Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin) Episode 05 – 1


 Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin) Episode 05 – 1
Images : Channel 3

Kiew, Khun Nai dan Pa pergi ke makam Khun Sa. Kiew berbicara seolah kepada Khun Sa kalau dia akan menepati janjinya, tinggal bersama dengan Khun Nai. Dia juga akan menjadi anak yang kuat, jadi ibunya tidak perlu khawatir lagi dengannya.

Usai Khun Nai mengunjungi makan, Tee memberikan laporan padanya kalau Peat masih belum di temukan. Khun Nai meminta Tee untuk terus mencari. Tee mengerti dan dia memberitahu kalau ada satu tempat yang belum mereka kunjungi (untuk mencari Peat). Khun Nai seolah tersadar.
Dimana tempat itu?
Makam istrinya, ibu Peat. Khun Nai pergi ke makam istrinya, dan berbicara seolah kepada istrinya untuk membantunya membujuk Peat agar mau pulang ke rumah. Dia merasa sangat khawatir pada Peat. Tanpa di sadari Khun Nai, Peat bersembunyi di balik makam ibunya itu dan mendengar semua perkataan Khun Nai.
“Aku tahu, dulu, aku tidak menjadi ayah yang baik. Tapi, aku akan mencoba menjadi lebih baik dari ini.”
Mendengar ucapan Khun Nai itu, Peat jadi terharu dan hendak keluar dari persembunyiannya.
“Boonisa sudah meninggalkanku,” lanjut Khun Nai. Dan hal itu membuat Peat batal keluar menemuinya. “Dapatkah aku memintamu untuk memaafkannya? Hal yang pernah kami lakukan dan membuatmu marah, biarkan aku saja yang menanggungnya. Aku harap Sa dapat beristirahat dengan tenang, Panee.”
Peat sangat marah mendengar permintaan ayahnya itu. Bagaimana bisa, ayahnya datang ke makam ibunya dan meminta ibunya untuk memaafkan ‘selingkuhan’ nya agar ‘selingkuhan’ nya itu bisa beristirahat dengan tenang!
--
Kiew dan Pa pergi ke kampus usai dari makam. Pa masih membahas mengenai Peat yang kabur dari rumah seperti anak kecil. Kiew memperbaiki Pa, Peat bukan kabur tapi di usir. Bagi Pa itu sama saja. Kiew dan Pa juga merasa kasihan pada Khun Nai karena harus mempunyai anak pembangkang seperti Peat.
Pa kemudian membahas hal lain, apa Kiew masih ingin mencari kerja? Kalau iya, biar dia bantu carikan. Kiew mengiyakan, dia tidak ingin menggunakan uang Khun Nai agar jika Peat kembali Peat tidak bisa menghinanya. Pas mereka lagi asyik cerita, kepala Kiew terkena lemparan bola basket. Pa langsung kesal dan menduga itu perbuatan Peat.
Tapi, ternyata bukan! Itu orang lain yang memang tidak sengaja melempar bola dan terkena Kiew. Orang itu bahkan langsung minta maaf. Pa langsung malu karena sudah salah mengira.
--

Peat pergi ke time zone untuk meluapkan amarahnya. Dia ingat saat ibunya masih hidup dan bertengkar dengan ayahnya karena ayahnya tidak pernah mencintainya. Peat benar-benar marah mengingat hal itu.

Saat dia mau keluar dari mall, usai bermain, dia tanpa sengaja melihat Kiew di salah satu restoran. Kiew pergi ke sana untuk melamar pekerjaan part time, tapi ternyata restoran tidak sedang mencari pegawai.
Lagi asyik melihat Kiew, Peat mendapat telepon dari Katha yang memintanya untuk datang ke restoran Kriss sekarang juga. Dia mau ngajak makan bersama. Peat menolak karena dia sedang sibuk sekarang.
Sibuk ngapain?

Sibuk ngikutin Kiew yang pergi ke semua restoran dan mencari pekerjaan part time. Sayangnya, semua restoran menolak untuk memperkerjakannya. Kiew sampai hilang semangat karena sangat sulit mencari pekerjaan.

