Sinopsis
Lakorn : You Are Me episode 13 – 1
Images by : Channel 3
sinopsis di tulis oleh : Chunov (nama
samaran) di blog k-adramanov.blogspot.com
Thi
mengambilkan kunci mobil yang terjatuh ke kolong dan memberikan kunci itu pada
Na. Dia akan menjadi asisten Na untuk saat ini.
“Orang
disabilitas sama di mata hukum. Dan juga di lindungi hukum. Perusahaan kami
mempercayai hal itu, itulah kenapa kami mempercayakan Siriya. Dan aku juga
percaya bahwa customer kami adalah orang dengan pemikiran terbuka. Tadi, Khun Pragan menelponku. Apa yang hendak
di sampaikan?”
“Oh.
Tidak ada,” ujar Khun Pragan, tidak jadi protes.
Dan
Thi mempersilahkan Khun Pragan untuk masuk dan mencoba mobil itu.
--
Krit
menunggu Khun Nat. Mereka janjian di sebuah tempat. Krit menelpon Khun Nat yang
tidak kunjung tiba, dan Khun Nat beralasan kalau dia terjebak macet dan
sekarang sedang jalan kaki menuju ke sana setelah memarkir mobilnya. Krit bisa
menunggunya di dalam.
Tetapi,
Khun Nat merasakan ada seseroang yang mengikutinya. Dia merasa ketakutan, dna
karena itu, Khun Nat setengah berlari. Kakinya terkilir, dan untung ada Krit
yang menangkapnya. Krit bertanya kenapa wajah Khun Nat terlihat pucat? Dan Khun
Nat memberitahu ada seseorang yang mengikutinya tadi. Krit langsung memeriksa,
dan tidak ada siapapun. Khun Nat jadi
heran, dan merasa kalau mungkin dia terlalu ketakutan hingga berhalusinasi.
Khun
Nat bertanya, kenapa Krit tidak menunggu di dalam?
“Jika
aku masuk ke dalam, siapa yang akan membantu Anda?” tanya Krit balik.
Khun
Nat sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu, sekaligus senang. Khun Nat
hendak masuk, tetapi dia kesulitan berjalan karena kakinya terkilir dan hak
sepatunya patah. Krit merasa kasihan, jadi dia membantu memeriksa kaki Khun
Nat. Dia meminta Khun Nat untuk menunggunya sebentar.
--
Thi
memanggil Da ke ruangannya. Dia tampak marah. Dan tanpa basa-basi, dia
menujukkan rekaman CCTV dari ponselnya. Di situ terekam saat Da dengan sengaja
meletakkan kunci mobil ke bawah ban mobil.
“Aku
tidak menyangka kalau kau sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan seperti
ini,” ujar Thi dengan menahan amarahnya. “Kau juga tahu kalau dia disabilitas
dan tidak bisa berjalan. Tapi, kau dengan sengaja menjebaknya dan
mempermalukannya. Kenapa kau melakukan itu? Kau puas?”
“P’Thi
kau masih belum tahu, kenapa aku melakukannya? Sejak Siriya datang ke rumah,
kau hanya mempedulikannya. Memperhatikannya. Dan hari ini, kau melindungi dia
juga.”
“Da!
Aku tidak melindunginya! Tapi aku melakukan hal yang benar.”
“Benar?
Tapi kau tidak pernah mempedulikan perasaanku. P’Thi kau juga tahu, kalau aku
menyukaimu. Hanya saja aku tidak pernah mengatakannya. Dan aku percaya selama
ini kalau kau juga merasakan hal yang sama padaku,” ujar Da tanpa tahu malu.
Dia bahkan menggenggam tangan Thi, “Kenapa, P’Thi? Bisakah kita kembali ke
waktu dulu, seperti sebelum Siriya datang?”
Thi
melepaskan genggaman tangan Da dari tangannya. Dia menegaskan, kalau dia selama
ini tidak pernah merasakan hal seperti yang Da rasakan. Dia selama ini hanya
menyanyangi Da sebagai adiknya, tidak lebih. Da kecewa mendengarnya, dengan
tangisan, dia keluar dari ruangan Thi.
Di
depan dia berpas-pasan dengan Siriya. Dengan kejam dia menuduh Siriya yang
pasti merasa senang melihatnya bertengkar dengan P’Thi. Na membalas kalau dia
tidak pernah merasa seperti itu. Hal ini membuat Da semakin marah.
