Network : GMM One
Flashback. Diatas atap.
Seorang
guru dan Bu Ladda menahan Wipawee. Disana Bu Ladda memarahi Wipawee dan berniat
untuk menhubungin polisi. Lalu disaat itu, Nicha datang dengan tertatih- tatih.
Dan Bu Ladda pun menanyakan kenapa Nicha kesini, padahal seharusnya Nicha
beristirahat.
“Aku
harus melihatnya dihukum dengan mataku sendiri,” kata Nicha sambil menatap
tajam kepada Wipawee.
“Nicha.
Kembali ke UKS. Biar Ibu yang urus,” jelas Bu Ladda.
Dengan
nada kebencian, Wipawee membuka suara. Dia mengatakan bahwa Bu Ladda tidak akan
bisa mengurusnya, karena Bu Ladda tidak becus mengurus apapun. Bu Ladda hanya
peduli pada murid pintar. Dan Bu Ladda tidak pernah peduli pada masalahnya.
Kepadahal dia telah meminta bantuan berkali- kali, tapi Bu Ladda hanya diam
saja.
“Hentikan!
Kamu mau meracunin seluruh sekolah. Jangan berani- berani minta keadilan. Apa
kamu masih punya rasa kemanusiaan?” hardik Bu Ladda dengan keras.
Wipawee
yang awalnya berlutut, dia berdiri dan menunjuk dengan marah ke arah Nicha.
“Manusia? Tanya si jalang itu, apa dia masih manusia. Aku tahu benar kamu itu
apa. Kamu berdiri disini adalah bukti bahwa kamu monster!” teriak Wipawee pada
Nicha.
Mendengar
perkataan Wipawee yang mengatainya, Nicha menjadi sangat emosi. Dia bergerak
untuk menyerang Wipawee. Dan Bu Ladda serta guru lain berusaha untuk
menghentikannya. Tapi Nicha tidak mau berhenti, dan dia mendorong Wipawee jatuh
ke bawah.
Sehingga
Wipawee pun meninggal. Tapi melihat itu, Nicha sama sekali tidak tampak
bersalah.
“Aku
tidak peduli pendapatmu. Asal kamu tahu. Semua yang kulakukan adalah demi
sekolah ini,” jelas Bu Ladda sambil menatap tajam Pang. Sesudah itu dia
berbalik dan pergi.
Tepat
disaat itu, Wave datang. Dia mendekati Pang dan mengatai Pang sebagai pecundang
yang melakukan apapun untuk mengalahkannya. Dan Pang pun tidak mengerti, jadi
dia bertanya.
“Kamu
pikir aku bodoh? Aku tidak tahu apa potensimu. Tapi kamu mengalahkanku karena
berbuat curang, kan?” tuduh Wave.
“Aku
tidak curang,” balas Pang, jujur. Tapi Wave tidak percaya.
Wave
menarik kerah baju Pang. Dan Ohm pun menarik Wave agar berhenti. Lalu disaat
itu, walkie- talkie milik Pang terjatuh dari kantong, dan Wave langsung
mengambilnya.
“Terserah
kalau kamu tidak mau mengaku. Sebab aku ingin tahu, apa yang akan kamu minta
dari Direktur,” kata Wave dengan tajam sambil mengembalikan barang milik Pang
yang terjatuh. Setelah itu dia pergi.
Dan
suasana pun menjadi canggung. Namtaan serta Ohm diam karena tidak tahu harus
berkata apa. Lalu Pang pun pamit kepada mereka dan pergi.
Pang
mengembalikan buku yang diambilnya di perpustakaan tadi. Kemudian disaat itu
dia melihat foto Nicha tersenyum kepadanya. Dan kemudian, tiba- tiba saja
terdengar suara Guru Pom memanggil namanya, sehingga Pang tersadar.
“Pang,
Direktur sudah menunggu mu. Aku tahu kamu punya banyak pertanyaan. Tapi kamu
berhak bicara kepada Direktur. Kamu bebas membahas apapun yang kamu mau,” jelas
Guru Pom. Dan Pang mengiyakan.
Pang
masuk ke dalam ruang rapat, dimana Direktur telah menunggunya. Disana saat Pang
masuk ke dalam, Direktur langsung memujinya, karena beberapa tahun ini jarang
ada yang menemukan poin special didalam kuis Gifted. Dan lalu Direktur
menanyakan apa permintaan Pang.
“Belum
ada. Tapi, aku ingin tahu, apa benar Nicha membunuh Wipawee?” tanya Pang dengan
nada pelan.
“Pawaret.
Kamu tahu kenapa aku memakai ujian ini tiap tahun? Sebab aku ingin kamu
menyadari poin terpenting. Nicha tidak sengaja membunuh temannya. Berawal dari
kecemburuan yang dimiliki siswa biasa terhadap siswa Berbakat, itu adalah akar masalah. Jadi aku
membuat sistem yang memisahkan siswa Berbakat dan siswa lemah. Aku melindungin
anak- anak special dari bahaya,” jelas Direktur.
