Khun
Chai Puttipat (2013) Episode 1 - Part 5
Network
: Channel 3
Keaw
baru saja pulang bersekolah, dan ketika dia melihat Ayahnya yang ingin
mengangkat pot bunga, hampir saja akan terjatuh. Dia segera berlari dan
membantu Ayahnya.
Keaw
menanyakan dimana Obat Ayahnya, biar dia mengambilkannya. Tapi Ayah menahan Keaw
agar tidak perlu ambil, dia beralasan bahwa dengan beristirahat sebentar, dia
pasti akan baikan.
“Ayah.
Tolong berhenti bekerja ya. Jangan paksakan dirimu sendiri. Aku tidak ingin
kamu menderita,” pinta Keaw.
“Keaw,
Ayah tahu kamu mengasihi dan peduli pada Ayah. Tapi kamu harus mengkhawatirkan
tentang dirimu sendiri. Ayah sudah semakin tua, kelihatannya Ayah tidak bisa
bertahan terlalu lama. Tapi kamu masih muda, kamu harus hidup,” balas Ayah
dengan sikap pesimis.
Keaw
sedih mendengar perkataan Ayahnya itu. Bagi Keaw yang terpenting sekarang
adalah Ayahnya, dan dia berjanji bahwa dia pasti akan membawa Ayah ke bangkok
untuk di operasi.
“Keaw,
tidak perlu melakukan apapun untukku. Gunakan simpanan mu untuk mempersiapkan
study,” kata Ayah. Karena dia tahu bahwa Keaw bercita- cita menjadi guru, jadi Keaw
harus melanjutkan ke kuliah untuk mencapainya.
Dengan
sedih, Keaw memeluk Ayah. Dia mengatakan bahwa dia tidak ingin membiarkan
Ayahnya untuk terluka sendirian lagi. Dan Ayah meminta agar Keaw
mempercayainya. Tapi Keaw tidak mau.
“Aku
tidak ingin pergi kuliah atau melakukan apapun tanpa kamu. Aku bisa melakukan
segalanya untuk menyelamatkan hidupmu,” kata Keaw. Dan dengan sayang, Ayah
mengelus kepala Keaw.
Dari
jauh. Guru Boot melihat kejadian mengharukan antara Keaw dengan Ayah.
Chai
Pat menyapa Nenek Aiet, dia menanyakan apa yang terjadi, karena Nenek Oon
memberitahu bahwa Nenek Aiet merasa sakit dan ingin dia memeriksanya. Dan Nenek
membenar kan. Chai Pat lalu duduk di sebelah Nenek Aiet.
“Aku
begitu putus asa. Aku merasa gelisah. Aku merasa bersalah. Aku tidak ingin
melihat siapapun,” jelas Nenek Aiet.
“Apa
kamu merasa kurang nafsu makan, tidak bisa tidur dengan baik, pesimis atau
halusinasi?” tanya Chai Pat.
“Mmh…
hei… Nenek mu bukan psikopat. Jangan memberi dia beberapa obat pengontrol
kecemasan. Itu tidak berguna. Hanya satu yang bisa menolong Nenek mu, yaitu
kamu, Chai Pat,” jelas Nenek Oon.
Saat
melihat apa yang sedang terjadi, Chai Yai menahan ketiga saudaranya agar jangan
keluar dulu. Dan karena penasaran mereka mengintip, lalu saat mengetahui apa
yang terjadi, mereka langsung merasa bersimpati kepada Chai Pat.
Nenek
Aiet mengatakan kepada Chai Pat bahwa kedua saudara Chai Pat telah membuatnya
kecewa. Mereka tahu bahwa Ayah mereka telah membuat janji dengan M.R. Taewapan
yang ingin mereka menjadi menantunya.
“Kamu
sudah besar. Kamu harus mendengarkan Nenek mu. Kamu belajar keras. Kamu membuat
dia bangga padamu. Kamu tidak pernah mengecewakannya. Jadi kali ini jangan
kecewa kan Nenek mu,” jelas Nenek Oon, menasehati Chai Pat.
Keempat
saudara Chai Pat ingin membantu Chai Pat, jika tidak Chai Pai akan mati. Tapi
walaupun begitu, karena tidak ada yang bisa mereka berbuat. Maka mereka pun
ragu untuk membantu Chai Pat.
“Aku
tidak pernah memikirkan tentang pernikahan,” kata Chai Pat, menolak dengan
halus.
“Apa
kamu mau menolak?” tanya Nenek Oon yang mengerti.
Chai
Pat beralasan bahwa dia telah jauh- jauh ke luar negri untuk mempelajari ilmu
kedokteran, jadi dia ingin menolong orang duluan. Dan Nenek membalas bahwa
Marathee (Wanita yang ingin di jodohkan dengan Chai Pat) adalah seorang suster,
jadi cocok dengan Chai Pat yang adalah seorang dokter.
Mendengar
itu, Chai Pat pun hanya bisa menghela nafas saja. Dan kemudian Nenek menyuruh
agar Chai Pat pergi ke tempat Taewapron dulu saja, karena Nenek telah
memberitahu Marathee bahwa Chai Pat akan pergi menjemputnya. Dan kini pasti
Marathee sedang menunggu Chai Pat.
