Seorang
pria bernama Mo Xiao Feng. Dia berjalan menelusuri jalan yang sedikit bersalju
dan berbatuan, kemudian setibanya di tempat yang di inginkannya, dia memotret
keindahan alam yang berada di hadapannya.
Setelah
itu dia melanjutkan perjalanannya. Dia berjalan ke arah pemukiman penduduk, dan
disana dia tertarik kepada sebuah kotak tua yang dilihatnya di penjual jalanan.
Ketika dia menanyakan berapa harga kotak tersebut, si kakek tua yang menjual
menjawab ‘Sesuai dengan keinginanmu’. Dan dia pun menaruh beberapa uang kertas,
lalu dia membawa kotak tua tersebut.
Salju
turun. Dan dia melihat ke arah langit.
Didalam
kamarnya. Mo Xiao Feng menuliskan surat untuk seseorang.
“Yi
Xue, apa kabar? Salju sedang turun di sini? Apakah daun maple sudah memerah di
sana? Ini surat ke – 99 ku. Aku telah hidup mengembara begitu lama, dan aku
mulai merasa rindu kampung halaman…”
Mo
Xiao Feng berjalan berkeliling mencari pemandangan indah diseluruh tempat yang
dapat dikunjunginnya. Dan ketika malam sudah hampir tiba, dia mendirikan tenda
didekat sungai dan duduk disana sambil menulis.
“…
Akhirnya, aku menginjak kakiku di Jalan Tea- horse. Aku ingat kamu mengatakan
nya kepadaku bahwa kamu ingin menjelejahi warisan dunia, dan mendengarkan
kisah- kisah kuno. Menurutku mimpi indah itu tidak boleh di lupakan…”
Pagi
hari. Mo Xiao Feng bersiap dengan seluruh bawaannya di dalam ransel, kemudian
dia melanjtutkan perjalanannya ke tempat yang lain sambil memotret segala
sesuatu yang dilihatnya.
“…
Jadi aku pergi ke Moreno Glacier di Jerusalem, dan menginjakkan kaki di pasir
di kota Nepal. Sekarang, aku di Jalan Tea- horse. Pemandangannya sangat indah
di sepanjang jalan, itu sangat alami. Hati ini punya banyak cerita tanpa mu…”
Setelah
selesai menulis surat ke – 99 nya. Mo Xiao Feng memasukan surat itu ke dalam
kotak tua, dan lalu dia menutup kotak tua tersebut. Kemudian sambil merokok,
dia berdiri memandang ke luar jendela.
“…
Aku membayangkan tentang penampilan terakhir mu untuk beberapa kali. Berpikir
tentang rambut ekor kuda mu. Aku juga membayangkan, kapan kita bertemu lagi.
Ini akan menjadi cuaca yang baik, juga hangat. Tidak seperti di sini. Meskipun
matahari terbit. Udara dingin menyengatku.”
Kotak
tua yang telah di kunci tersebut, tiba- tiba terbuka sendiri.
Seorang
wanita bernama Yang Yi Xue. Bangun tidur, dia berjalan ke arah dapur sambil
menyisir rambutnya. Didapur, dia mendengarkan siaran berita di radio, sambil
menikmati segelas kopi harum yang baru siap di seduh.
Selesai
bersiap- siap, dia berjalan ke arah stasiun kereta. Kemudian saat kereta
datang, dia masuk ke dalamnya. Dan disana dia bertemu dengan seorang pria
kenalannya, dan si Pria dengan baik langsung berdiri dan memberikan tempat
duduk untuk dirinya.
“Keadaan
mu belum membaik. Jaga dirimu dan pakailah lebih banyak baju hangat. Ini air
dan obat. Jangan minum kopi dengan perut yang kosong. Lihatlah dirimu. Ada
lingkaran hitam di bawah mata mu. Apakah kamu bergadang sampai larut malam
lagi?” tanya si Pria dengan penuh perhatian kepadanya. Dan dia hanya tersenyum
menanggapi itu, tanpa menjawab.
