Sinopsis Lakorn : You Are Me episode 09 – 2


Sinopsis Lakorn : You Are Me episode 09 – 2
Images by : Channel 3
sinopsis di tulis oleh : Chunov (nama samaran) di blog k-adramanov.blogspot.com
Krit sudah boleh pulang. Nuan dan Na membantunya berberes. Krit menawarkan untuk datang ke acara sekolah KhaoSuay, tetapi Nuan menilai kalau Krti belum terlalu sehat untuk ikut lomba.
Tetapi, Krit terus menyakinkan kalau dia sudah sangat sehat dan bisa ikut perlombaan. Na akhirnya setuju untuk membiarkan Krit menjadi wali di acara lomba sekolah KhaoSuay.
Krit mengantar Na, Nuan dan KhaoSuay pulang, dan dia juga mengingatkan kalau besok dia akan datang untuk membawa KhaoSuay membeli sepatu sport. Pas sekali, Thi keluar rumah karena mendengar suara mereka. Thi menyapa Krit dengan ramah dan juga bertanya keadaan Krit, usai itu, Thi memberikan undangan acara lomba olahraga sekolah KhaoSuay yang tadi dia lihat ada di samping meja kepada Siriya. Na jelas kaget karena undangan itu ada di tangan Thi, dan lebih kaget lagi karena Thi menandatangani undangan itu di bagian orang tua, samping ttd Siriya.
Na langsung protes karena Thi asal tanda tangan. Thi dengan tenang menjawab kalau dia tanda tangan karena dia akan datang ke acara itu sebagai wali KhaoSuay dan ikut lomba, kalau bukan dia siapa lagi yang bisa?
“Aku!” jawab Krit dan maju ke hadapan Thi.
“Khun Krit… lagi!” kesal Thi.
“Ya. Aku sudah mengajak Khun Krit, jadi kau tidak perlu datang,” timpal Na.
“Aku rasa masalah ini, seharusnya KhaoSuay yang memutuskan,” ujar Thi.
Dan Na langsung meminta KhaoSuay untuk memilih. KhaoSuay dengan seksama melihat wajah Thi dan Krit. “Kalau aku sudah pilih, aku dapat apa?” tanya KhaoSuay. (wkwkwk… pintar dia, mau dapat untung).
Dan dimulailah, Thi dan Krit menarik hati KhaoSuay agar memilih mereka. Krit memperlihatkan foto-foto robot-robotan terbaru, dan menyuruh KhaoSuay untuk memilih robot manapun yang KhaoSuay inginkan, dan pasti akan dia belikan. Sementara Thi, membawa KhaoSuay ke ruang kerjanya, dan menujukkan semua boneka penguin yang dia punya. KhaoSuay sampai tercengang melihat semua boneka penguin itu, yang dia sebut sebagai keluarga Pin Pin (boneka kesukaan KhaoSuay). Thi bahkan memperlihatkan robot penguin superhero, dan memberitahu kalau hanya ada satu robot seperti itu di dunia.
Dan setelah beberapa lama, KhaoSuay memutuskan untuk memilih Thi yang mempunyai banyak boneka penguin. Thi bersorak kegirangan, sementara Na tampak sangat kesal dan dongkol.
Hari H.
Thi dan Na datang bersama ke acara sekolah KhaoSuay. Na sangat kesal dan bahkan ngedumel kalau pasti mereka akan kalah di sepanjang perlombaan hari ini karena Thi tidak mempunyai kemampuan. Thi membalas kalau dia akan memenangkan semua perlombaan hari ini, jadi Siriya hanya perlu duduk dan melihat saja.
Guru KhaoSuay melihat mereka, dan menyapa mereka sebagai pasangan orang tua yang manis. Guru juga memberikan kain berwarna sama untuk mereka, sebagai tanda dari keluarga KhaoSuay.
Perlombaan dimulai. KhaoSuay melakukan perlombaan dengan Thi, dan mereka tampak bersenang-senang. Sementara Na melihat dari pinggir lapangan dan berteriak memberikan semangat pada KhaoSuay.
