Pagi
hari. Yi Xue melakukan lari pagi. Kemudian setelah itu, dia kembali ke asrama
dan menimbang berat badannya. Dan ketika dia melihat hasilnya, dia mengeluh
karena dia sudah berlari selama satu jam serta tidak ada memakan apapun sejak
pagi, tapi berat badannya malah hanya berkurang sedikit saja.
“Dari
sudut pandangku. Kamu tidak harus mengurangin berat badanmu. Itu terlalu sulit
bagimu. Kamu memiliki wajah bulat yang kecil dan pipi tembem. Jika kamu menjadi
lebih kurus, kamu tahu kan…” komentar Dongdong.
“Diam.
Wajahku kecil. Tapi lihat lah perutku, besar dan begitu banyak lemak, kamu
tidak tahu sakitnya hatiku,” balas Yi Xue.
Teman
sekamar Yi Xue yang berbadan sedikit gemuk, Da Mao. Ketika dia membuka pintu
kamar, dia terhalang oleh tumpukan pakaian Li Qian yang berada dibelakang
pintu. Da Mao mengomeli Li Qian yang jarang menyuci pakaian, dan telah menaruh
pakaian itu selama setengah bulan di sini.
“Biar
aku yang mengurus pakaian itu,” kata Yi Xue menengahi mereka. Lalu dia
menanyakan siapa yang akan membeli timbangan badan baru.
“Aku.
Aku akan menemukan satu pria tampan hari ini!” kata Li Qian dengan bersemangat
sambil memakai kutek di kuku nya. Dan Dongdong memuji Li Qian yang tampak
sangat cantik hari ini. Lalu secara serempak dia dan Da Mao menanyakan siapa
yang akan menjadi mangsa baru Li Qian sekarang.
“Jangan
bertanya, akankah dia membiarkan mangsanya melarikan diri begitu saja? Seluruh
universitas akan tahu hal itu dalam 2 hari,” kata Yi Xue menyela mereka semua.
Dia kemudian mengambil keranjang pakaian kotor Li Qian dan membawa nya keluar
untuk dicuci.
Ibu
pengurus asrama datang dan berteriak kepada seluruh murid. Dia menyuruh mereka
untuk bersiap dan memakai pakaian, karena akan ada pria yang datang ke asrama
mereka.
Tiga
orang pria berpenampilan biasa dengan gaya sok keren masuk ke dalam gedung
asrama. Dan melihat mereka, setiap murid perempuan menatap mereka dengan
pandangan tidak tertarik sama sekali. Tapi ketiga pria itu tidak sadar sama
sekali.
Lalu
ketika setiap murid perempuan berhamburan keluar dari asrama, barulah mereka
bertiga sadar bahwa tidak ada yang tertarik kepada mereka.
Mo
Xiao Feng memberikan seekor kucing segelas susu, dan membantunya.
Disekelilingnya setiap perempuan menatapnya dengan pandangan memuja, mereka
mengatakan bahwa Xia Feng sangat tampan sekali dan mirip dengan Idola mereka.
Yi
Xue yang kebetulan berada disana, dia merasa penasaran. Dan saat dia melihat
Xiao Feng yang berjalan masuk ke dalam
gedung asrama. Dia melihat Xiao Feng seperti melihat seorang Idola terkenal
yang sangat tampan dan keren.
“Kita
berempat bisa bersantai di taman yang besar, dan menikmati hal yang kita suka,”
canda Xiao Feng sambil tertawa bersama ketiga temannya. Dan mendengar itu, Yi
Xue langsung tampak tidak tertarik kepada Xiao Feng.
Ibu
pengurus asrama menjelaskan kepada setiap murid perempuan yang berada diasrama.
Dia mengatakan bahwa saat ini tabung air diasrama laki2, dikamar 101, itu
sedang rusak dan butuh waktu untuk memperbaikinya. Serta tidak ada kamar
cadangan yang tersedia untuk mereka berempat di asrama laki2. Maka dari itu,
mulai hari ini mereka berempat akan tinggal disini.
