Sinopsis Lakorn : Happy Birthday Episode 12


Sinopsis Lakorn : Happy Birthday Episode 12
Images by : GMM Tv
Tharnnam merasuki tubuh Tonmai dan memanggil Chet dengan panggilan “Ayah.” Chet sangat terkejut melihat sosok Tharnnam. Tharnnam duduk di sampingnya dan menggenggam tangan Chet. Dia meminta Chet berhenti menyalahkan diri sendiri dan dia juga meminta maaf tidak pernah memanggil Chet dengan panggilan “Ayah.” Tapi, setelah meninggal, dia selalu memanggil Chet dengan panggilan “Ayah” setiap kali Chet masuk ke dalam kamar. Chet menangis mendengarnya.

Chet memeluk Tharnnam dengan penuh kerinduan. Dia terus meminta maaf atas segalanya. Tharnnam kemudian meminta ayah untuk memeluk dan mencintai Tonmai sama seperti mencintainya . Dia meminta Chet untuk berjanji padanya, jika dia pergi, Chet akan berhenti menyalahkan diri sendiri.
Chet kaget dan bertanya, mau kemana Tharnnam pergi.
Episode 12 – Tolong Jangan Pergi Dulu
Wan pergi ke rumah lamanya dan minum-minum seperti dulu sambil menatap bintang. Dan ternyata, Orn menyusulnya. Walau canggung, mereka mulai berbincang, membicarakan perasaan mereka sebagai seorang Ibu.
“Aku minta maaf, Wan.”
“Kau tidak perlu minta maaf. Aku tahu kau melakukan yang terbaik.”
“Tapi itu tidak cukup. Kau ingat hari itu ketika kau menyumpahiku dan berharap keluargaku akan hancur. Aku benar-benar takut dengan sumpah itu. Aku berusaha sangat keras mempertahankan keluargaku tapi akhirnya…,” Orn berusaha menahan tangisnya.
“Kau tidak perlu takut dengan hal itu. Kau sudah punya keluarga yang bahagi. Kau punya suami yang mencintaimu. Kau punya putra yang menyanyangimu. Antara aku dan Chet, kami hanya tidur bersama. Saat itu, aku sangat marah dan membencinya karena memintaku aborsi. Aku tahu dengan baik kalau dia tidak pernah mencintaiku. Dia hanya mencintaimu, Orn. Aku kira bayi di perutku dapat merubah hatinya dan dia akan memilih mencintaiku. Percuma, dia tidak pernah mencintaiku. Ketika aku menyumpahimu, itu semakin jelas, tidak ada yang bisa menghancurkan keluargamu, Orn.”
“Hidup terkadang seolah bercanda dengan kita. Kau dan aku saling membenci satu sama lain. Tapi, kita tidak bisa saling menghindari. Saat aku hamil, putrimu sangat antusias karena akan punya adik. Anakku, nama kecilnya adalah Tonmai, itu adalah pemberian putrimu. Tapi, aku tidak bisa berhenti bertanya, kenapa Tharnnam harus bunuh diri dan kenapa dia tidak menunggu untuk melihat adiknya?”
“Apa maksudmu?”
“Putrimu meninggal di hari yang sama saat putraku lahir. Jadi, dia tidak pernah merayakan ulang tahunnya. P’Chet melarang semua untuk membicarakannya, dan membiarkannya ulang tahun sendirian. Meskipun hanya ada 3 orang di dalam keluarga kami, tapi jauh di dalam hatiku, aku tidak bisa membantah kalau di dalam keluarga ini, putrimu juga adalah anggota keluarga. Wan, aku ingin bilang, tidak ada yang pernah melupakan Tharnnam. Dan apa yang Chet lakukan adalah karena dia sangat mencintai Tharnnam. Aku ingin kau dapat mengerti kalau kau semua juga menderita karena hal ini.”
“Aku sudah tidak punya kekuatan untuk marah pada siapapun. Apapun alasannya bunuh diri, itu adalah karena aku. Chet benar. Tidak ada seorang ibu yang akan meninggalkan anaknya.”
“Tapi, aku tidak ingin kau menyerah.”
“Aku sudah memutuskan. Aku kembali untuk membawa putriku. Apapun yang terjadi, meskipun yang tersisa hanyalah abunya, aku harus membawanya.”
--