Perlombaan pertama selesai dengan kemenangan oleh Thi dan KhaoSuay. Begitu pula dengan perlombaan kedua, dan seterusnya. Na jelas senang dan memuji KhaoSuay yang hebat. Thi langsung menyombongkan diri.
KhaoSuay juga di puji oleh teman-temannya karena sangat hebat dan memenangkan semua perlombaan. khaoSuay sangat senang mendengar pujian itu dan langsung ke tempat teman-temannya itu. Usai KhaoSuay pergi, Na meminta Thi untuk melakukan satu hal, berpura-pura kalah. Thi jelas kaget dan menyebut Siriya sudah gila karena meminta nya untuk kalah di perlombaan selanjutnya.
“Hey! Dengarkan. Aku sekarang sedang mengajarkan pada putraku bagaimana rasanya kalah,” jelas Na.
“Apa kau punya rencana?”
“Aku tidak punya rencana apapun. Khun, kita tidak akan selamanya menang. Harus ada kekecewaan di beberapa tahap. Dan KhaoSuay sekarang sedang berada dalam usia banyak menyerap, dan aku ingin mengajarinya agar dia mengerti apa itu kemenangan dan apa itu kekalahan. Jadi ketika dia dewasa, dia sudah siap jika harus kalah.”
“Jika kau punya alasan, maka baiklah,” setuju Thi.
Dan di perlombaan selanjutnya, Thi dengan sengaja terjatuh dalam lomba balap karung sehingga dia dan KhaoSuay akhirnya kalah dan berada di posisi terakhir. KhaoSuay sangat kecewa dan menunduk sedih karena kalah untuk pertama kalinya. Dia bahkan tidak mau melihat wajah Thi, di tambah lagi, temannya yang menang malah menjulurkan lidah padanya.
KhaoSuay menangis. Na dan Thi berusaha menghiburnya. Na menjelaskan pada KhaoSuay kalau dalam perlombaan itu wajar jika ada kalah dan menang, dan KhaoSuay harus mengerti itu. KhaoSuay mengangguk dengan sedih.
“KhaoSuay, apa hari ini menyenangkan?” tanya Na.
“Ya!” jawab KhaoSuay bersemangat.
“Mmmm! Itu yang penting. Mae ingin kamu bersenang-senang dengan teman-teman. Guru juga mengatur acara ini, agar semuanya bisa bersenang-senang bersama. Kamu lihat? Semua temanmu sedang bersenang-senang,” jelas Na.
Dan KhaoSuay tersenyum mendengar penjelasan Na. Dia sudah mengerti. Temannya yang tadi mengejek KhaoSuay karena kalah, juga tersenyum pada KhaoSuay. Thi memuji Na yang sangat hebat dalam menghibur KhaoSuay.
Guru kemudian menghampiri mereka, dan memberitahu kalau ada hukuman di setiap perlombaan untuk yang kalah. Dan hukumannya adalah orang tua atau wali siswa yang kalah harus melakukan pertunjukkan di hadapan semua murid. Thi jelas kesal dan menuduh kalau ini pasti rencana Na. Na membantah hal itu, dan dia juga tidak ada membaca undangan dengan teliti, jadi tidak tahu ada hal itu.
Pertunjukan di mulai.
KhaoSuay dan Thi di minta maju ke depan untuk melakukan pertunjukkan. Thi dan KhaoSuay memakai topi pesulap dan topi badut, dan mulai melakukan pertunjukan sulap. Acara berlangsung dengan sangat menyenangkan.
“Mae, gimana penampilan ku? Apa keren?” tanya KhaoSuay.
“Oooiii, penampilan KhaoSuay sangat menakjubkan. KhaoSuay laki-laki paling keren yang ada di dunia,” puji Na.
“Kalau paman Thi gimana?”
