Network : GMM One
Tengah
malam. Didalam ruang konferensi. Setengah jam sebelum waktu yang dijanjikan,
Wave serta Pang datang duluan. Wave menjelaskan bahwa mereka belum mengetahui
siapa yang mengirim pesan itu, jadi mereka harus lebih berhati- hati. Juga menurutnya,
orang yang menghilangkan ingatan setiap murid adalah Bu Ladda.
“Kenapa?”
tanya Pang, tidak paham.
“Waktu
menyelinap ke kantor admin. Aku lihat data bahwa Bu Ladda yang bertanggung
jawab atas semua pelanggaran di sekolah. Kurasa Direktur yang menyuruh Bu Ladda
mengurus segalanya,” jelas Wave. Tapi dia juga masih tidak yakin.
Karena
Pang hanya terus berdiam diri di tempat, Wave menyuruhnya untuk segera mencari
tempat bersembunyi, karena takutnya ada jebakan untuk mereka. Lalu Wave mulai
berkeliling untuk mencari tempat sembunyi yang pas, tapi tanpa sengaja dia
malah kejatuhan sesuatu.
“Mungkin
ini jebakan,” kata Pang, menyindir sambil membantu Wave berdiri.
“Nggak
lucu, brengsek,” balas Wave.
“Sebaiknya,
obati lukamu. Jangan sampai infeksi. Biar aku yang urus,” jelas Pang, saat
mengetahui bahwa yang jatuh mengenai Wave tadi adalah kursi berpaku.
“Oke,
jangan buat kesalahan,” balas Wave. Lalu dia pergi.
Pang
melihat jam di tangannya. Dan tepat di saat itu, dia mendengar suara langkah
kaki seseorang, jadi dengan cepat dia pun langsung bersembunyi. Ternyata orang
yang datang ke ruangan itu adalah Bu Ladda.
Setelah
agak lama, karena tidak mendengar apapun lagi, maka Pang pun keluar dari
persembunyian nya. Lalu dia melihat sebuah map merah di letakan diatas meja. Dan
dia pun membuka map tersebut.
Pang
mengejar Bu Ladda sampai ke tempat parkir. Disana dia menanyakan, apa maksud
map merah ini. Dan Bu Ladda pun menjawab bahwa itu adalah jawaban yang mereka
cari.
Flash back. Saat
Wave sedang bertelponan dengan Pang di dalam ruangannya, Bu Ladda mendengarkan
semua pembicaraan itu, tapi dia diam dan tidak masuk ke dalam ruangan. Lalu
ketika ada guru yang datang, Bu Ladda menghalanginnya dengan menanyakan apa
mereka ada rapat nantinya. Flash back
End.
“Kenapa
Ibu membantu kami? Kenapa Ibu memberikan folder ini?” tanya Pang, tidak
mengerti.
“Tidak
kenapa- napa. Dulu aku menyimpannya sebagai Administrator Sekolah. Dan karena
aku akan pergi, itu sudah tidak ada artinya bagiku. Sudah kamu baca?” balas Bu
Ladda.
Pang
masih curiga, dia menanyakan apa Bu Ladda adalah salah satu dari mereka. Dan jawaban
Bu Ladda sedikit mengejutkan Pang, karena ternyata Bu Ladda hanyalah seorang
manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan, tapi dia kebetulan mengetahui
segalanya.
“Terima
kasih,” kata Pang.
“Tidak
usah. Aku bukan lagi bagian dari ini. Jujur saja, aku tidak tahu apa yang kamu
rencana kan. Tapi kurasa kamu tidak akan berhasil melakukannya, apapun itu. Apa
kamu pikir, kalian bisa menjatuhkan sistem yang didirikan selama sepuluh tahun?
Berhentilah. Masih belum terlambat,” kata Bu Ladda mengingatkan Pang.
Di
UKS. Wave mengobati bagian perutnya yang sedikit tergores. Lalu saat Pang
menelponnya, dia menanyakan apa Pang berhasil mendapatkan folder itu.
Pang
berjalan dengan terburu- buru ke arah kamarnya. Dia menjelaskan kepada Wave
bahwa kini mereka telah berhasil mendapatkan bukti yang cukup untuk menjatuhkan
Direktur dan mengubah sekolah.
Tepat
saat Pang masuk ke dalam kamarnya. Dia melihat Guru Pom telah menunggu di dalam
kamarnya. Dan karena itu, maka Pang pun mematikan sambungan telpon dengan Wave.
Guru
Pom dengan serius menanyakan apa yang sedang Pang lakukan. Dan Pang pun menjelaskan
segala yang diketahuinya, dia mengatakan bahwa sekolah menyembunyikan banyak
hal buruk dan menghapus ingatan siapa pun yang mencoba untuk membongkarnya,
makanya tidak seorang pun tahu.
“Jadi
kamu tahu apa yang bisa ku lakukan?” tanya Guru Pom.
“Apa
maksud nya?” balas Pang, tidak mengerti.
“Direktur
benar. Aku terlalu baik pada kalian. Ini peringatan terakhir. Jangan ikut campur
masalah ini. Berikan foldernya,” tegas Guru Pom sambil mengulurkan tangan. Metronome
diatas meja berbunyi. Tik… tik… tik…
Pang
mengulurkan tangannya untuk menyerahkan map tersebut, tapi sebelum Guru Pom
sempat menyentuh map tersebut, Pang langsung menarik map tersebut dan mencoba
untuk memegang tangan Guru Pom.
“Tidak!!”
teriak Pang. Dan Guru Pom menjentikan jarinya.
Wave
mengocang bahu Pang dan terus memanggil nama Pang, dia berusaha untuk
menyadarkan Pang yang hanya berdiri diam di depan pintu. “Kamu sadar, tidak?
Pang! Bisa dengar aku? Pang! Pang! Pang!” kata Wave terus- menerus.
Tampak
semua data yang telah mereka berdua
kumpulkan, menghilang.
Tags:
The Gifted