Sinopsis Lakorn : Happy Birthday Episode 11


 Sinopsis Lakorn : Happy Birthday Episode 11
Images by : GMM Tv
Episode 11 – Hanya Percaya
Wan datang ke rumah Chet dan meminta bertemu dengan Tharnnam. Dia ingin membawa Tharnnam bersamanya. Chet dengan dingin menyuruh Wan untuk mengikutinya. Awalnya, Wan merasa senang, tapi perasaan senang itu harus lenyap karena dia bukan di pertemukan dengan Tharnnam, tapi abu Tharnnam.


“Kau mengajarinya untuk membenciku. Dan ketika kau meninggalkannya untuk memulai hidup baru, selama waktunya di sini, tidak peduli sekeras apapun aku mencoba, Tharnnam tidak pernah memanggilku ‘Ayah’. Dia mencintaimu dan tidak pernah mengkhianati hal yang sudah kau katakan padanya. Tharnnam mencintaimu walau kau ada untuknya atau tidak.”
Wan menangis sedih melihat abu Tharnnam.
“Orang sepertimu tidak pantas di panggil ‘Ibu’ olehnya,” tegas Chet.

Wan menatap foto Tharnnam. Dia menangis dan menjerit. Dia menagih janji Chet yang berkata kalau dia memberikan Tharnnam padanya, Chet akan mendedikasikan hidup untuk Tharnnam. Tapi, kenapa sekarang Tharnnam seperti ini? Dia berteriak penuh kemarahan.
Tharnnam menangis melihat kesedihan ibunya. Orn yang juga seorang ibu, dapat merasakan bagaimana kesedihan Wan.
“Tharnnam adalah putriku. Kau meninggalkannya. Bahkan roh-nya, aku tidak akan membiarkanmu memilikinya. Keluar dari rumahku sekarang! Keluar!” usir Chet.
Tharnnam tidak tahan melihat kesedihan ibunya. Dia berjalan keluar dari rumah dengan lunglai.

“P’Tharnnam,” panggil Tonmai. Orn terkejut mendengar Tonmai berkata seperti itu.
Tapi, Tonmai tidak menjelaskan dan langsung keluar rumah mengikuti Tharnnam.

Tharnnam berhenti di depan rumah. Tonmai mengerti kesedihan Tharnnam, dan dia membiarkan dirinya di rasuki oleh Tharnnam. Setelah merasuki Tonmai, Tharnnam berjalan keluar menuju rumah. Orn merasa curiga dengan sikpa Tonmai, jadi dia mengikutinya.
Tee sedang bersama dengan P’Look. Mereka baru siap makan malam bersama. Look akan mengantar pulang Tee terlebih dahulu, setelah itu dia akan langsung pulang ke Bangkok. Ibunya berada sendirian di sana.
Saat sedang asyik berbincang dengan Look, Tee melihat Tharnnam dan langsung meminta Look berhenti. Look sedikit heran, karena Tee memanggil Tonmai dengan panggilan Tharnnam.
“Tee,” panggil Tharnnam dengan menangis, “Ibuku kembali. Ibuku kembali, Tee,” tangis Tharnnam.


Tee langsung memeluknya untuk menguatkannya. Tapi, di mata Look, yang terlihat adalah Tee sedang memeluk Tonmai. Orn melihat hal itu, dan dia merasa marah. Dia segera menarik Tonmai untuk pulang tanpa mau mendengar penjelasan Tonmai.
Tee hendak mengejar mereka, tapi Look menghentikannya.
Wan sudah pergi. Dan saat sedang merenung, Chet mendengar pertengkaran Orn dengan Tonmai. Tonmai sulit menjelaskan karena dia yakin tidak ada yang percaya padanya. Tapi, Orn mendesak.
“P’Tee tidak memelukku. Orang yang P’Tee peluk adalah P’Tharnnam.”
Chet langsung bertanya maksud Tonmai. Tonmai mengulang perkataannya lagi, tapi Orn tidak percaya. Dia meminta Tonmai untuk berhenti bicara tentang orang mati. Tonmai hendak menjawab, tapi Orn langsung menamparnya. Bukan sekali! Tapi berulang kali!
Tharnnam terkejut. Tonmai merasa terluka karena ini kali pertama ibunya menamparnya. Dia langsung masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu.
Orn sendiri menangis telah menampar putranya. Chet juga kaget dengan kemarahan Orn. Dia menatap Orn, dan tidak tahu harus berbuat apa, jadi dia memutuskan untuk keluar rumah. Tharnnam merasa sedih melihat tangisan Orn yang telah menampar Tonmai.
--