Na memandang sekilas pada Thi, “Penampilannya juga bagus,” puji Na dengan nada tidak peduli.
Thi sedikit tersenyum mendengar pujian itu. Pas sekali, teman KhaoSuay datang dan mengajak KhaoSuay untuk bermain bersama.
Setelah KhaoSuay pergi, Thi mulai mengomeli Na yang membuatnya melakukan hal konyol (bermain sulap) padahal dia itu mengurus perusahaan. Dia bisa kehilangan kredibilitasnya juga melakukan hal seperti tadi.
“Di sini sekarang, tidak ada yang peduli siapa kau dan apa yang kau lakukan. Mereka datang karena mereka menyanyangi anak atau keponakan mereka. Kesempatan untuk kembali menjadi anak-anak seperti ini tidak mudah datang, Khun. Lebih baik kumpulkan lebih banyak kebahagiaan selagi di sini,” nasihat Na.
Thi mengerti. Dan dia ingin membuat Siriya juga kembali seperti anak kecil. Caranya, dia mendorong kursi roda dengan kencang di lapangan dan membuat Na berteriak ketakutan sekaligus senang.
--
Acara sudah selesai dan mereka sudah pulang ke rumah. KhaoSuay bahkan sudah mandi dan langsung tidur.
Na masuk ke kamar, bersamaan dengan Thi yang baru keluar kamar mandi. Thi menawarkan diri untuk mengangkat Siriya ke atas tempat tidur, tetapi Na menolak karena dia bisa sendiri. Thi tidak memaksa, dan membereskan sofa yang akan di tidurinya, sementara Na mengirimkan foto-foto acara hari ini pada Ya.
Usai mengirimkan pesan foto pada Ya, Na memanggil Thi, “Khun, terimakasih atas hari ini. Terimakasih telah membantu untuk menjadi ayah KhaoSuay hari ini.”
Thi sedikit tercengang, karena ini pertama kalinya Siriya berterima kasih padanya.
“Kau membuat KhaoSuay bahagia seperti anak-anak lainnya,” lanjut Na dan tersenyum manis.
Thi menatapnya sesaat, “Aku melakukannya untuk KhaoSuay demi P’Pop, bukan untukmu. Lupakan hal yang ku lakukan hari ini. Kau tidak perlu mempedulikannya,” ujar Thi berusaha tidak peduli, padahal dalam hati senang.
Thi lanjut membersihkan tempat tidurnya, dan bertanya sambil lalu, apa Siriya tidak mau dia bantu angkat ke atas tempat tidur? Dan tidak ada jawaban. Eh pas dia noleh, Na udah tertidur dengan pulas di atas kursi roda.
Thi akhirnya mengangkat Siriya ke atas tempat tidur. Tapi, pas dia mau bangkit dan kembali ke sofa, Na malah memeluknya dengan erat. Thi sudah terlalu capek, dan akhirnya malah tertidur di samping Siriya.
Pagi hari,
Mereka berdua tertidur nyenyak sambil berpelukan. Namun, itu tidak bertahan lama, karena ketika Na terbangun, dia langsung menjerit dengan keras karena melihat Thi ada di sampingnya, dan bahkan memeluknya.
Suara teriakan Na, membangunkan Na, dan terdengar oleh Nuan yang sedang menyuapi KhaoSuay.
“Aih, kapan ada hari tenang di rumah ini?” gerutu Nuan kesal.
“Tante Nuan, ada apa dengan Mae’Ya?” tanya KhaoSuay.
“Tidak ada apapun, KhaoSuay. KhaoSuay lanjut makan dulu ya, tante mau ke kamar dulu.”
Di kamar, Na memukuli Thi dengan palu mainan dan menuntut penjelasan kenapa Thi ada di kamarnya. Thi menjelaskan sambil menahan tangan Na, kalau kemarin dia mengangkat Na ke atas tempat tidur karena Na tertidur di atas kursi roda. Dan Na malah tidur di atas lengannya, sehingga dia tidak bisa beranjak, dan Na malah memeluknya lagi.