Sebuah
pesan teks masuk ke hape Yi Xue. Seorang teman nya menanyakan apa Yi Xue sudah
mendengar kabar tentang kematia Mo Xiao Feng, saat berfoto di Jalan Tea- Horse,
Xiao Feng tertinggal di gunung bersalju dan meninggal karena suhu yang dingin.
Membaca
pesan itu Yi Xue memejam kan matanya dengan erat. Dia tampak sangat sedih.
Dirumah
Xiao Feng. Yi Xue melihat sekumpulan foto yang diambil oleh Xiao Feng di
berbagai tempat. Lalu Ibu Xiao Feng datang dan memberitahu kepadanya bahwa ada
sesuatu yang ingin di berikan oleh Xiao Feng secara pribadi kepada Yi Xue, tapi
pada akhirnya Xiao Feng tidak bisa memberikan itu sendiri.
Saat
melihat foto Xiao Feng, dengan sedih Yi Xue memeluk foto tersebut dengan erat.
Lalu Ibu Xiao Feng mendekatinya, dan dia memberikan sebuah kotak tua kepada Yi
Xue.
“Dia
menulis surat- surat ini untuk mu dalam waktu 10 tahun ini,” kata Ibu Xiao Feng
sambil menangis, lalu dia pergi meninggalkan Yi Xue.
Yi
Xue berjalan di tengah jalan dengan pandangan kosong, tanpa memperhatikan mobil
yang melewatinya. Dia mengingat isi surat dari Xiao Feng untuknya.
“Yi
Xue, salju turun di sini. Apakah disana daun maple berubah menjadi merah? Aku
bertanya pada diri sendiri beberapa kali. Apakah aku seorang pria pemberani?
Aku telah mendaki gunung tertinggi, dan melintasi gua terbesar. Namun ketika
aku keluar dari kereta setelah 15 jam perjalanan. Aku hanya memesan semangkuk
mie saja, di dekat perusahaanmu. Aku mendengar tentang kekasih mu. Seseorang
yang pasti menjaga mu. Itu bagus untukmu.”
Yi
Xue sampai di stasiun kereta. Dan ketika kereta datang, dia masuk ke dalamnya,
lalu lanjut membaca satu persatu surat untuknya itu. Sambil membaca surat itu,
dia terus menangis dengan keras, sehingga setiap orang di kereta memandanginnya
dengan heran.
“Apakah
kamu ingat saat Matahari terbenam di atap, 19 tahun yang lalu. Kamu mengatakan
bahwa kamu akan berkeliling dunia. Sudahkah kamu berangkat? Aku telah
menghabiskan 5 musim dingin untuk bepergian, tapi aku tidak pernah bertemu
denganmu dimanapun. Dan aku… Aku sangat merindukan mu, Yan Yi Xue.”
Didalam
kamarnya, Yi Xue menulis surat balasan untuk Xiao Feng yang telah tidak ada di
dunia ini. Dia menulis surat itu sambil meneteskan air mata.
“Mo Xiao Feng, apa
kabar mu disana? Apakah sedang turun salju? Daun maple berubah merah di sini.
Sepuluh tahun yang lalu kita saling mengenal. Dan Delapan tahun kita tidak
saling bertemu.”
Semua
surat yang ditulis kan oleh Xiao Feng telah selesai Yi Xue baca.
“Dalam ingatanku, kamu
adalah laki2 yang hanya mengutak- atik kamera, dan selalu berpakaian keren.
Jika aku berani. Akankah ingatanku berubah? Kamu orang yang sangat mempesona,
aku tidak memiliki cukup keberanian untuk menegaskan perasaan mu kepadaku. Aku
selalu berkata pada diri sendiri, pertemuan denganmu lebih baik daripada tidak
pernah bertemu sama sekali. Aku lupa bahwa ada tiga hal di dunia ini yang tidak
dapat disembunyikan, yaitu kesakitan, kemiskinan, dan mencintai mu. Sepuluh
tahun, ini sudah terlambat, dan kita dipisahkan oleh kematian. Tapi Mo Xiao
Feng. Aku masih sangat mencintaimu. Mencintaimu.”
