Sinopsis Lakorn : The Gifted Episode 10 - part 4

Network : GMM One


Wave teringat akan masa lalu nya. Didalam kelas, semua murid duduk berkelompok dan belajar bersama serta mereka saling mengobrol satu sama lain. Kecuali dia. Dia ditinggal sendirian di pojok ruangan kelas yang sepi.


Wave mematikan semua program nya. Kepadahal waktu hitungan mundur hanya tersisa 6 detik lagi. Namun karena dia tidak bisa menolak perintah dari Pang, maka dia pun menghentikan semua program nya. Tapi setelah itu dia menjadi heran sendiri dan marah.

“Bagaimana kamu menghentikannya?” teriak Wave.

“Seperti katamu, aku tidak bisa menghentikanmu,” balas Namtaan.



Pang menjelaskan semuanya. Diatas atap, Ohm tidak berhasil menemukan Namtaan, karena Namtaan telah turun ke  bawah dan pergi. Namun karena tahu Ohm akan mencarinya ke sana, maka Namtaan meninggalkan sebuah memo kecil untuk Ohm.



“Aku yakin kalau kami bersatu, kami bisa menghentikan mu. Terima lah, Wave. Ini sudah berakhir. Tindakan mu ini berasal dari kesepian. Kamu menginginkan teman,” jelas Namtaan.

Wave teringat akan masa lalu nya, dimana dia ditinggal sendirian oleh semua teman- temannya didalam kelas. “Kamu salah. Aku tidak butuh teman. Tidak butuh siapapun. Ini belum berakhir,” teriak Wave, tidak mau mengakui kesepiannya.



“Kamu kalah, terima saja,” kata Ohm.

“Aku tidak kalah. Aku lebih berbakat dari mu. Aku takkan kalah dari mu!!” balas Wave.

“Ya. Kamu berbakat. Tapi bakat tidak membuatmu memenangkan segalanya,” kata Pang.



Dengan erat, Wave mengepalkan tangannya dan memukuli Wave. Melihat itu dengan panik, Ohm serta Namtaan berteriak dan berusaha menghentikannya, tapi tidak bisa.



Wave mengingat semua kenangannya. Saat bahagia nya bersama Bu Nara. Saat kecewa nya saat Bu Nara mengkhianati dirinya.


Diruangan rapat. Guru Pom melaporkan kepada Direktur bahwa ruangan di loteng gedung dua telah di tutup secara permanen, dan Wave akan diskors selama seminggu sesuai perintah. Kemudian kantor administrasi telah melaporkan perkiraan jumlah kerusakan.

Kerusakan umum 250 baht. Dinding penghargaan 420 ribu baht. Gudang dokumen 640 ribu baht. Ditambah dengan kerusakan lainnya, totalnya adalah 1.680.000 baht.


“Pengembangan potensi ini disertai harga yang tinggi. Kekhawatiranku bukan soal biaya, tapi lebih kepada ketidakmampuan guru untuk mengatur murid- muridnya. Ini jauh lebih besar dari semua yang pernah ada. Seseorang harus bertanggung jawab,” jelas Direktur.



Seorang Orang Tua murid mencari Bu Ladda, diadalah Ayah dari si Murid yang menyamar sebagai Wave. Dan melihat itu, Bu Ladda tampak terkejut serta heran.


Pang menemui Wave yang sedang menyendiri di atap. Dia datang karena Namtaan menyuruh nya untuk mengantarkan makanan untuk Wave, karena Namtaan sedang berada di klinik dan di periksa oleh Dokter.

“Namtaan sudah cerita soal kau. Aku ikut prihatin,” kata Pang.

“Jangan mengasihaniku,” balas Wave.

“Aku setuju denganmu. Dalam beberapa aspek,” jelas Pang.

“Kenapa? Kamu mau menggunakan kekuatanmu padaku?”


Pang menceritakan tentang potensinya, yaitu dia harus menyentuh orang nya baru bisa memberikan perintah. Dan Wave langsung menyingkir dengan cepat. Lalu Pang tertawa dan duduk disamping Wave.



“Kalau hitung mundurnya dibiarkan sampai nol, informasinya tak akan tersebar, ya kan?” tanya Pang. Dan Wave hanya diam saja. Lalu Pang menanyakan apa tujuan Wave.

“Aku cuma ingin orang- orang tahu, aku lebih baik dari kalian,” balas Wave.


Pang memberikan nasihat kepada Wave untuk tidak terlalu mendengarkan penilaian orang, karena bila orang mengatakan kita payah, belum tentu kita memang payah. Lalu Pang mengingat perkataan Direktur dengannya.



“Takkan kubiarkan hidup siswa Berbakat, dihancurkan oleh siswa biasa.”

“Sistem ini memecah kita, membuat kita tidak sederajat. Aku membencinya. Aku benci sistem itu membuatku kehilangan sahabat. Aku benci kelas berbakat. Aku benci tempat ini. Aku benci sekolah ini. Aku benci Direktur,” jelas Pang.



Wave teringat akan perkataan Direktur padanya. “Aku sangat kecewa padamu. Kupikir, kamu lebih baik dari ini.”

“Aku benci sistem bodoh ini. Membuatku merasa bodoh, seperti dimanfaatkan,” kata Wave, setuju dengan pemikiran Pang.



Pang mengajak Wave untuk bekerja sama. Dan Wave membalas bahwa dia juga membenci Pang. Mendengar itu, Pang tertawa, karena dia tahu, tapi mereka harus mengubah sekolah ini.

“Orang seperti mu, mana bisa melakukan apapun?” tanya Wave.

“Aku bisa. Tapi tergantung, kamu ikut atau tidak,” balas Pang.

1 Comments

Previous Post Next Post