Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin)
Episode 05 – 2
Images : Channel 3
Peat menyendiri di tempat sepi. Dia ingat
perkataan Kiew kalau dia adalah penyebab ibu Kiew meninggal. Hal itu sangat
mengusik dan membuat hati Peat merasa bersalah.
--
Kiew terkejut mendengar Khun Nai ingin
mengadopsinya. Kiew merasa kalau dia tinggal di rumah Khun Nai dan di anggap
sebagai anak sudah cukup. Tapi, Khun Nai tidak merasa itu cukup, dia ingin Kiew
mempunyai hak legal atas semuanya. Kiew berusaha menolak.
“Kiew, kau adalah putriku sekarang. Biarkan
aku melakukan tanggung jawabku sebagai seorang ayah.”
“Dapatkah Anda memberiku waktu untuk
memikirkan ini terlebih dahulu?” pinta Kiew.
Khun Nai mengerti dan memberikan waktu untuk
Kiew memikirkan tawarannya.
--
Peat pergi ke makam Khun Sa dengan membawa
setangkai bunga putih. Tapi, baru dia tiba, Kiew juga tiba dan langsung
bertanya, untuk apa Peat kemari?
Kiew menatap Peat dengan pandangan tidak suka.
Dia mendesak Peat untuk menjawab pertanyaannya.
“Aku hanya...,” Peat bingung menjelaskan.
“Hanya ingin melihat makam selingkuhan, apakah lebih baik dari makam ibuku,”
bohong Peat.
Kiew jelas marah dan tersinggung. Dia langsung
mengusir Peat pergi dari makam ibunya, sebelum dia membunuh Peat. Peat tidak
mau, karena itu adalah tempat umum. Dia berhak berada di sini.
Kiew berusaha mengabaikan Khun Sa. Dia memberi
doa pada makam, dan mulai bicara seolah kepada ibunya.
“Ibu, hari ini aku datang untuk memberitahu
sesuatu,” ujar Kiew dan melirik sekilas pada Peat yang masih belum mau pergi.
“Paman Nai ingin mengadopsiku menjadi anaknya, tapi aku belum memutuskan. Paman
menunggu jawabanku. Apa yang harus ku lakukan?”
Peat terkejut mengetahui kalau ayahnya akan mengadopsi Kiew. “Apa yang
kau pikirkan lagi? aku tidak ada di sana untuk menghancurkanmu lagi.”
“Kau ingin aku menjadi orang yang berbagi
harta warisan denganmu? Jika tidak mau, maka pulanglah. Tapi jika kau tidak
pulang, aku akan memberi jawaban pada Paman Nai kalau aku bersedia menjadi
putri angkatnya seperti yang di inginkannya,” ancam Kiew.
“Kau sangat licik. Sangat pintar dalam membuat
rencana.”
“Rencana apa?”
“Awalnya, aku merasa sangat bersalah karena
tidak percaya kalau ibumu sedang sakit keras. Merasa bersalah karena telah
mengganggumu. Dan menjadi salah satu penyebab kematian ibumu. Dan aku hampir
percaya kalau kau tidak menginginkan apapun dari ayahku. Tapi, sekarang, aku
sudah tahu kalau selama ini aku salah!” marah Peat dan beranjak pergi.
Dia bahkan menjatuhkan setangkai bunga yang di
bawanya ke lantai. Kiew sedikit tercengang menyadari kalau Peat sudah salah
mengartikan ancamannya.
--
Peat pergi menemui Tee untuk memeriksa
kebenaran mengenai ayahnya yang akan mengadopsi Kiew. Dan Tee membenarkan. Peat
semakin emosi, padahal dia baru pergi beberapa hari tapi ayahnya sudah ingin
mengadopsi anak. Tee menjelaskan walaupun Peat tidak pergi, Khun Nai tetap akan
melakukan adopsi pada Kiew.
