Sinopsis Lakorn : You Are Me episode 12 – 2


Sinopsis Lakorn : You Are Me episode 12 – 2
Images by : Channel 3
sinopsis di tulis oleh : Chunov (nama samaran) di blog k-adramanov.blogspot.com
Melihat posisi Thi dan Siriya seperti itu, karyawan itu langsung minta maaf dan keluar. Na langsung mendorong Thi dari pangkuannya.
Malam hari,
Na masih belajar di rumah. Tapi, bukannya belajar, dia malah mencorat coret wajah Thi yang ada di majalah.
--
Esok harinya, Thi mulai mengajukan pertanyaan ke Siriya, dan Na bisa menjawab semua pertanyaan itu dengan baik. Thi sampai kagum dengan Siriya yang sangat cepat belajar.
Para karyawan sedang berada di pantry. Dan karyawan yang kemarin melihat Thi dan Siriya ciuman pipi kemarin, langsung bergossip membicarakan hal itu. Dan kebetulan, Da juga ada di sana dan mendengar gossip itu. Dia tampak sangat cemburu dan marah.
--
Da pulang kerja bersama dengan Thi. Dia meminta waktu Thi sebentar, karena dia ingin memperingati sesuatu. Dia meminta Thi untuk tidak terlalu dekat dengan Siriya, atau Thi akan kehilangan kredibilitasnya juga.
“Jangan mengkhawatirkan orang lain. Lebih baik, khawatirkan dirimu sendiri,” ujar Khun Pawinee yang tiba-tiba muncul dari dapur.
Khun Pawinee meminta Thi untuk ikut dengannya membicarakan sesuatu. Dia menegaskan pada Thi kalau dia masih tidak bisa mempercayai Darika. Karena itu, Thi harus menjaga Da agar tidak berada dekat dengan KhaoSuay dalam jarak 100 m. Thi mengerti dan menyanggupi hal itu.
Khun Pawinee kemudian menanyakan hasil penyelidikan kecelakaan Khun Pipop. Thi memberitahu kalau kecelakaan Khun Pipop sepertinya adalah pembunuhan. Dan sepertinya juga terkait dengan kecelakaan yang di alami Siriya. Dan lagi, hasil autopsi supir truk itu, dinyatakan kalau dia bukan bunuh diri. Khun Pawinee tampak sangat terkejut mendengar.
“Siapa? Siapa yang membunuh putraku? Mulai dari sekarang, rumah ini bukanlah tempat yang aman lagi. Kita harus memperhatikan semua gerak gerik mereka. Dan juga harus memastikan keselamatan KhaoSuay. Aku tidak akan mempercayai siapapun lagi, kecuali kau.”
--
Malam hari,
Seperti biasa, keluarga Sutharak makan malam bersama. Dan Da dengan sigap langsung mengambil tempat nasi dari tangan Orn (pembantu) dan mengambilkan nasi untuk Khun Pawinee. Tidak di sangka, Khun Pawinee malah menegur Da karena mengambilkannya nasi dan memerintah Orn untuk menukar piringnya dengan yang baru. Da jelas merasa tersinggung, tetapi dia berusaha sabar dengan bertanya ada apa?
“Ah, siapa yang tahu apakah kau meletakkan racun di nasi ini atau tidak,” jawab Khun Pawinee.
“Kenapa aku harus menaruh racun. Aku tidak akan pernah menyakiti Khun,” ujar Da agak emosi.
“Siapa yang bisa kita percayai di meja ini? Awalnya, waktu Nang Siriya bilang ada seseorang di rumah ini yang menyerangnya, aku juga tidak percaya. Tapi setelah beberapa waktu, aku merasa itu mungkin saja. Terlebih lagi ada hal tersembuyi di balik kematian Khun Pipop. Bagaimana kita bisa yakin kalau kita tidak sedang makan bersama dengan si pembunuh!” sindir Pa.
Da tersinggung sekali mendengarnya. Dia meletakan mangkuk nasi, dan kembali ke tempat duduknya lagi. Khun Nat angka bicara kepada sindiran Pa, mereka sudah lama tinggal bersama dan tidak pernah ada masalah. Tapi, sejak Siriya masuk dalam rumah ini, ada masalah. Dan karena itu, baginya, Siriya adalah orang yang paling tidak bisa di percayai.  
“Kalau begitu mari akui ini. Kalau P’Pop dan Siriya meninggal, siapa yang paling bahagia? P’Nat? Nong Da? Thi? Atau Ibu?” tanya Pa.
“Orang yang paling senang, aku rasa adalah kau. Karena semuanya juga tahu kalau kau membenci abangmu sendiri. Karena kau iri Ibu lebih mencintai Khun Pipop daripada kau,” ujar Khun Nat.