Na
masih ke dalam ruangan Thi. Thi langsung mengomeli Na yang ikut permainan Da
padahal tau Da akan mempermalukannya. Na menegaskan kalau dia tidak pernah ikut
permainan orang lain, dia mempunyai permainannya sendiri dan dia tidak mau
kalah. Thi entah kenapa malah merasa marah karena Na tadi memilih di marahi, di
permalukan dan tidak melawan, tidak seperti biasanya. Na membalas kalau
walaupun biasanya dia kasar, tetapi dia juga tahu etika ketika berhadapan
dengan cstomer. Dan dia tidak ingin perusahaan mereka kehilangan muka jika dia
bersikap kasar. Thi sedikit tersenyum mendengarnya.
Na
lanjut mengucapkan terimakasih atas bantuan Thi tadi padanya. Thi malah
menyuruh Siriya untuk tidak berterimakasih padanya, karena dia melakukan itu
karena Na adalah karyawannya, dan perbuatan Na tadi benar. Dan untuk Da, dia
akan memberikan hukuma yang sesuai untuknya karena sudah mempermainkan karyawan
seperti tadi.
Na
sedikit tercengang mendengarnya. Dia tidak menyangka kalau Thi akan bersikap
adil padanya dan Da. Sekali lagi, Na mengucapkan terimakasih, kali ini dengan
lebih tulus. Thi terdiam menerima ucapan terimakasih itu.
--
Krit
kembali dengan membelikan sepatu baru untuk Khun Nat. Khun Nat menerimanya
dengan senang, tetapi dia berusaha menyembunyikan kegembiraannya dengan berkata
kalau sepatu itu berharga murah dan tidak sesuai seleranya.
--
Da
pulang ke rumah larut malam dan dalam keadaan mabuk berat. Khun Nat melihatnya
dan kaget melihat Da yang seperti itu. Dia meminta para pembantu untuk tidak
memberitahukan hal ini pada Khun Pawinee, dan dia yang akan membawa Da ke
kamar.
Khun
Nat melemparkan tubuh Da ke kasur dengan kasar. Da masih mabuk, dan dia terus
mencari-cari alkohol. Khun Nat kesal melihatnya, dan langsung menyiram segelas
air yang di sedikan ke wajah Da. Dia memarahi Da karena bersikap seperti ini.
Kalau dia tidak ada, Khun Pawinee pasti sudah mengusir Da sejak lama.
“P’Thi
tidak mencintaiku lagi, P’Nat!” tangis Da.
“Berhenti!
Dia tidak pernah mencintaimu,” ujar Khun Nat dengan suara keras dan penuh
penegasan.
“Itu
tidak benar!”
“Benar!
Mereka
terus berdebat. Dan Khun Nat menyuruh Da untuk berhenti bersikap menyedihkan
seperti ini.
“P’Nat
lah yang bersikap menyedihkan. Kau cemburu padaku. Melihatku hampir bahagia
dengan P’Thi. Itulah kenapa P’Nat tidak menyukaiku.”
“Berhenti
bicara omong kosong, Da!”
“Aku
tidak bicara omong kosong. Aku bicara hal yang benar. Karena kau selalu menang
melawanku selama ini. Itulah kenapa kau takut akan kalah dariku mengenai hal
lelaki, kan? Biar aku beritahu, kau tidak pernah mempunyai cinta yang bagus.
Tidak ada orang yang ingin melindungimu.
Tidak ada yang ingin menjagamu. Kau punya suami tapi suamimu malah
mempunyai wanita simpanan. Itu bukan karena siapapun, itu karena kau sendiri!”
(kurang
ajar banget si Da)
Khun
Nat langsung menampar Da dengan kuat, dan menyuruhnya diam. Da menangis. Khun
Nat memperingati Da untuk tidak membuatnya kehilangan kesabarannya, atau dia
yang akan mengusir Da dari rumah ini. Dan dia juga tidak peduli dengan Da lagi,
terserah Da ingin melakukan apapun.
Khun
Nat masuk ke kamarnya. Dia menangis mengingat perkataan Da, yang adalah adik
kandungnya sendiri. Dia sangat kecewa dengan Da yang menyebut kalau suaminya
selingkuh adalah salahnya.