“Khun Peat, ayo pulang. Khun Nai memerintahkan
orang untuk mencarimu setiap hari. Dia sangat khawatir padamu.”
“Dia sudah mau punya anak baru, untuk apa dia
mencariku? Baik, melihat hal ini, aku bisa memutuskan dengan lebih mudah.”
“Memutuskan apa?” tanya Tee.
Peat tidak menjawab dan langsung pergi.
--
Peat pulang ke condo Chaya. Dan Chaya
menyerahkan semua dokumen kepindahan yang telah di siapkannya. Dia bertanya,
kapan Peat akan pergi? Peat menjawab secepat mungkin. Chaya semakin senang,
karena itu artinya dia dan Peat bisa semakin cepat memulai hidup baru bersama.
“Aku akan menjadi Pansakorn yang baru. Dan
saat nya tiba, aku akan kembali dan merebut semua milikku lagi!” tekad Peat.
“Apapun yang akan kau lakukan, aku akan selalu
di pihakmu,” dukung Chaya.
--
Kiew bersama dengan Khun Nai dan Tee. Dia sudah
menceritakan pertemuannya dengan Peat tadi, dan dia meminta maaf karena membuat
semuanya semakin kacau. Khun Nai menenangkan Kiew kalau itu bukan kesalahan
Kiew, tapi Peat. Peat adalah anak yang suka asal menyimpulkan sendiri dan
berpikiran negatif.
Tee bertanya apa yang akan Khun Nai lakukan
sekarang? Khun Nai juga bingung dan bertanya pendapat Tee. Tee memberikan saran
untuk mencari Peat sekali lagi. khun Nai setuju.
“Peat sangat menolak kehadiranku sampai
seperti ini. Paman tolong ubah keputusanmu terkait pengadopsian ku sebagai
anakmu,” pinta Kiew.
“Aku tidak akan berubah pikiran. Aku sudah
berjanji pada ibumu kalau aku akan menjagamu dengan baik. Dan aku juga ingin
kau benar-benar menjadi putriku. Tolong jangan menolak.”
“Aku juga sudah berjanji pada ibu kalau aku
akan tinggal dengan Anda. Aku setuju untuk melakukan keinginanmu. Aku setuju
karena demi ibuku dan Anda. Dan aku juga ingin ibuku dapat beristirahat dengan
tenang. Dan aku juga ingin agar Anda dapat menepati janji Anda pada ibuku juga.
Ini yang ku inginkan.”
Khun Nai sangat senang mendengarnya. Ditambah
lagi, Kiew memanggilnya : Ayah. Hati Khun Nai langsung bahagia.
--
Peat dkk melakukan pesta di restoran Kriss.
Ini pesta perpisahan melepas Chaya dan Peat. Kris mengingatkan mereka untuk tidak
lupa pada dirinya dan Katha. Chaya mengerti, tapi awal-awal dia dan Peat pasti
sibuk untuk beradaptasi. Katha dan Kris dapat mengerti hal itu. Katha kemudian
meminta Peat berkata sesuatu.
“Aku ingin kau dan Kriss, memberi informasi
mengenai orang-orang di rumah Phromphitak. Bisa?”
“Orang di rumah Phromphithak? Terdengar sangat
formal,” bingung Katha. Itu kan rumah Peat sendiri.
“Bisa atau tidak?” tanya Peat lagi.
“Ya. Bisa,” setuju Katha.
“Baiklah. Tapi aku minta kau menjaga Chaya,”
ujar Kriss.
Dan Chaya langsung sibuk membersihkan mulut
Peat dari remah-remah roti. Kris jelas cemburu melihatnya. Katha menyadari hal
itu, tetapi tidak tahu harus bersikap bagaimana.
Saat membawa piring kotor ke dapur bersama
dengan Chaya, Kriss langsung memeluk tubuh Chaya.
“Jika tinggal di sana dan kau tidak bahagia,
kau bisa memberitahuku. Aku akan pergi mencarimu.”
