para kru dan meminta maaf atas hari ini. Melihat
Tee yang meminta maaf, sutradara memberikan nasihat kalau Tee harus merubah
kebiasaan buruknya terutama bau alkohol dari badannya. Meskipun kamer yang
merekam tidak bisa mencium, tapi semua orang yang bekerja di sini bisa menciumnya.
Tee menjawab ya.
Tetapi, saat dia masuk ke
dalam mobil, Tee mulai minum-minum lagi. Look menegurnya tetapi Tee tampak
tidak suka.
“Kau tidak pernah membuat
seseorang bunuh diri. Kau tidak mengerti,” ujar Tee.
Tags:
happy birthday
Kak lanjut y sampai selesai.
ReplyDeleteKak tolong tulis sinopsis prom mai dai likithe dong seperti y cerita bagus,q gk bisa lihat d yutob terus soal y kauta q cepet habis hee... ,tolng y kak
ReplyDeleteMb u boleh request drama filliphina la luna sangre..Dilanjut truz kak sinipsisnya
ReplyDelete