Kronologis Peristiwa.
Didalam
kamar. Ketika mereka berempat sedang makan sup bersama, tiba- tiba saja banyak
air yang menetes dari atas kamar mereka, tepat di tengah meja makan mereka.
“Kenapa
ada hujan?” tanya si Kacamata.
“Eh…
mengapa hujan nya terasa asin ya?” tanya si Gemuk.
Mereka
berempat lalu melihat ke atas, dan ternyata atap kamar mereka sedikit bocor.
Mengetahui hal itu, mereka pun segera memindahkan sup mereka agar tidak
terkena. Tapi ketika mereka lanjut makan lagi, tiba2 saja atap diatas mereka
roboh. Dan seorang pria yang sedang boker terjatuh ke bawah bersama dengan
kloset yang sedang didudukinya.
“Kenapa
jadi begini?”
“Ini
bukan panci panas!! Dasar sialan!!” keluh si Gemuk sambil berusaha membersihkan
lidahnya.
Kronologis End.
Ibu
pengurus asrama mengingatkan setiap murid perempuan untuk berhati2 dan lebih
banyak memakai pakaian saat mau keluar dari dalam kamar. Dan mereka tidak boleh
memperlihatkan apa yang seharusnya tidak diperlihatkan. Serta jangan
menggantung pakaian dalam di terali
jendela lagi.
Kemudian
selesai mengingatkan setiap murid perempuan diasrama, Ibu pengurus asrama
menunjukan kepada Xiao Feng dan ketiga temannya, kamar dimana mereka berempat
akan tinggal sekarang.
Dongdong
segera menutup pakaiannya yang sedikit terbuka, ketika Xiao Feng dan ketiga
temannya berjalan ke arah mereka. Begitu juga dengan Yi Xue.
Ketika
tanpa sengaja bola voli yang Xiao Feng bawa terjatuh di dekat kaki Yi Xue, dia
pun menyuruh agar Yi Xue menendangkan bola itu ke arahnya. Tapi Yi Xue menolak,
dia mengingatkan bahwa Xiao Feng harus menggunakan kata ‘tolong’.
“Baiklah.
Tolong, tendang bolanya ke sini,” kata Xiao Feng dengan sikap santai. Dan Yi
Xue pun langsung menendang bola itu tepat ke wajah Xiao Feng.
Li
Qian datang dan mengambilkan bola voli itu. “Xiao Feng, dia sahabatku. Dia
tidak bermaksud jahat,” kata Li Qian dengan lembut.
Kesal
melihat itu, Yi Xue berjalan melewati mereka berdua dan menyenggol bahu Xiao
Feng dengan kuat.
“Siapa
namamu?” tanya Xiao Feng.
“Lei
Feng!” balas Xi Yue dengan sembarangan.
Didalam
kamar mandi. Yi Xue mengeluh, karena setelah keempat pria itu tinggal diasrama
mereka, kini setiap mau keluar dari kamar mandi ke kamar, mereka harus
berpakaian. Tapi Li Qian sama sekali tidak masalah para pria itu tinggal
disini.
“Terus
terang. Seperti yang kamu tahu, Mo Xiao Feng mengejar- ngejar ku. Dia memintaku
untuk menjadi pacarnya dua hari yang lalu, sebelum dia pindah. Jadi…” kata Li
Qian dengan bangga. Dan Yi Xue langsung menyela.
“Jadi
kamu bilang iya. Bagaimana bisa seorang gadis seperti mu memberikan hatinya
kepada orang brengsek seperti itu?” komentar Yi Xue.
“Kamu
tidak mengerti. Dia seperi sinar matahari yang hangat, humoris, dan pesona nya
memancar. Juga dia sangat tampan di lapangan voli,” balas Li Qian dengan
senang.
Xiao
Feng berserta ketiga temannya bergiliran untuk mengintip para gadis yang sedang
mandi. Giliran pertama adalah Xiao Feng, dia memanjat sesuatu untuk mengintip
dari jendela kamar mandi. Tapi baru sebentar dia mengintip, ketiga temannya
yang tidak sabaran meminta ganti giliran mengintipnya. Dan karena itulah,
mereka ketahuan oleh Yi Xue.