“Kriss, lepaskan aku.”
“Aku tidak mau.”
Chaya memaksa melepaskan pelukan Kriss, tapi
hal itu malah membuatnya semakin dekat pada Kris. Mereka saling berpandangan.
“Janji padaku dulu, kau akan memberitahuku,”
pinta Kris.
“Aku janji.”
Kris tersenyum manis. Dia mendekatkan wajahnya
pada Chaya.
“Aku yakin kalau aku akan bahagia,” lanjut Chaya,
dan hal itu membuat Kris tidak jadi menciumnya. “Jika Peat ada di sana.”
Kris mengerti kalau Chaya menolaknya
halus. Dan hal itu membuat pelukannya pada Chaya lepas. Chaya menatapnya sesaat
sebelum kembali menemui Peat.
--
Esok hari,
Khun Nai memberikan dokumen pada Kiew. Dokumen
rumah lama Kiew yang telah di beli oleh Khun Nai dan Khun Nai memberikannya
pada Kiew. Kiew menolak untuk menerimanya, tetapi Khun Nai memaksanya untuk menerima.
“Jika seperti ini, bisakah aku mengganti uang Anda
dengan mengangsur?” tanya Kiew.
Khun Nai tersenyum. Di tambah lagi, Kiew
mengatakan kalau dia tidak bisa menerimanya Cuma-Cuma. Khun Nai mengerti dan
menyuruh Kiew untuk membayarnya saat Kiew sudah lulus dan membantunya di
perusahaan.
“Tapi aku mempelajari perekonomian rumah. Bagaimana
aku bisa membantu?”
“Setiap orang dapat belajar. Setuju atau
tidak?”
Kiew berpikir sesaat, dan akhirnya menyetujui
hal itu.
Khun Nai hendak membahas pekerjaan part time
Kiew, tapi belum sempat dia mengatakan apapun, Kiew langsung menegaskan kalau
dia bekerja part time untuk menghasilkan uang sendiri. Khun Nai tersenyum
mendengarnya dan mengelus kepala Kiew dengan sayang.
--
Kiew perg ke restoran Kris. Dia akan
memasukkan lamaran secara resmi dan berharap masih ada posisi untuknya. Kris menjawab
kalau untuk Kiew selalu tersedia posisi.
Sementara itu,
Peat dan Chaya dalam perjalanan ke bandara. Mereka
telah benar-benar memutuskan untuk keluar negeri.
--
Malam hari,
Kiew makan malam bersama dengan Khun Nai. Kiew
bahkan memasak makanan kesukaan Khun Nai. Mereka sudah tampak seperti ayah dan
anak. Walau begitu, masih tampak jelas di wajah Khun Nai kalau dia merindukan
Peat.
Kiew dan Taeng menyadari hal itu. Taeng bahkan
berkomentar pada Kiew kalau sejak Peat pergi, Khun Nai tidak berselera makan
dan hanya makan sedikit. Dia merasa kalau Peat pasti tidak tahu seberapa
khawatirnya Khun Nai dan malah menghilang tanpa jejak. Mendengar komentar itu,
membuat Kiew bertambah khawatir.
--
Sementara itu,
Chaya dan Peat telah tiba di negara tujuan
mereka. Seoul, Korea Selatan.
Chaya bertanya, kenapa Peat memilih untuk
pindah ke Seoul padahal America dan Eropa mempunyai lebih banyak hal menarik.
“Aku rasa kuliah di sini akan lebih menarik. Aku
ingin mempelajarinya.”
“Begitu saja? Tidak ada alasan lain? Apa?”
“Bersama dengan orang Asia jauh lebih nyaman. Bukankah
begitu?”
Chaya hanya tersenyum. Tetapi, dia bertanya
dengan serius, apa Peat merindukan rumah? Walau Peat membantah, Chaya merasa
kalau Peat merindukan kampung halaman. Bagaimanapun, teman mereka, Kriss dan
Katha masih di Thailand. Peat membenarkan.