Tidak menemukan pekerjaan, Kiew memutuskan untuk mampir sebentar ke rumah lamanya. Saat masuk ke dalam rumah saja, dia sudah merasa seolah melihat Khun Sa. Setiap sudut rumah itu, terdapat kenangannya dengan Khun Sa. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya karena merindukan ibunya. Dan semakin dia berada lama di sana, dia mulai menangis.
“Ibu, aku akan membuat rumah ini kembali menjadi milik kita lagi,” janji Kiew (berarti rumah itu sekarang milik orang lain dan sedang kosong).
--
Katha dan Kris kaget mendengar rencana Chaya. Chaya hendak pindah kampus dengan Peat menggunakan metode transfer. Katha mengira kalau Chaya hanya bercanda, tapi Chaya menegaskan kalau dia tidak pernah bercanda.
“Peat tidak mau di rumah. Tidak mau kuliah di sini juga. Jadi, aku mengirim Peat keluar negeri.”
“Jadi kau akan mengikutinya? Kau mau bilang begitu kan?” tanya Kris.
“Ya. Aku tidak ingin Peat sendirian. Peat butuh aku di sisinya.”
“Apa Ai-Peat bilang begitu?” tanya Kris.
Chaya kesal mendengar pertanyaan itu. “Bahkan jika dia tidak mengatakan apapun, aku juga tahu apa yang di pikirkan dan di rasakannya. Bisa nggak kau berhenti bertanya dan menyelidikiku?!”
“Kris bertanya karena dia khawatir,” Katha angkat bicara agar mereka tidak bertengkar. “Bukan begitu.”
“Ya, tapi Chaya tidak peduli. Kalau kau sudah mau pergi, tolong beritahu. Kalau tidak sibuk, aku akan mengantarmu.”
Chaya juga tidak tahu kapan akan pergi, semua tergantung Peat. Sekarang ini dia hanya mempersiapkan segalanya dan menunggu hingga Peat siap untuk pergi (cewek bodoh!!!). Katha langsung semangat lagi, kalau begitu ada kemungkinan Chaya dan Peat masih ada di sini saat Kriss membuka restorannya. Chaya baru teringat dengan hal itu. Kris menatap Chaya dan berujar kalau dia akan sangat senang jika Chaya dan Peat masih ada saat pembukaan restorannya.
--

Kris, Katha dan Chaya makan siang bersama di restoran Kris (yang belum buka). Tapi, Chaya sama sekali tidak mau menyentuh makanannya. Jadi, Kris dengan perhatian, langsung ke dapur dan memasakan sesuatu untuk Chaya. Itu makanan favorit Chaya. Dan wajah Chaya langsung sumringah begitu melihat makanan itu dan berterimakasih pada Kris.

Eh, belum sempat Chaya makan, Peat datang. Dan Chaya langsung menyodorkan makanan yang Kris buatkan untuknya pada Peat. Kris jelas kecewa. Di tambah lagi, Chaya mengatakan kalau itu makanan favorit Peat dan menyuruh Peat untuk makan.
“Owwwh. Kris sengaja membuat itu untuk Chaya. Chaya akan memberikannya pada Peat? Kalau seperti ini, Kris akan sangat marah,” komentar Katha.
“Kris tidak akan berpikir seperti itu,” balas Chaya. “Bukankah begitu?” tanya nya pada Kris.
Kris dengan terpaksa menggangguk (oohhh… Kriss, engkau terlalu baik untuk Chaya).
--
Malam hari,
Tee menghadap Khun Nai dan melapor kalau tidak ada petunjuk sama sekali mengenai Khun Peat. Khun Nai hanya meminta Tee untuk terus mencari. Dan dia juga meminta Tee mencarikannya seorang pengacara.
“Apa ada sesuatu?’ tanya Tee dengan kaget.
“Tidak ada. Aku hanya ingin berkonsultasi terkait adopsi.”
“Adopsi? Posisi Khun Kangsadan (Kiew) lebih dari itu.”
“Aku juga ingin lebih dari itu. Tapi, Kiew baru saja kehilangan ibunya. Jika dia harus menerima fakta yang lebih dari itu, aku takut dia akan shock. Dan aku juga ingin menjaga rahasia ini dulu. Jangan sampai Peat tahu.”
Tee mengerti.
--
Esok hari,
Kriss sedang belajar membuat permen kapas. Dia masih merasa kesal dengan hal kemarin, dimana masakan yang khusus dia buat untuk Chaya, malah Chaya berikan pada Peat begitu saja. Karena tidak fokus, permen kapas Kris gagal, dan hal itu membuat Kris menjadi lebih kesal.

Kiew datang ke alamat restoran Kris berdasarkan kartu nama yang pernah Kris berikan padanya. Dia sempat ragu sesaat untuk masuk. Jadi, dia mondar mandir di depan pintu. Dan Kris mendengar hal itu, jadi dia mengundang Kiew masuk. Kiew menolak dan beralasan kalau dia hanya kebetulan lewat. Kris tidak percaya karena Kiew sedang memegang kartu nama yang di berikannya waktu itu, jadi Kiew pasti sengaja datang.
Kiew dengan malu membenarkan kalau dia sengaja datang. Tapi, dia sudah berubah pikiran dan akan pergi.
“Tolong, jangan berubah pikiran, Khun. Karena kau sudah di sini, kau bisa masuk ke dalam dan melihat-lihat. Aku sedang mencoba membuat dessert baru. Kau tertarik? Jika tidak enak, aku akan biarkan kau pergi.”