Khun Pawinee tidak tahan lagi, dan menyuruh mereka untuk tidak membahas hal ini lagi. Hal seperti kematian dan kehidupan bukanlah hal yang bisa di permainkan, di tambah lagi yang mereka bicarakan adalah Khun Pipop, anaknya. Dan juga orang yang membunuh anaknya, pasti juga orang yang mencoba melukai KhaoSuay, dan dia pasti tidak akan membiarkan orang itu bebas. Dia akan membuat orang ini menerima hukuman yang pantas.
Mendengar hal itu, Khun Nat, Pa, dan Da saling menatap tajam dengan kebencian.
--
Khun Nat menemui Khun Pawinee di kamar. Dia meminta waktu untuk bicara sebentar.
“Aku tahu kalau ibu tidak mempercayai Da. Tapi, sekarang ini, tidak ada bukti bahwa Da adalah orang yang mendorong KhaoSuay ke kolam. Aku rasa, ibu harus adil pada saudaraku.”
“Bagaimana?”
“Emmm… jangan memperlakukan Da sebagai pelaku selama belum ada buktinya. Jika Da benar-benar tidak melakukan hal seperti yang Ibu tuduhkan, maka hal yang Ibu lakukan pada Da… benar-benar kejam. Sebagai orang yang membawa Da untuk tinggal di rumah ini, aku akan menjaga dan terus memperhatikan Da. Jika Da benar-benar salah, maka tidak perlu ibu yang bertindak, aku lah yang akan langsung mengusirnya keluar dari rumah ini!” pinta Khun Nat.
--
Ya melakukan terapi fisik lagi. Dan Peuk menemaninya. Peuk sangat bersemangat karena terapi Ya ada kemajuan. Dan bahkan ada kemungkinan Ya akan bisa berjalan lagi jika terus menjalani terapi. Krit yang mendengar hal itu tampak senang.
Krit menuju ruangan Khun Nat. Dan Khun Nat menyindir Krit yang datang terlambat 10 detik, dan dia tidak suka dengan orang yang datang terlambat. Krit heran, memang dia akan bekerja apa dengan Khun Nat?
Khun Nat memberitahu kalau Khun Pa gagal bernegosiasi dengan perusahaan shipping itu dan situasi sekarang bahkan lebih buruk dengan sebelumya. Jadi, dia di tugaskan untuk menyelesaikan hal itu bersama dengan Krit yang adalah pengacara perusahaan.
Krit jelas heran, kenapa Khun Nat mau bekerja sama dengannya setelah sebelumnya dia diam-diam menyelidiki Khun Nat? Apa Khun Nat tidak takut jika dia akan memanfaatkan peluang ini untuk menyelidiki Khun Nat lebih dalam?
“Aku adalah orang yang sangat hebat dalam memisahkan masalah pribadi dan pekerjaan. Dan aku harap, kau juga bisa melakukannya,” tegas Khun Nat.
“Aku juga bisa melakukan hal itu,” jawab Krit.
Dan dengan begitu mereka mulai bekerja sama, agar perusahaan tidak rugi dan menang dalam persidangan karena tuntutan perusahaan shipping itu.
Pas sekali, Pichet lewat depan ruangan Khun Nat, dan dari jendela, dia bisa melihat Khun Nat bersama dengan Krit. Entah kenapa, melihat hal itu, wajah Pichet berubah menjadi muram.
--
Da datang ke ruangan Thi. Dia memberitahu kalau besok Khun Pragan pemilik dari Nine Barrel akan datang ke perusahaan bersama dengan putrinya untuk memberi mobil. Thi kaget juga, karena besok dia sudah ada janji untuk bertemu dengan Khun Win. Da menyarankan untuk membatalkan kunjungan Khun Pragan saja.
Thi menolak saran Da. Sebaliknya, dia akan mempercayai Da untuk mengurus Khun Pragan dan putrinya besok. Da setuju dan senang juga karena di beri kepercayaan itu. Tetapi, Thi lanjut mengatakan kalau dia ingin Siriya juga di bawa menemui Khun Pragan, karena dia ingin Siriya mulai belajar di team penjualan. Dan dia meminta Da mengajarinya. Da menyanggupi hal itu walaupun mukanya tampak kesal.
--
Na sedang berkeliling perusahaan. Dan Wat menyapanya dengan ceria, tetapi Na heran melihat sikap Wat yang tampak sok akrab dengannya. Wat tidak menyadari hal itu, dan terus berbicara panjang lebar pada Na. Na yang heran, bertanya, sejak kapan mereka akrab? Wat terkejut, di tambah lagi Na langsung pergi gitu aja.