--
Kriss mengajari Kiew membuat permen kapas. Mereka
tampak bersenang-senang.
Sementara itu, Chaya dan Peat mengelilingi
kota Seoul.
Katha datang ke restoran Kriss dan melihat Kriss
yang sedang mengajari Kiew membuat permen kapas. Katha terkejut melihat Kiew,
tapi dia tetap memasang wajah tersenyum lebar. Dia berbisik mengajak Kriss
untuk bicara sebentar dengannya di luar.
“Kau memperkerjakannya. Kau tidak khawatir
kalau Peat akan marah?”
“Aku tidak takut. Masalah pribadi dan pekerjaan
harus bisa di bedakan.”
“Ya, itu benar.”
Kris langsung tanya untuk apa Katha kemari? Katha
langsung mengeluh kalau dia kesepian karena hanya ada mereka berdua sekarang. Dia
ingin Kriss lebih perhatian padanya. Kriss tertawa mendengarnya dan mengajak Katha
untuk makan bersama.
Katha tiba-tiba bertanya, apa Kris sudah
menghubungi atau di hubungi mereka? Muka Kris langsung muram karena belum ada
kabar dari Chaya dan Peat sejak mereka pergi. Katha malah lupa situasi dan
berkomentar kalau Chaya dan Peat pasti sedang bersenang-senang, dan ketika
sudah tidak sibuk akan mengirimkan foto untuk mereka.
“Aku rasa Chaya sangat mencintai Peat. Dia mengikuti
Peat hingga keluar negeri. Aku iri padanya,” lanjut Katha.
--
Chaya mengajak Peat untuk selfie. Peat sedikit
malas, tetapi tetap melakukannya. Chaya langsung mengirimkan foto itu pada Kris
dan Katha.
Kris berusaha tersenyum melihat foto itu. Sementara
Katha melakukan video call pada Chaya dan Peat. Dia menggoda mereka yang pasti
sedang bersenang-senang. Chaya membenarkan hal itu. Kris meminta Peat utnuk
menjaga Chaya dengan baik.
“Kau tidak memberitahu ayahku, aku dimana,
kan?” tanya Peat memastikan.
“Apapun yang kau ingin ku katakan, aku akan
katakan seperti itu,” jawab Kriss.
Dia tidak menyadari kalau Kiew mendengar
pembicaraan mereka. Untung, belum terlalu jauh mereka bicara, Kris menyadari kehadiran
Kiew dan bertanya, apa Kiew sudah mau pulang?
Chaya dan Peat kaget mendengar Kris memanggil
nama Kiew. Di tambah lagi, Kriss langsung mengakhiri percakapan. Karena itu, Peat
langsung pergi.
Chaya langsung bertanya pada Katha, dan Katha
memberitahu kalau Kiew bekerja di restoran Kriss. Katha juga mengatakan kalau
masalah pribadi dan pekerjaan itu urusan berbeda.
“Tapi itu saling berhubungan,” jawab Chaya
dengan nada tidak suka dan mematikan telepon.
Dia menghampiri Peat dan berkata akan meminta
Kriss untuk memecat Kiew.
“Itu urusan Kriss. Biar dia putuskan sendiri. Tapi
beritahu Kriss untuk tidak pernah menyebut nama gadis itu di depanku.”
“Baik, akau ku sampaikan.”
BERSAMBUNG
Tags:
Pink Sin
Siiippp lanjut min...semngaaatt😍😍😍
ReplyDeleteSelalu tunggu sinopsis ini di update thx min
ReplyDeleteBener2 d tunggu sinopsis selanjut nya😘😍
ReplyDeleteDitunggu ya kak sinopsisnyaaa
ReplyDeleteSll menunggu....jangan' yang cewek anak nya zaa..soal nya liat di yautube gak tau bahasa.
ReplyDeleteTetap semangat utk kami ya..
ReplyDelete