Kiew tertarik. Dia masuk ke dalam dan melihat Kris membuat permen kapan dan membentuknya seperti bunga. Kiew tersenyum senang melihat permen itu dan bahkan memuji rasanya. Dia bahkan memberikan komentar dengan mendetail.
“Kau ingin coba membuatnya?” tawari Kris.
“Ya,” semangat Kiew dan langsung meletakkan tasnya di kursi.
“Tapi… kau harus kerja di restoranku dulu.”
“Kenapa kau ingin aku bekerja untukmu? Padahal aku dan temanmu punya masalah.”
“Kau bermasalah dengan Peat, bukan denganku. Dan satu lagi, aku ingin menebus kesalahanku karena tidak membantumu saat kejadian di café (yang membuat Kiew di pecat).”
“Alasanmu terdengar masuk akal.”
Pas mereka lagi senang-senang, eh, datang pengacau. Chaya. Dia langsung menyindir Kiew.
Katha dan Peat ternyata datang juga. Mereka datangnya nyusul, jadi lihat dari belakang saja, di dekat pintu gerbang.

“Tinggal di rumah orang lain, bagaimana rasanya? Jika itu aku, aku tidak akan bisa tinggal,” hina Chaya (ih, mulutnya berbisa. Ikut campur urusan orang aja).
Kris berusaha menghentikannya, tetapi Chaya tidak mau. Dia masih ingin terus bicara.
“Kenapa aku harus merasakan sesuatu? Pemilik rumah saja memberi izin untuk aku tinggal.”
“Kau harusnya malu karena kau dan ibumu adalah alasan Peat dan ayahnya bertengkar.”
“Jangan membawa aku dan ibuku dalam hal ini karena pria itu memang sudah punya masalah dengan ayahnya dari awal.”
“Tapi, dia masih bisa tinggal. Tapi, ketika ada kau, Peat harus di usir dari rumah. Semuanya rencanamu, kan? Kau ingin semua milik Peat menjadi milikmu!”
“Aku yang harusnya marah. Pria itu alasan yang membuat ibuku meninggal! Kau sangat cocok menjadi teman pria itu. Kau hanya bisa berpikiran buruk.”
Peat sedikit tertohok mendengar perkataan Kiew, walau Kiew tidak sadar kalau dirinya ada di sana. Sementara, Chaya, emosinya tersulut dan hendak menyerang Kiew. Kris langsung menghentikannya.

Saking emosinya, Chaya bicara mengenai kondisi Peat saat ini. Uwoooh, mendengar cara Chaya bercerita, berarti Chaya tahu dimana Peat. Jadi, Kiew memintanya untuk memberitahunya. Dia mau Peat pulang ke rumah, karena Khun Nai sangat khawatir.
Sebelum situasi makin memanas, Kris meminta Kiew untuk pulang dulu dan mereka akan membicarakan masalah kerjaan lain waktu.
“Kerjaan apa?” kepo Chaya.
“Aku mengundang Kiew untuk kerja di restoran.”

“Kau dilarang untuk memperkerjakannya!” perintah Chaya (ih, dia kira dia boss-nya gitu). “Ini… sampai kapan kau ingin mengganggu kami? Sebelumnya Peat, dan sekarang kau ingin mengganggu Kriss juga!”
“Khun Kriss, aku setuju untuk bekerja untukmu,” setuju Kiew, sengaja karena Chaya membuatnya kesal.
Sementara itu, Peat memilih pergi dari sana. Katha bingung harus gimana (nggak ada yang sadar kalau Peat dan Katha datang, karena mereka berdiri di luar restoran).
Kiew pamit pulang. Chaya semakin emosi karena Kiew seperti menantangnya, dia hendak mengejar Kiew, tapi Kris menahan tangannya. Di depan pintu, Kiew berjumpa dengan Katha. Tapi, dia hanya memberi senyum sedikit dan berlalu pergi.
Kris berusaha menenangkan Chaya, tapi Chaya terus keras kepala dan membela Peat. Kris emosi dengan sikap Chaya, karena dari sudut pandangnya, Peat yang salah. Peat orang yang terus mengganggu Kiew dari awal. Chaya malah mengartikan kalau Kris memihak pada Kiew.
“Yah, dia menarik,” akui Kris
Chaya menatapnya tajam.

2 Comments

Previous Post Next Post