Nuan berada di depan pintu dan mendengar itu. Dia kaget dan malah berpikiran yang macam-macam. Dia maksud dengan kunci cadangan kamar Na, dan pas sekali dia melihat posisi Na yang lagi berada di pangkuan Thi (Thi lagi nahan tangan Na agar tidak memukuli nya terus).
“Hey! Kenapa kalian selalu bertengkar untuk hal yang sama setiap menit, setiap hari? Listen! Nong Ya! Listen! Khun Thi, jika dia ingin melakukan sesuatu padamu, dia pasti sudah melakukannya dari hari pertama.”
“Itu benar!” setuju Khun Thi.
“Stop! Khun Thi juga sama saja. Nong Ya! Menampar! Memukul! Setiap hari! Apa kau tidak belajar! What’s wrong with you? Bagaimana? Kau ingin melanjutkan berdebat!” marah Nuan dengan kesal.
“P’Nuan. Apa kau pernah mendengar hal ini, masalah antara suami istri, orang lain jangan ikut campur!” tegas Thi.
“Oh my God! Aku di marahi,” terkejut Nuan.
Thi malas lanjut berdebat, memilih untuk keluar kamar.
Setelah Thi keluar kamar, Na langsung memarahi Nuan karena tidak membela-nya tadi, padahal mereka berteman. Nuan baru tersadar, dia berjanji, kalau besok Na berteriak lagi, dia akan masuk kamar dengan tenang, mencium pipi Thi dan pergi. Na berteriak kesal karena Nuan malah bercanda.
--
Thi, Na dan Nuan kembali melakukan diskusi untuk mencari tahu pelaku. Dari kecelakaan yang baru-baru ini terjadi, mereka tidak tahu siapa pelakunya, tapi mereka mendapat hal lain. Ya memberitahu mengenai obat diabetes yang di temukan di TKP penembakannya yang sepertinya milik pelaku. Dan juga mereka tahu kalau Khun Pawinee membenci wanita simpanan dan mempunyai kemampuan menembak dan juga mengonsumsi obat diabetes. Dan secara kebetulan, dua tahun lalu, Khun Pawinee pada hari penembakan Ya, berada di sekitar daerah Liab Duan, dekat TKP penembakan Ya.
“Sekarang ini, khun Pawinee adalah orang yang paling mencurigakan. Tapi, kita juga belum menemukan bukti kalau dia bersalah,” simpul Nuan.
“Jika kita tidak bisa menemukan buktinya, makan kita harus membuatnya mengaku,” ujar Na.
“Tidak mungkin. Khun Pawinee adalah orang yang pintar. Dan dia juga mampu mengendalikan perasaanya dengan sangat baik. Dia tidak akan terpedaya dengan mudah,” ujar Krit.
Dan kita di perlihatkan Khun Pawinee yang sedang berias dengan ekspresi sangat datar.
“Aku akan menyelidiki rumah teman Khun Pawinee yang ada di sekitar Liab Duan. Meskipun kejadian nya sudah berlalu 2 tahun, tapi waktu kejadian tidak akan berubah. Jika ada CCTV di area sekitar sana, maka pasti ada rekaman saat itu yang terekam. Dan kita akan tahu apakah Khun Pawinee benar-benar keluar kota atau tidak. Atau… (dia berbohong),” saran Thi.
--
Na, Nuan dan Krit pergi ke sekolah untuk menjemput KhaoSuay. Tetapi, guru memberitahu mereka kalau nenek KhaoSuay sudah datang tadi menjemput KhaoSuay.
“Nenek?”
“Benar. khaoSuay memanggilnya nenek. Ah! Aku ada mencatat nama orang yang menjemput. Namanya Khun Pawinee.”
Na jelas kaget dan takut kalau KhaoSuay di apa-apain.
Krit mencoba menelponnya tetapi Khun Pawinee tidak mengangkat. Nuan menelpon Lert dan Lert memberitahu kalau Khun Pawinee belum kembali ke rumah. Na semakin khawatir.