Look mengantar Tee ke depan rumahnya. Dia tidak mengerti dengan penjelasan Tee mengenai Tharnnam padahal yang di lihatnya adalah Tonmai. Tee tidak memaksa Look untuk percaya, dia tahu hal itu sulit di percaya. Dia awalnya juga tidak percaya, tapi memang itulah yang terjadi. Terserah Look mau percaya padanya atau tidak.
Tee tidak mau menjelaskan lagi dan menyuruh Look untuk berhati-hati pulang.
--


Pak Tai berada di rumahnya dan merenung. Dia melihat fotonya dengan Tharnnam dan juga buku tugas Tharnnam. Dia teringat sesuatu, di hari kematian Tharnnam, saat dia pulang ke rumah, dia mendapati Tharnnam meninggalkan buku tugasnya dan buku tugas Tharnnam. Semua buku tugas itu telah di isi dengan jawaban. Dan Tharnnam juga meninggalkan pesan kalau dia sudah mengerjakan semuany dan meminta Pak Tai untuk belajar keras.
Saat sedang merenung, dia mendengar suara mobil. Wan datang ke rumahnya dalam keadaan kacau. Wan menangis dan meminta Pak Tai memberitahunya, bagaimana Tharnnam bisa meninggal?

Wan menangis keras, masih tidak percaya, putri yang di rindukannya telah tiada. Pak Tai memberitahu segalanya. Dan Wan terus menyalahkan dirinya sendiri. Dia penyebab Tharnnam meninggal, seharusnya dia tidak meninggalkan Tharnnam. Putrinya meninggal bukan karena kecelakaan atau apapun tapi bunuh diri! Hal itu sangat menyakit hati Wan.
“Dia tidak mau hidup. Dia tidak bahagia,” tangis Wan semakin keras. “Bagaimana aku bisa hidup sekarang?”
--
Pagi hari,
Tonmai berangkat sekolah dengan Tharnnam. Dia bersikap seolah tidak ada yang terjadi dan terus bercerita mengenai berbagai hal. Tapi, Tharnnam tidak bersemangat mendengar ceritanya. Dia meminta Tonmai untuk pergi ke sekolah sendiri hari ini. Dia mau pergi ke rumah lamanya. Tonmai meminta izin untuk ikut dengan Tharnnam.

Mereka tiba di rumah lama Tharnnam. Tharnnam melihat sekeliling rumah dengan penuh kerinduan.  Dia masuk ke dalam kamarnya dan melihat tempelan bintang di atap-atap kamarnya. Tonmai mengira kalau Tharnnam pasti sangat suka melihat bintang hingga menempelnya dimanapun.
“Ibuku yang menyukainya. Aku menyimpan uang dari hasil kerjaku untuk membeli satu set bintang untuk kamar ini. Ini adalah set bintang pertama di hidupku.”
Tharnnam kemudian melangkah ke pintu belakang rumah dan duduk di sana. Tonmai berkomentar kalau rumah Tharnnam mempunyai atmosfer yang sangat menenangkan. Tharnnam tersenyum mendengarnya. Tonmai meminta Tharnnam memberitahu yang terjadi.

Flashback
Suatu hari, saat Tharnnam pulang ke rumah, rumahnya sudah kosong. Dia memanggil ibunya, tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Dia mencari ke setiap sudut rumah tetapi ibunya tidak ada. Tharnnam mulai panik. Hingga dia melihat sebuah kertas dan pena di atas meja yang ibunya tinggalkan.
Aku akan kembali dan menjemputmu suatu hari nanti. Tunggu aku.
Dunia serasa runtuh bagi Tharnnam. Ibunya meninggalkannya.
End