Dirumah
Taewapron. Rampa menasehati Marathee yang sedang memilih sepatu hak mana yang
harus dipakai. Dia mengatakan bahwa setibanya di rumah sakit, Marathee juga
harus berganti sepatu. Tapi Marathee tidak peduli, karena dia senang.
Rampa
lalu menyadari bahwa Marathee memiliki sepatu baru. Dan dia pun memberikan
nasihat kepada Marathee bahwa seorang suster harus mengenakan sepatu putih dan
bertindak menurut aturan. Jadi intinya percuma Maranthee membeli banyak sepatu,
itu semua menghabiskan uang saja.
“Pikirkan
urusan mu sendiri. Keluar dari sini!” perintah Marathee yang tidak suka
dinasehati. Sejak dia telah mendapatkan gajinya, maka itu terserah dia untuk
membeli sepatu baru.
Taewaprom
mengingatkan Marathee untuk tidak lupa membayar tagihan listrik, jika Marathee
telah mendapatkan gaji. Karena jika mereka tidak membayarnya, maka PLN akan
memotong semuanya. Dan Marathee pun membalas bahwa Ayahnya bisa meminta uang
dari Kate.
“Dia
memberikan padaku minggu lalu. Tapi aku menggunakan nya untuk membayar makanan
kita di restaurant Goh. Katesara (Kate)
telah membayar banyak untuk biaya kuliah di Wilairampa. Mengapa kamu mau aku
meminta uang darinya? Sejak kamu sudah gajian, kamu harus membantu,” kata
Taewaprom, menasehati.
“Ayah.
Aku bukan manajer bank!!” balas Marathee.
Taewaprom
memberikan saran agar Marathee secepatnya membuat Chai Pat untuk melamar, jadi
Marathee dapat menjadi menantu disana. Dan dengan begitu, Marathee bisa
mendapatkan uang bangsawan itu.
“Aku
bosan! Aku bosan! Aku tidak ingin menjadi bangsawan miskin yang tinggal di
istana ini!! Aku begitu bosan!” teriak Marathee.
Tepat
disaat itu. Chai Pat datang untuk menjemput. Dengan hormat serta sopan, Chai
Pat memberikan salam kepada Taewaprom dan menyampaikan maksud kedatangannya
untuk menjemput Marathee.
Melihat
kedatangan Chai Pat yang menjemputnya, Marathee langsung berubah sikap menjadi
lebih lembut. Dia mendekati Chai Pat dan mengatakan bahwa dia telah menunggu.
Setelah itu dia pamit kepada Ayahnya, serta kepada Rampa
“Rampa,
belajar keras ya. Selamat tinggal, yah,” kata Marathee sambil memberi salam
dengan sopan. Lalu dia mengandeng tangan Chai Pat.
Keaw
masuk ke dalam kantor guru dan langsung berlutut untuk meminta tolong kepada
Guru Boot. Dia menjelaskan bahwa dia ingin meminjam, tapi dia harus punya
penjamin, jadi dia ingin si Guru membantunya.
“Aku
berjanji, aku tidak akan menyebabkan masalah padamu,” pinta Keaw.
“Meminjam?
Apa kamu yakin?”
“Aku
tidak punya pilihan,” jawab Keaw.
“Aku
pikir, kamu memiliki pilihan yang lain. Dengan pilihan ini, kamu bisa membawa
Ayah mu ke bangkok. Dan kamu bisa kuliah,” jelas Guru Boot.
Dengan
lembut Guru Boot mengajak Keaw duduk disofa. Lalu dia menjelaskan tentang kontes
kecantikan Thailand. Jika Keaw bisa mendapatkan tempat pertama, maka Keaw akan
mendapatkan mahkota berlian dan hadiah uang 5.000 bath.
Jika
Keaw mendapat tempat kedua atau ketiga, maka Keaw akan mendapatkan hadiah uang
yang tidak kurang banyak daripada tempat pertama. Dengan mengikuti ini, Keaw
akan memiliki uang, kehormatan, dan membuat nama provinsi bangga.
Mendengar
hadiah uang yang akan didapat, Keaw tampak bersemangat. Lalu Guru Boot memperhatikan
wajah Keaw dengan baik- baik. “Aku pikir kamu cukup cantik untuk mendapatkan
salah satu hadiah. Pikirkan lah ini, Keaw,” kata Guru Boot sambil tersenyum
lembut.
Keaw
terdiam untuk sesaat. Dia tampak tertarik untuk mengikuti Kontes kecantikan thailand
ini.
Tags:
Khun Chai Puttipat
Lanjut
ReplyDeleteLanjutin terus y kak,q tunggu.
ReplyDeleteLanjutin terus y kak,q tunggu.
ReplyDeleteKak lanjutin y,q tunggu.
ReplyDeleteKak lanjutin y,q tunggu.
ReplyDeleteLanjutin ya tolong,,,,,
ReplyDeleteDitunggu kelanjutan nya 😍
ReplyDelete