Na menelpon Thi dan langsung bertanya kemana ibu Thi membawa putranya? Thi jelas bingung dengan maksud perkataan Na. dan Na menjelaskan kalau Khun Pawinee menjemput KhaoSuay di sekolah dan tidak memberitahunya. Thi menjawab kalau dia tidak tahu, dan juga dia harus mematikan telepon sekarang karena dia harus bertemu klien.
“Hal yang ibumu lakukan sekarang itu termasuk penculikan. Jika terjadi sesuatu pada KhaoSuay, aku akan segera meminta polisi untuk menangkap ibumu,” ancam Na.
Khun Pawinee membawa KhaoSuay dalam mobilnya. Dia juga berkata pada KhaoSuay akan membawa KhaoSuay ke tempat dimana tidak akan ada satu orangpun yang bisa memisahkan mereka lagi. KhaoSuay tampak bersemangat mendengarnya.
“Bantu aku menemukan ibumu. Sekarang, Khun Thi!” tegas Na dan langsung mematikan telepon.
Thi jelas marah karena Siriya mengancamnya dan bersikap seolah Khun Pawinee adalah penjahat. Thi langsung menelpon Khun Nat untuk bertanya, mana tahu Khun Pawinee ada memberitahu Khun Nat. Khun Nat juga kaget, dan baru tahu kalau Khun Pawinee keluar rumah. Thi meminta saran Khun Nat karena dia tidak bisa menghubungi Khun Pawinee.
“Ibu mungkin hanya membawa KhaoSuay keluar untuk bermain, sama seperti nenek lainya mengajak cucunya bermain. Khun Thi, tenang saja.”
Thi mengerti dan berterimakash atas pendapat Nat. Usai menelpon Khun Nat, Thi menelpon Na dan menyuruhnya untuk pergi ke restoran Thai di dekat rumah, mana tahu Khun Pawinee mengajak KhaoSuay makan.
Krit langsung memeriksa ke sana, tetapi tidak ada Khun Pawinee. Thi kemudian menyarankan untuk memeriksa ke salon langganan Khun Pawinee. Nuan dan Na ke sana, tetapi tidak ada Khun Pawinee.
Mereka terus memeriksa ke setiap tempat yang di beritahu Thi, dan tidak ada. Mereka malah bertemu dengan Khun Nat, yang juga ternyata memeriksa ke tempat yang Khun Pawinee biasa kunjungi.
“Bagaimana kau tahu masalah ini?” tanya Na dengan dingin.
“Khun Thi yang menelpon dan memberitahuku.”
Da datang ke ruangan Thi untuk memberitahu kalau satu jam lagi mereka harus bertemu customer, tetapi Thi malah meminta Da yang menghandle customer itu, karena dia harus pergi sekarang.
“Aku rasa kita harus berpencar mencarinya. Itu akan lebih cepat!” saran Khun Nat.  “Siriya, kau ikut denganku.”
“Kenapa aku harus ikut denganmu?”
“Itu karena mungkin tebakan ku benar, mengenai kemana Khun Mae membawa KhaoSuay.”
Na tidak mau. Khun Nat kesal. Pas sekali, Thi menelpon dan bertanya hasil pencarian mereka. Krit memberitahu kalau mereka belum menemukan Khun Pawinee. Thi memberitahu tempat terakhir yang mungkin Khun Pawinee kunjungi.
--
Khun Pawinee membawa KhaoSuay masuk ke daerah penuh pepohonan. Khun Pawinee juga membawa tempat buah dan ada pisau buah juga. Mereka piknik di bawa pohon besar. KhaoSuay menghabiskan waktu untuk bermain pesawat.
Khuan Pawinee memanggil KhaoSuay untuk makan. Dan Khun Pawinee memegang pisau dengan erat dan memandang KhaoSuay dengan tajam.

3 Comments

Previous Post Next Post