“Cepat
pakai bajumu. Seseorang mengintip,” kata Yi Xue. Dan setiap orang pun langsung
masuk ke dalam bilik kamar mandi.
“Kita
ketahuan. Ayo pergi,” kata Mo Xiao Feng memberitahu ketiga temannya, tapi belum
sempat dia turun, ketiga temannya yang ketakutan langsung melarikan diri sambil
membawa tangganya. Sehingga Xiao Feng tidak bisa turun.
Yi
Xue datang membawa sapu, tepat disaat Xiao Feng meloncat turun. “Rupanya itu
kamu?” kata Yi Xue, saat mengetahui siapa orang yang mengintipin mereka.
“Terus
kenapa?” balas Xiao Feng dengan berani.
“Apa
yang sedang kamu lakukan?” tanya Yi Xue sambil mendorong dada Xiao Feng.
“Aku
mengintip seorang gadis yang sedang mandi,” jawab Xiao Feng, jujur.
Yi
Xue mendorong Xiao Feng ke dinding dan menahannya, lalu dia mulai ingin
memarahi Xiao Feng. Tapi Xiao Feng langsung menarik dan mendorong Yi Xue ke
tembok. Ternyata Xiao Feng melakukan itu, karena Yi Xue sedang berpakaian
sedikit terbuka, dan disaat itu ada orang yang sedang lewat di dekat mereka.
“Apa
yang mau kamu lakukan?” tanya Yi Xue dengan tegas, ketika Xiao Feng menatapnya.
“Terlalu
memalukan untuk dilihat,” jawab Xiao Feng.
“Kamu
tahu apa itu rasa malu?”
“Aku
membicarakan tentang kegemukanmu,” bisik Xiao Feng dengan suara kecil.
Yi
Xue langsung menutupi tubuhnya dengan menyilangkan kedua tangannya. Kemudian
dia memegang leher Xiao Feng dan menariknya mendekat. “Kamu seharusnya tidak berbicara
sepatah kata pun. Tentang aku yang gemuk,” kata Yi Xue dengan marah, lalu dia
menendang benda penting Xiao Feng, dan pergi.
Dengan
kesakitan, Xiao Feng pun meringis sambil memegang bagian penting dirinya yang
Yi Xue tendang dengan sangat kuat itu.
Keesokan
harinya. Diatas atap. Saat sedang bermain gitar, Xiao Feng melihat Yi Xue
datang untuk menjemur pakaian. Dan dia pun berteriak memangil Yi Xue dengan
sebutan ‘Bakso’, lalu dia mendekati Yi Xue.
“Aku
akan memanggilmu begitu mulai sekarang,” canda Xiao Feng.
“Beraninya
kamu!!” balas Yi Xue sambil bergerak untuk menendang Xia Feng. Tapi dengan
segera Xiao Feng langsung menghindar sambil melindungin bagian dirinya yang
semalam ditendang.
Didalam
kelas. Saat sedang membersihkan tengkorak palsu, Yi Xue teringat akan Xiao
Feng. Dia melihat seolah tengkorak itu adalah wajah Xiao Feng yang sedang
bersin, karena dia mengusapnya menggunakan kuas.
Tepat
disaat itu, Xiao Feng mengetuk jendela kelasnya. Dan karena itu Yi Xue pun
merasa kaget, dan langsung menjatuhkan tengkorak palsu itu ke lantai.
Guru
menegur Yi Xue, dan Yi Xue langsung meminta maaf. Melihat hal itu, Xiao Feng
masuk melalui jendela kelas dan menjelaskan kepada si Guru.
“Maaf.
Aku Mo Xiao Feng dari kampus Fotografi. Hari ini adalah hari ulang tahun
saya, jadi bisakah Anda memberikan ijin
kepada Yi Xue? Semua orang yang akan datang ke ulang tahun saya,” jelas Xiao
Feng sambil melambaikan tangan kepada ketiga temannya, dan ketiga teman Yi Xue
yang telah menunggu dibawah.