Dan
matanya tanpa sengaja melihat sepatu pemberian Krit siang tadi padanya. Dia
teringat saat Krit menangkapnya saat hampir terjatuh dan melihat kondisi
kakinya yang terkilir. Dan Krit bahkan membelikannya sepatu. Mengingat hal itu,
Khun Nat seperti mempunyai sedikit harapan. Dia menghentikan tangisnya.
(mampus!! Jangan bilang Khun Nat jatuh cinta pada Krit).
--
Esok
hari,
Praw
memberikan dokumen yang harus Khun Wiset tanda tangani. Tapi, bukannya
menandatangani dokumen, Khun Wiset malah menggoda Praw. Dan Khun Wiset malah
menawarkan permainan kepada Praw, untuk setiap barang yang Praw lepaskan dari
tubuhnya, dia akan membayar 1000 baht. Praw dengan senang menerima permainan
tersebut dan mulai melepaskan ikatan rambutnya, sepatu kiri-kanan, dst.
Khun
Pa datang ke perusahaan dan hendak menemui Khun Wiset. Resepsionis yang melihat,
langsung menelpon ke departemen Khun Wiset dan melaporkan hal itu. Karyawan
Khun Wiset panik dan berusaha menelpon ke ruangan Khun Wieset.
Khun
Pa tiba di departemen Khun Wiset. Dan para karyawan langsung berusaha
menghentikan Khun Pat untuk masuk dengan alasan kalau Khun Wiset sedang sibuk
dan tidak bisa menerima tamu. Tetapi, Khun Pat tidak peduli, dia bukan tamu,
tetapi istri.
Para
karyawan tambah panik karena Khun Pa langsung berjalan ke ruangan Khun Wiset.
Mereka takut perselingkuhan Khun Wiset dan Praw ketahuan, mereka akan berada
dalam posisi sulit.
Khun
Pa tiba di depan ruangan. Dia membuka pintu, dan untunglah Praw sudah memakai
semua pakaiannya dan bertingkah memberikan dokumen pada Khun Wiset. Khun Wiset
juga berakting terkejut melihat kedatangan Khun Pa.
Praw
pamit untuk keluar, tetapi Khun Pa menghentikannya. Suasana menjadi tegang.
Khun Pat memberitahu kalau kancing baju Praw salah. Tetapi, untungnya Khun Pa
terlalu polos (atau bodoh) dan menebak kalau Praw sudah salah pakai kancing
baju dari rumah. Praw langsung berakting malu sambil membenarkan hal itu, dan
berterimakasih karena Pa sudah memberitahunya. Khun Pa bahkan mengomentasi bau
parfum Praw yang harus dan meminta Praw mengirimkan merk parfum itu via
whatsapp.
Praw
keluar dari ruangan. Dan para temannya khawatir karena Praw tidak ketahuan.
Khun
Pa di dalam ruangan Khun Wiset bertingkah kesal karena tadi dilarang masuk oleh
karyawan Khun Wiset di luar. Khun Wiset sepertinya sudah tahu sifat Khun Pa,
karena dengan mudahnya dia merayu dan membuat Khun Pa merasa senang lagi.
Dan
cara Khun Wiset dan Praw bisa tahu kedatangan Khun Pa adalah karena sudah di
kirimi pesan sebelumnya kalau Khun Pa datang ke kantor.
--
Thi
mengumpulkan semua karyawan di departemen penjualan. Mereka semua merasa cemas,
karena Thi berbicara juga dengan Khun Nat. Mereka mengira kalau Thi akan
membuat pengumuman pemotongan gaji karena penjualan yang menurun. Khun Nat juga
tampak tegang dan menyerahkan keputusan ke tangan Thi, dia akan menyetujui
apapun itu. Thi mengerti dan pamit keluar dari ruangan Khun Nat.
Thi
membuat pengumuman kepada semua karyawan. Dia membahas mengenai masalah
kemarin, dan menyuruh semuanya untuk mencontoh sikap Siriya, yang tetap sabar
dan tidak melawan customer. Semua tambah bingung.
“Aku
punya hal penting yang ingin ku beritahu. Aku menurunkan Darikan dari posisi
asisten ku,” umumkan Thi. Da terkejut. “Dan aku mempromosikan Siriya, menjadi
asistenku mulai hari ini.”
Dan
tambah marahlah Da. Semua karyawan juga tidak menyangka akan hal itu.
Support penulis hanya dengan membaca sinopsis ini (Khun
Mae Suam Roy) di :
k-adramanov.blogspot.com. Terimakasih. Happy Reading.
Tags:
Khun Mae Suam Roy