“Apa kau membenci ibumu karena meninggalkanmu?”
“Aku tidak pernah membencinya, Tonmai.”
Tonmai tidak mengerti, kalau begitu kenapa Tharnnam tidak mau menemui ibunya? Apa karena ibunya adalah alasan Tharnnam bunuh diri?
Tharnnam tidak menjawab dan mengalihkan topik. Dia meminta Tonmai untuk mengerti mengenai Orn. Ibu Tonmai sangat mencintai Tonmai dan tidak ingin Tonmai menyakiti perasaannya. Dia bunuh diri, bukanlah kesalahan siapapun. Dialah yang salah karena memikirkan dirinya sendiri.
Tapi, Tonmai tidak mau mendengarkan Tharnnam. Dia tidak suka ibunya berbicara seolah membenci Tharnnam.
“Jika ibumu membenciku, dia tidak akan memberikanmu nama Tonmai.”
“Apa maksudmu?”
“Namamu adalah dariku.”
Tonmai baru tahu hal itu. dan Tharnnam tersenyum padanya.
--

Look kembali menemui Tee. Dia akan mencoba percaya pada perkataan Tee sebelumnya. Jadi, dia akan menemani Tee menemui Pana. Tee meminta tolong Pana seperti sebelumnya untuk membawa Tonmai padanya. Pana tidak mau dan tidak bisa karena sudah mendapatkan peringatan.

Pana kemudian menjadi emosi karena Tee terus mencari Tonmai, padahal sebelumnya tidak. Tee menjelaskan kalau Tonmai bisa berkomunikasi dengan Tharnnam, tapi Pana tidak percaya sama sekali. Dia meminta Tee berhenti mengganggu Tonmai dan membuat hidup Tonmai menjadi kacau. Dia tidak akan mengizinkan Tee bertemu dengan Tonmai lagi.
Tee mengerti dan tidak memaksa lagi. Dia akan mencari cara sendiri menemui Tonmai. Pana emosi dan memaki Tee. Dia menyebut Tee egois.
“Kau sudah menghancurkan hidup Tharnnam. Jangan coba hancurkan hidup Tonmai lagi sekarang!” tegas pana.
“Apa maksudmu Pana!”