“Yang
kami butuhkan adalah Nona Yang. Bisakah kamu memberikan ijin padanya?” pinta
Xiao Feng kepada si Guru.
“Muda
dan bebas. Baiklah, pergi sana,” kata si Guru memberikan izin.
Didalam
café. Yi Xue mabuk dan naik ke atas meja. Dia berteriak memanggil pelayan untuk
membawakan sebotol bir lagi. Dan melihat itu, Xiao Feng tersenyum, dia lalu
membawa Yi Xue untuk turun dari atas meja.
“Bakso?
Kamu memanggilnya seperti itu. Apakah aku terlihat seperti itu saat aku mabuk?”
tanya Yi Xue sambil tertawa. Dan Xiao Feng menggangguk.
“Lihatlah
dirimu. Dengan wajah merah itu. Kamu juga mabuk kan?” tanya Yi Xue lagi. Dan
kali ini Xiao Feng hanya diam dan tidak bereaksi. Lalu karena itu, maka Yi Xue
pun menjadi malas, dan pergi untuk ke kamar mandi.
Li
Qian cemburu saat melihat mereka berdua pergi, jadi dia pun langsung berdiri
dan ingin menyusul mereka. Tapi para teman Xiao Feng menahannya.
Xiao
Feng menemain Yi Xue pulang, tapi Yi Xue menolak dan mengatakan bahwa dirinya
tidak mabuk. Namun baru saja, dia berbicara begitu, dia kehilangan keseimbangan
dan hampir saja terjatuh. Tapi untungnya Xiao Feng langsung menangkapnya.
Xiao
Feng kemudian mengendong Yi Xue yang mabuk diatas punggungnya. Tapi dalam
perjalanan pulang, tiba2 saja Yi Xue mau muntah, jadi dia pun langsung menurunkannya.
Lalu dengan penuh perhatian dia melepaskan jaketnya dan memakaikann itu di bahu
Yi Xue.
Saat
Yi Xue yang telah selesai muntah mendekatinya, Xiao Feng langsung merasa mual.
Dan dengan perhatian, Yi Xue langsung memlapkan mulut Xiao Feng.
“Kamu
memiliki perut yang lebih kuat daripada aku. Hanya sedikit lebih kuat,” kata Yi
Xue, kemudian dia berdiri secara tiba2. Dan Xiao Feng pun segera membantu serta
menggendongnya kembali sambil tersenyum senang.
Keesokan
harinya. Diatas atap. Xiao Feng dan Yi Xue mengobrol bersama selagi menjemur
pakaian masing2 dijemuran.
“Li
Qian adalah pacarku? Sejak kapan?” tanya Xiao Feng, tidak mengerti.
“Kamu
tidak perlu berpura- pura. Dia telah memberitahuku,” balas Yi Xue.
Xiao
Feng menyangkali semua itu. Dan Yi Xue membalas bahwa Li Qian temannya adalah
gadis yang sangat cantik dan populer di kampus mereka, dan semua anak laki2
menyukainya. Lalu Xiao Feng bertanya, apa dia harus bersama dengan Li Qian
karena Li Qian cantik.
“Tentu
saja. Kamu kan serigala,” jawab Yi Xue.
Xiao
Feng langsung mengejutkan Yi Xue seperti seekor serigala, dan ketika Yi Xue
tampak kaget karenanya, dia tersenyum senang. “Sejujurnya, aku tidak pernah
bosan melihat wajahmu yang seperti bakso,” goda Xiao Feng.
“Apa
sih?” balas Xi Yue, tidak peka. Lalu dia mengejar untuk menendang Xiao Feng
yang teruse memanggilnya ‘Bakso, bakso’.