Selesai
menulis surat balasan untuk Xiao Feng, Yi Xue memasukan surat itu ke dalam
kotak tua dan lalu dia menutup kotak tua tersebut. Kemudian sambil menangis,
dia memeluk kotak tua tersebut, dan setetes air matanya jatuh mengenai kotak
tua itu.
Kotak
tua tersebut tiba- tiba tampak seperti mengeluarkan sinar bewarna biru yang
tidak terlalu terang dari dalamnya. Tapi Yi Xue tidak menyadari hal itu, karena
matanya tertutup. Kemudian terdengar suara kecil yang mengatakan ‘Nama’.
Mendengar
itu, Yi Xue membuka matanya, kemudian dia membuka kotak tua tersebut. Dan dia
merasa sangat heran, karena surat balasan yang ditulisnya dan dimasukan nya ke
dalam kotak tersebut menghilang.
Mengira
bahwa kotak tersebut berlubang, maka Yi Xue mencari surat balasannya di atas
tumpukan surat dari Xiao Feng yang berserakan disekitarnya. Namun karena tidak
menemukan nya, maka Yi Xue pun berbaring dan lalu dia tertidur.
Suara
jam alarm berbunyi, dan mendengar itu Yi Xue pun terbangun. Kemudian secara
ajaib sebuah surat tiba2 muncul di hadapannya, dan melihat itu Yi Xue merasa
sangat terkejut. Lalu dia membaca surat tersebut, “Jika kamu yakin dan percaya.
Mungkin kah akhirnya akan berbeda? Waktu pukul 23:00, 11 November 2017.”
Yi
Xue melihat ke arah jam kecil diatas mejanya yang menunjukan pukul 23:00, 11
November 2017. Lalu dia melihat ke kotak tua yang terbuka disebelahnya. Merasa
ada sesuatu yang aneh, Yi Xue mengambil sebuah kertas kosong dan menuliskan
pukul 23:03, 11 November 2017. Kemudian dia memasukan surat itu ke dalam kotak
tua tersebut dan menutupnya.
“Menghilang
lah. Menghilang,” gumam Yi Xue berharap, lalu dia membuka kotak tua tersebut.
Dan benar saja, surat yang dimasukannya ke dalam tadi telah menghilang.
Dengan
gugup, Yi Xue memeluk kotak tua tersebut dan melihat ke arah jam diatas
mejanya. Lalu tepat di saat jam menunjukan pukul 23:03. Surat yang ditulisnya
barusan muncul secara ajaib dihadapannya.
“Aku
bisa mengirim ini,” gumam Yi Xue dengan bersemangat.
Yi
Xue memakai kacamata dan sepatunya dengan terburu- buru, lalu dia juga membawa
tas nya. Kemudian sambil memeluk kotak tua tersebut dengan erat, dia berlari
keluar dari rumahnya ke tempat yang jauh.
“Apakah ini keinginamu
untukku? Atau karena aku sangat merindukanmu? Apa ini hanya ilusi? Atau tak
masalahkah jika itu hanya fantasiku? Air mata itu benar adanya. Senyum itu juga
benar adanya. Mencintaimu juga sebuah kebenaran. Memikirkan tentang mu dengan
seluruh pikiranku. Tapi aku yang masih berusia 19 tahun, tidak pernah berani
untuk mengatakan yang sebenarnya. Kali ini aku harus memberitahumu dengan
lantang.”
‘Mo Xiao Feng, bisakah kamu
mendengarku? Aku menyukaimu. Aku menyukaimu. Aku menyukaimu. Aku akan selalu
menyukai mu!!’
‘Siapa nama mu?’
‘Lei Feng’
‘Bakso’
Tags:
to my 19 year old
Kak lanjut sampai selesai.
ReplyDelete@Eka . Pasti di lanjut kak ^.^
ReplyDeleteBgs...
ReplyDeleteLanjutannya mna ya ka
ReplyDelete