“Hoiii, Khun Ya benar-benar tidak mengenalku? Atau dia amnesia?” bingung Wat. “Hal ini harus ku selidiki!”
--
Na berbincang dengan Krit. Dia mengeluh karena sangat bosan dan merasa di permainkan oleh Thi. Dia terus mengeluh ini itu. Krit menyarankan agar Na tetap fokus untuk bekerja, dan dia juga akan fokus menyelidiki Khun Nat. Apalagi sekarang ini dia akan bekerja sama dengan Khun Nat, jadi dia akan lebih mudah menyelidiki dan menemukan sesuatu yang mencurigakan, dan dia pasti akan segera melaporkannya pada Na. Na setuju mendengarnya.
--
Esok hari, sebelum pergi menemui Khun Win, Thi menitip pesan pada Da untuk merekomendasikan mobil 911 Carrera S kepada Khun Pragan nanti. Dan dia akan mempercayai Siriya pada Da. Da mengiyakan dan menyuruh Thi untuk tidak khawatir dan fokus saja dengan Khun Win.
--
Na sedang bersama salah seorang karyawan dan menjelaskan mengenai penjualan mereka yang menurun di sepanjang tahun. Da menemuinya dan memberitahu kalau Thi memintanya untuk mengajarinya. Na sudah tahu, karena sudah di beritahu sebelumnya.
“Sebelumnya kau adalah ‘pretty’ (model)! Kau seharusnya bisa menjual dengan baik,” sindir Da. Dan semua karyawan secara diam-diam menertertawai Siriya.
“Itu tergantung dengan yang akan di jual. Jika penjualan yang kau tujukan padaku, tidak semua ‘pretty’ menjualnya.”
“Maksudku, menjual mobil. Nanti akan ada multi jutaaan pebisnis bernama Khun Pragan. Dia akan membawa putrinya yang bernama Nong Nine untuk melihat mobil. Perhatikan aku baik-baik, aku akan memberikan pengajaran ketat.”
Dan pas sekali, salah seorang karyawan melapor kalau Khun Pragan telah tiba.
Da segera mendorong kursi roda Siriya turun untuk menemui Khun Pragan dan putrinya. Sepertinya, mereka adalah pelanggan tetap, karena putri Khun Pragan telah mengenal Da dan mereka bahkan berbicara dengan santai. Da juga memperkenalkan Siriya kepada mereka, sebagai sales yang akan bertanggung jawab dan memberikan rekomendasi mobil kepada Khun Pragan. Na terkejut mendengarnya, karena dia tidak mengetahui hal itu. Khun Pragan dan putrinya juga tampak terkejut.
 Na berusaha dengan baik melayani Khun Pragan dan Nine. Dia bertanya-tanya terlebih dahulu tipe mobil yang Nine inginkan. Setelah berbincang, Na menyarankan mobil Porsche 911 Carrera S. Da tampak terkejut, karena itu jenis mobil yang sama yang Thi minta agar dia rekomendasikan kepada Khun Pragan dan putrinya. Nine tampak suka dengan rekomendasi mobil tersebut.
Na membawa mereka untuk melihat mobil itu. Tapi, saat Nine hendak masuk ke dalam mobil, pintu mobil tidak bisa di buka. Na langsung hendak menemui kepala penjualan, tetapi Da malah menyuruh kepala penjualan untuk ikut dengannya. Na di tinggal sendiri. Dia berusaha mencari cara, dan ternyata, kunci mobil terjatuh di bawah roda mobil. Na berusaha mengambilnya, namun dia kesulitan.
Khun Pragan dan putrinya sudah tampak kesal. Akhirnya, Khun Pragan jongkok untuk ambil sendiri kunci mobil itu. Dan Na tanpa sengaja terjatuh dan menimpa Khun Pragan. Khun Pragan langsung bangkit dengan kesal, tanpa membantu Na. Dia memarahi Na karena tidak hati-hati. Dan dia juga kesal karena yang melayaninya adalah orang cacat seperti Na.
Khun Pragan langsung menelpon Thi, dia protes karena di layani dengan orang yang tidak ‘normal’.
“Dan bagaimana orang itu tidak normal?” tanya Khun Thi.
“Itu…”
“Aku lihat dia punya dua tangan dan dua kaki, sama seperti kita,” ujar Thi.
Nine memberi tanda pada ayahnya. Dan ternyata, Thi sudah ada di sana.



Support penulis hanya dengan membaca sinopsis ini (Khun Mae Suam Roy) di :
k-adramanov.blogspot.com. Terimakasih. Happy Reading.




Post a Comment

Previous Post Next Post