Xiao
Feng berhenti, saat dia merasakan bahwa Yi Xue tidak lagi mengejarnya. Dan Yi
Xue sambil sibuk menjemur pakaian, dia menjawab bahwa ini bukan drama, dia harus
mengeringkan pakaiannya, jika tidak warna nya akan luntur dan mengotori pakaian
yang lain.
“Sangat
tidak romantis,” komentar Xiao Feng.
“Tidak
ada hal semacam itu di antara kita. Dasar membosankan!” balas Yi Xue.
Xiao
Feng menanyakan kenapa Yi Xue sangat menyukai sejarah, dan Yi Xue pun menjawab.
Lalu selagi Yi Xue sibuk bercerita tanpa memperhatikannya, dia memakai
kameranya dan memotret Yi Xue beberapa kali.
“Karena
kamu hanya melihat hal2 berdasarkan penampilan, kamu tidak akan mengerti.
Banyak hal yang diwariskan oleh waktu. Mereka memiliki kisah2 yang indah. Aku
ingin sekali mengelilingin situs2 warisan dunia, setelah lulus nanti. Aku akan
menyimpan semua koleksi barang antik ku disatu ruangan. Dan aku akan
mendengarkan cerita2 setiap hari,” cerita Yi Xue. Lalu dia menanyakan alasan
Xiao Feng menyukai fotografi.
“Karena
aku dapat menangkap banyak moment fantastis pada setiap moment dalam hidupku.
Jadi aku akan membantu mu menangkap moment ini,” kata Xiao Feng sambil memotret
Yi Xue sekali lagi. “yang kemudian akan berubah menjadi sebuah cerita. Waktu
bagaikan pisau ukiran. Itu akan menciptakan suatu moment setiap hari. Gambar
yang bagus tidak hanya akan menangkap kerutan wajah, tapi juga dapat melihat
kisah2 yang sudah berlalu. Hey. Bakso! Tersenyumlah.”
Yi
Xue mendekati Xiao Feng dan merebut kamera nya, kemudian dia memotret Xiao Feng
menggunakan kamera itu. Dan tanpa rasa keberatan, Xiao Feng langsung tersenyum lebar
dan membentuk V dengan dua jarinya.
Lalu
selagi Yi Xue sibuk menggunakan kameranya untuk memotret hal yang lain, Xiao
Feng memotret Yi Xue menggunakan kamera kecilnya. Dan mengetahui hal itu, Yi
Xue balas memotret Xiao Feng yang sedang memotretnya.
“Biarkan
aku melihat itu,” kata Yi Xue, mendekat.
“Memohonlah
padaku,” balas Xiao Feng, menjauh.
“Biarkan
aku melihat itu!! Aahh, mengerikan! Hapus gambar ku itu,” keluh Yi Xue melihat
hasil dirinya yang dipotret.
“Bagaimana
bisa kamu melihat gambar ini dengan jelas dari jarak sejauh itu?”
“Aku
akan memukulmu jika kamu tidak menghapus foto itu,” kata Yi Xue sambil memukuli
kepala Xiao Feng dengan pelan.
“Kamu
sudah melakukannya,” balas Xiao Feng. Lalu dia kembali memotret Yi Xue.
***
Yi
Xue berlari masuk ke dalam sebuah restoran. Disana dia menuju salah satu meja
yang telah ditempatin oleh pelanggan yang lain.
“Maaf,
kursi ini sangat penting bagiku,” jelas Yi Xue dengan nafas kelelahan, karena
habis berlarian.
“Gila!”
keluh si pelanggan. Lalu dia pergi dari meja sana ke meja yang lain.
Tanpa
memperdulikan si Pelanggan itu, Yi Xue mengeluarkan kertas dan pena dari tas
nya, lalu dia mulai menulis surat untuk dirinya sendiri di masa lalu.
“Hari ini sangat
istimewa. Aku mengirimin mu surat yang bermakna ini dari sepuluh tahun
kemudian. Aku Yang Yi Xue berusia 29 tahun.”
Setelah
selesai menulis, Yi Xue memasukan surat itu ke dalam kotak tua dan menutupnya.
Tags:
to my 19 year old