Diruangan
Guru Pom. Mon dan Korn mengisi serta menanda tanganin surat pengunduran diri
dari kelas berbakat. Dan setelah mereka selesai, Guru Pom menanyakan apa mereka
yakin dan tidak mau memikirkan nya dulu.
“Aku
yakin. Aku sudah memikirkannya sejak lama,” kata Korn.
“Sudah
kupikirkan baik- baik, pak,” kata Mon.
“Oke.
Bapak menghormati keputusan kalian berdua,” balas Guru Pom dengan kepala
tertunduk.
Hujan
turun dengan sangat deras. Mon menghampiri Pang dan memberikan kertas tugas
yang telah dikerjakanya. Lalu Pang mengumpulkan kertas tugas itu.
Dilorong
sekolah yang sangat sepi, Korn duduk mendengarkan musik melalui headset nya.
Hujan
berhenti. Di ruang rapat. Direktur mendekati Mon dan Korn, dia mengambil sebuah
jarum suntik yang agak besar, dan menjelaskan kepada mereka berdua bahwa serum
ini akan membantu mereka berdua untuk bisa kembali normal.
“Setelah
ini, kalian akan kembali normal. Semoga kalian bahagia,” kata Direktur.
Kemudian dia menyuntikan serum itu pada lengan mereka.
Pang
mengintip semua kejadian itu dari luar.
Guru
Pom memberikan tugas yang telah setiap murid kerjakan kepada Direktur. Dia
menjelaskan bahwa tugas ini adalah untuk membantu siswa Berbakat agar memahami
potensi mereka dan memanfaatkan nya.
Bagi
beberapa, misi mereka tidak terjebak dalam label ‘Berbakat’. Bagi yang lain,
mereka melihat sisi baik dan buruk potensi mereka. Tugas mereka adalah untuk
memahami itu dan menjaga potensinya. Tapi beberapa anak melihat potensi mereka
sebagai beban, dan memilih untuk menyerah serta melepaskannya. Ada juga yang
memilih untuk tidak menjawab sama sekali.
“Kamu
sendiri, Pom? Menurutmu, apa misimu sebagai orang Berbakat?” tanya Direktur.
Tapi Guru Pom hanya diam, jadi Direktur pun bertanya ada apa.
“Bukan
apa- apa. Saya hanya merasa dejavu. Dulu Bapak pernah bertanya hal yang sama,”
jawab Guru Pom.
“Dan
sekarang. Bagaimana jawabanmu?”
Pang
menemui Wave yang berada di atas atap, dia menanyakan kenapa Wave tidak
memberitahunya bahwa masa skorsing nya telah selesai. Dan dengan cuek, Wave
membalas kenapa dia harus memberitahu Pang.
“Berikan
tugasmu,” minta Pang sambil mengulurkan tangannya.
“Mau
tahu apa yang ku tulis?” balas Wave sambil menunjukan kertas tugasnya.
Dan
saat melihat itu, Pang tersenyum senang. “Aku juga tidak menjawab, tapi buatku
potensi membuat kita special, lebih dari orang lain. Dan itu tanggung jawab
kita. Jangan disia- siakan. Melakukan bagian kita untuk mereka yang tidak bisa.
Membantu mereka yang tidak bisa. Berjuang untuk mereka yang tidak bisa,” jelas
Pang.
Guru
Pom memberitahukan jawabannya, baginya menjadi orang Berbakat bukan cuma
melihat apa yang membuatnya special, tapi juga apa yang membuat orang lain
special. Mereka harus mendukung keistimewaan orang lain.
“Salah.
Kertas kosong ini adalah bukti bahwa muridmu tidak memahami nya. Aku paham
keinginan mu mendukung anak- anak untuk mencari jalan sendiri. Tapi jika itu
tidak membantu mereka bisa menjawab pertanyaan sederhana ini, artinya kamu
gagal,” jelas Direktur dengan tegas. Dan Guru Pom menundukan kepalanya.
“Bagiku,
itu bukan berarti kita wajib melakukan apapun. Tidak ada orang dewasa yang bisa
memberitahu siapa kita, mendikte kita, membatasi kita menulis satu halaman,
padahal banyak yang mau kita katakan. Aku ikut. Aku mau menjatuhkan Direktur,”
jelas Wave sambil meremukan kertas jawabannya, lalu dia membuang kertas itu.
“Mereka
pikir bisa melakukan dan menjadi apapun. Tapi didunia ini, ada banyak yang
tidak mereka ketahui. Keraguanmu membuat mereka kehilangan arah. Kamu harus
berhenti merasa ragu. Dan membawa mereka ke jalan yang benar,” jelas Direktur
pada Guru Pom.
“Membuat
jalan baru yang lebih baik dengan kemampuan kita yang superior. Perbaiki hal-
hal yang buruk…” kata Pang.
“Orang-
orang superior mencapai puncak dan mendorong maju semuanya. Percaya pada jalan
yang sama dan bertekad melakukan hal yang sama. Itulah arti dari menjadi siswa
Berbakat…” kata Direktur.
“Itulah
arti dari menjadi siswa Berbakat,” kata Pang sambil mengulurkan tangannya yang
dikepal. Dan Wave balas mengepalkan tangannya kearah Pang, tanda dia setuju
dengan Pang.
Tags:
The Gifted