Pang
menjelaskan bahwa dia merasa ini tidak akan terjadi, jika Bu Ladda atau sekolah
memberikan perlakuan yang sama ke semua murid. Itu berawal dari Wipawee yang
ditindas, hanya karena dia tidak sehebat Nicha. Jadi lingkungan semacam itulah
yang akhirnya melahirkan kecemburuan.
“Aku
jadi simpati padanya,” kata Pang. Dan Direktur menghela nafas.
“Pawaret.
Aku paham maksudmu. Tapi cara berpikirmu sangat naif.”
Dalam
Buddha, ada empat macam teratai. Sebaik apapun mereka diperlakukan, mereka yang
inferior akan cemburu pada mereka yang superior. Jadi cara terbaik adalah
memisahkan mereka dan memberi pelayanan terbaik. Itulah pendapat Direktur.
“Pelayanan
terbaik? Menutupi kejahatan Nicha? Dia pembunuh!” kata Pang, dia merasa ini
tidak adil sama sekali.
“Nicha
siswa yang berharga. Apa hubungannya dengan keadilan? Masa depan Nicha jauh
lebih berharga. Tidak akan kubiarkan hidup siswa Berbakat, dihancurkan oleh
siswa Biasa,” balas Direktur dengan tegas.
Pang
bertanya lagi, karena dia tidak terima dengan pemikiran Direktur. Dan dengan
penuh penekanan, Direktur mengatakan bahwa anggap saja dia memberi kesempatan
kepada orang yang layak mendapatkannya. Jadi jangan anggap sistem ini berlaku
tidak adil. Dengan cara begini, Pang bisa mengembangkan potensinya lebih lagi,
dan suatu hari Pang bisa memakai potensinya untuk memimpin orang- orang
inferior ke masa depan.
Direktur
lalu tersenyum dan mendekati Pang, kemudian dia berbicara di dekat telinga
Pang. “Aku lupa. Aku memilihmu sebagai Ketua Kelas yang baru,” katanya. Kemudian
dia memegang bahu Pang dan memberikan Pang perintah agar melupakan pembicaraan
tadi, karena dia ingin Pang percaya kepada sistem dan membantu dia
mengembangkannya.
Setelah
mengatakan itu, Direktur melepaskan tangannya dari bahu Pang. “Kamu boleh
pergi. Sampaikan ucapan selamat pada teman- temanmu,” jelasnya sambil berjalan
mendekati pintu.
“Tidak,”
balas Pang. Sehingga Direktur berhenti dan berbalik menghadap ke arah Pang. Dan
dengan berani Pang balas menatapnya. “Aku tidak setuju,” tegas Pang.
“Apa
maksudmu?”
“Aku
tidak setuju dengan sistemnya. Aku tidak percaya seorang lebih berharga dari
yang lain. Semua orang sama. Aku yakin kalau Bapak hanya peduli pada siswa
Berbakat dan mengabaikan siswa biasa, maka semua akan semakin parah. Bapak
tidak bisa terus- terusan memperbaiki yang rusak,” jelas Pang. Dan Direktur
tampak terkejut.
Saat
berjalan dilorong dan bertemu dengan Nack. Pang berhenti berjalan. Lalu Nack
mendekatinya. Dan anehnya Nack bersikap biasa saja, dia mengatakan bahwa mereka
sudah lama tidak pernah bertemu sejak Pang masuk ke dalam kelas Berbakat dan
dia menanyakan kabar Pang.
Namun
Pang hanya diam saja, dia menatap dengan tatapan bersalah pada bekas luka yang
mulai hilang di dahi Nack. Lalu karena Pang hanya diam saja, maka Nack dan
teman- temannya pun pergi.
Kemudian
dengan penuh kekesalan, Pang mengepalkan tangannya dengan erat. Dia mengingat
pembicaraan terakhir nya dengan Direktur tadi. “Jangan cemaskan hal itu. Aku punya banyak cara. Sistemku tidak bisa
dihancurkan,” kata Direktur padanya sambil tersenyum.
Pang
yang marah keluar sambil membanting pintu dengan keras. Kemudian setelah itu,
Direktur mengambil walkie- talkie milik Pang yang berada diatas meja. “Aku tahu
kamu menguping, Wasuthorn (Wave). Awalnya aku menaruh harapan tinggi padamu.
Tapi pada akhirnya, potensimu tidak ada kemajuan. Aku sangat kecewa padamu.
Kupikir, kamu lebih baik dari ini. semoga kamu tidak mengecewakanku lagi,” kata
Direktur sambil tersenyum.
Didalam
kamar. Saat Direktur telah selesai bicara kepadanya. Wave langsung melepaskan
headset nya dan membanting semua barang di dalam kamarnya dengan perasaan
marah. Dan kemudian Wave berteriak, dia meneriakan rasa frustasi dan marahnya.
Tags:
The Gifted