“Kau tahu apa yang orang – orang pikirkan mengenai Tonmai sekarang gara-gara perbuatanmu?! Tonmai adalah Tonmai. Dia bukan Tharnnam. Jika kau pikir Tonmai dan Tharnnam adalah orang yang sama, kau akan melakukan hal yang sama pada Tonmai seperti yang kau lakukan pada Tharnnam?”
Tee emosi karena Pana ternyata berpikir seperti itu mengenai dirinya. Dia mengusir Pana untuk menjauh darinya saja jika berpikir seperti itu. Pana benar-benar emosi, bukan hanya Tee yang mencintai Tharnnam! Tee terkejut mengetahui Pana selama ini juga mencintai Tharnnam!!
“Aku menolongmu karena kau bilang mencintai Tharnnam. Aku menolongmu karena kau bilang mencintainya! Tharnnam benar-benar mencintaimu, tapi kau tidak pernah peduli padanya. Kau memanfaatkannya. Aku harus melihatnya setiap kali kau membuatnya sedih. Dan kau masih berpikir kalau aku tidak berhak ikut campur?”
“Kenapa kau tidak pernah memberitahuku? Kalau kau mencintainya selama ini.”
“Itu kesalahanku. Setiap kali dia merasa stress, aku memintanya untuk menunggumu. Aku bilang padanya kalau kau mencintainya dan pasti akan memilihnya. Aku tidak pernah memberitahumu karena aku tahu Tharnnam mencintaimu. Dia mencintaimu dengan segenap hati dan aku satu-satu orang yang tahu di dalam hatimu, kau mencintainya juga. Hanya saja kau, Tee, tahu hatimu saat semua sudah terlambat.”
Look hanya bisa melihat pertengkaran dua sahabat tersebut. Dan Pana dengan tegas meminta Tee menjauhi Tonmai. Dia tidak bisa menyelamatkan Tharnnam, dan alasan dia menjadi guru di sekolah ini adalah untuk melindungi Tonmai. Dan dia tidak akan membiarkan Tee mengganggu Tonmai.
Tee memilih pergi. Look bertanya dia hendak kemana? Dan Tee hanya meminta waktu untuk sendirian.
--
Look bicara berdua dengan Pana. Pana memberitahu perasaan bersalahnya pada Tharnnam yang selama ini sudah di pendamnya. Dia sering kali berandai, kalau saja dia jujur pada Tharnnam mengenai perasaannya, mungkin Tharnnam tidak akan bunuh diri. Tapi, yang bisa di lakukannya hanya berada di sisi Tharnnam.
“Tidak ada yang tahu, jika kau memberitahu perasaanmu, apa Tharnnam akan tidak akan bunuh diri. Aku mengerti perasaanmu tapi kita hanya bisa berada di sisi mereka. Tidak peduli sekeras apapun kita mencoba, kita tidak akan bisa mendekat. Aku pikir Tee satu-satu nya orang yang terikat dengan masa lalu, tapi sekarang aku sadar kalau kau juga terikat dengan masa lalu. Untuk berdiri di sisi orang yang kau cintai membuatmu bahagia tapi juga terluka, itu wajar. Tapi kau dapat memilih untuk berada di sisinya seperti ini atau merubah posisimu. Untuk aku, aku sudah berpikir sejauh apa aku mendekat, aku tidak akan bisa merubah posisiku di sampingnya.”
Pana mendengarkan nasihat Look dengan dalam.
--
Wan duduk di pinggir danau dimana Tharnnam bunuh diri. Pak Tai kebetulan lewat dan menghampirinya. Wan bertanya, siapa orang pertama yang menemukan Tharnnam?
“Aku,” jawab pak Tai. “Malam itu, aku pulang ke rumah dan menemukan buku tugasku. Tharnnam sudah mengerjakan semuanya untuk setiap pelajaran. Aku merasa ada yang tidak beres, jadi aku pergi mencarinya. Akhirnya, aku menemukan dia di sini. Tapi, aku tidak bisa menyelamatkannya.”
“Putriku sangat beruntung, setidaknya ada dirimu yang sangat menyanyanginya.”
“Tolong tetap kuat. Tharnnam mungkin tidak pergi jauh. Suatu hari, kau akan bisa bertemu dengannya lagi.”
“Hanya jika aku mati, aku baru bisa bertemu dengannya. Tapi, tidak perlu khawatir, aku tidak akan bunuh diri. Seorang ibu sepertiku layak untuk hidup dalam penyesalan seperti ini.”
--

Tee pergi ke rumah Tonmai. Dan Orn langsung mengusirnya dan memintanya untuk tidak mengganggu keluarganya. Tee berusaha menjelaskan yang terjadi, sama seperti Tonmai. Tapi Orn tidak mau mendengar dan menutup pintu pagar.

Chet ternyata mendengarnya. Dia bertanya pada Orn utnuk apa Tee datang? Orn menjawab untuk mencari Tonmai, dan hal itu membuatnya khawatir.
“Apa kau baik-baik saja jika anak kita adalah gay? Dan pria yang di sukainya adalah Tee?”
“Bagaimana jika itu benar Tharnnam?”
“Iadi, kau bisa tetap tenang seperti ini karena kau berpikir itu adalah Tharnnam? Bagaimana jika bukan? Apa kau bisa menerimanya?” tanya Orn balik.
“Kau bukan aku. Kau tidak akan pernah mengerti.”
“Bagaimana bisa kau bilang seperti itu? Aku selalu berusaha, bukankah itu karena aku mengerti dirimu? Harus berapa lama aku menunggu untuk kau bisa memahamiku?” tanya Orn dengan perasaan kecewa dan masuk ke dalam kamar.

Tee masih di depan rumah Tonmai. Tonmai pulang bersama dengan Tharnnam dan melihatnya. Tonmai sudah dapat menebak kalau ada sesuatu terjadi antara Tee dan orang tua mereka. Tee begitu melihat Tonmai langsung bertanya keadaan Tharnnam.
Tonmai menyampaikan pesan Tharnnam kalau dia baik-baik saja. Tee berjanji tidak akan pernah meninggalkan Tharnnam dan selalu berada di sisi Tharnnam. Setelah itu, dia pamit untuk pulang karena takut jika Orn dan Chet melihatnya, mereka akan lebih marah.

Tonmai mengerti perasaan Tharnnam. Dia menggenggam tangan Tharnnam, dan membiarkan Tharnnam merasukinya. Setelah merasuki Tonmai, Tharnnam segera berlari memeluk Tee sambil menangis.
Tee membawa Tonmai yang di rasuki Tharnnam ke rumahnya
“Aku kira, kematian dapat membuatku bebas dari rasa penantian. Tapi, aku salah,” tangis Tharnnam.
“Kau masih ada di sini karena kau menunggu ibumu datang kan?”
Tharnnam menangis dan mengangguk. Itu benar. Tee mengelus kepala Tharnnam. Dia memberitahu Tharnnam kalau dia tidak akan pernah meninggalkan Tharnnam dan akan selalu ada dan tersenyum untuk Tharnnam. Tharnnam memeluknya Tee dengan erat. Dia bahkan mencium kening Tharnnam.
--
Malam hari,
Chet dan Orn masih diam-diaman. Mereka menanti Tonmai yang belum pulang juga. Pas sekali, bel pintu berbunyi. Yang datang adalah Wan, dia datang untuk meminta abu Tharnnam. Tapi, Chet langsung mengusirnya pergi dan tidak membiarkannya masuk.
Wan berlutut dan memohon. Orn merasa tidak tega. Tapi Chet tetap berkeras hati. Dia menutup pintu pagar dengan rapat dan mengajak Orn untuk masuk ke dalam rumah. Orn dengan berat hati mengikutinya.
Di dalam, Orn mengemukakan pendapatnya, kalau perlakan Chet terlalu kasar. Tapi, Chet tidak merasa demikian karena Wan telah meninggalkan Tharnnam.
“Bukankah dia meninggalkan Tharnnam karena kau yang menyuruhnya?”
“Ya. Aku memintanya untuk membiarkan Tharnnam tinggal bersamaku. Tapi, aku tidak memintanya untuk membuang Tharnnam. Dia pantas mendapatkannya.”
“Jika dia tidak meninggalkan Tharnnam seperti itu, Tharnnam tidak akan tinggal bersamamu,” sadarkan Orn. “Aku dan Wan, kami berdua melakukan segalanya demi anak kami. Alasan aku dapat bertahan hingga sekarang, karena aku ingin membuat keluarga kita utuh lagi. Kau pernah bilang kalau ada 4 anggota di keluarga kita, tapi apa yang kau lakukan setiap hari seolah hanya kau di keluarga ini. Pernahkan kau berpikir melakukan sesuatu untuk kami? Pernahkah kau menganggapku sebagai keluargamu?”
Chet tidak bisa menjawab pertanyaan Orn tersebut.
--
Tharnnam dan Tonmai akhirnya pulang. Tonmai masuk ke dalam kamar dan Chet sudah menunggunya.
“Apa kau masih ingin aku menjadi ayahmu? Selama ini, kau membenciku. Aku sangat menyakitimu. Ibumu hidup dalam penderitaan karena aku. Aku minta maaf. Aku salah. Aku tidak layak di panggil ‘Ayah’. Aku ayah yang tidak bisa melindungi anaknya sendiri. Tidak ada yang ingin aku menjadi ayah mereka. Aku mempunyai 2 anak. Pertama kali aku dapat memeluk kakakmu adalah ketika dia sudah tidak lagi bernafas. Setiap aku melihatmu, aku tidak berani melihatmu. Aku tidak bisa memelukmu, tidak peduli sebesar apapun keinginanku, aku tidak bisa memelukmu. Aku sudah mencoba untuk menjadi ayah yang baik bagimu dan Tharnnam. Dan aku selalu gagal. Tharnnam tidak pernah memanggilku ‘ayah’ hingga hari dia meninggal.”
“Itu tidak benar. Selama ini kau mengurung dirimu dalam ruangan ini, dia mencoba memanggilmu sekuat tenaga. Dia mencoba memberitahumu kalau dia masih ada di sini, di sebelahmu, tapi kau tidak bisa mendengarnya. Pada akhirnya, ada 4 anggota di keluarga kita, ayah.”
Tharnnam dan Tonmai saling bergenggaman tangan. Tharnnam merasuki Tonmai.
“Ayah,” panggil Tharnnam.
Chet berbalik dan sangat terkejut melihat Tharnnam.

Bersambung

Post a Comment

Previous Post Next Post