Orn pulang dan Chet sudah menunggu di dalam kamar. Orn langsung memberitahu kalau dia pergi menemui Wan. Dia berusaha membujuk Chet untuk memberikan abu Tharnnam. Tapi, Chet menolak, Tharnnam masih ada bersama dengan mereka. Tonmai tidak berbohong. Tharnnam adalah Tonmai. Chet menjelaskan sama seperti perkataan Tonmai dan Tee. Tapi, Orn masih sulit mempercayai hal itu. Dia meminta Chet untuk dapat sadar.
Tapi, Chet berkeras. Orn balik keras, bertanya, kalau Tharnnam masih ada, kenapa dia masih ada di sini? Ini sudah lebih dari 10 tahun, tapi kenapa Tharnnam masih ada di sekitar mereka? Chet tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Orn meminta Chet untuk berusaha ikhlas dan merelakan kepergian Tharnnam.
Chet menduga kalau Tharnnam masih ada di sekitar mereka karena abunya ada di rumah, dan karena itu dia menolak untuk memberikan abu Tharnnam pada Wan. Tidak bisa! Orn kehilangan kata-kata dan tidak tahu hraus bagaimana.
Orn memilih keluar kamar, tapi begitu membuka pintu, dia melihat Tonmai telah berdiri di depan pintu. Orn terus beranjak keluar. Tharnnam merasa kalau ini adalah waktunya bagi mereka untuk biara pada Orn.
Tonmai keluar dan duduk di samping ibunya. Dia bertanya mengenai bintang di langit kamarnya, itu adalah Orn yang belikan untuk P’Tharnnam kan?
Orn menangis karena Tonmai tahu hal itu, berarti ada kemungkinan benar Tharnnam ada di sekitar Tonmai.
“Aku tahu kalau Tharnnam tidak bisa tidur nyenyak. Jadi, aku ingin dia melihat bintang seperti yang dia miliki di kamar lamanya bersama ibunya. Itu mungkin bisa membantunya untuk tidur nyenyak. Aku bilang padanya, beberapa bintang mungkin tidak bersinar terlalau terang hingga sulit di temukan. Tapi, Tharnnam harus berusaha menemukannya, itu mungkin adalah bintang ibunya.”
Tonmai kemudian memberitahu kalau Tharnnam meminta maaf karena sudah mencuri uang Orn untuk membeli hadiah untuk Tee. Dia juga minta maaf karena mencuri hari ulang tahunnya menjadi hari kematiannya.
“Apa Tharnnam benar-benar rmasih ada? Apa dia di sini sekarang? Dapatkan kau tanya padanya… kenapa dia tidak berusaha dan kenapa dia tidak tetap bertahan utnuk melihatmu? Kenapa dia memberi dan mengambil seperti ini? Benar, aku marah padanya karena mencuri uangku. Tapi, aku tidak pernah menganggapnya sebagai orang lain. Jika kau masih ada di sini, keluar dan bicara langsung padaku. Jangan biarkan Tonmai menjadi penyampai pesan karena ini antara kita berdua.”
Tharnnam memberikan tangannya untuk Tonmai genggam. Tonmai menyambutnya. Tapi, belum sempat mereka bergenggama tangan, Orn sudah beranjak pergi kembali ke kamar dan menyuruh Tonmai juga untuk masuk.
--
Pana masih ada di lapangan sekolah dan memainkan bola basket. Dia teringat masa lalu saat membawa Tee ke pemakaman Tharnnam. Dan saat Chet memberikan kertas tulisan Tharnnam : Aku tidak bisa menunggumu lagi.
Tee datang ke sana menemui Pana. Dia sudah hafal kalau Pana punya masalah pasti akan bermain basket. Tee meminta maaf pada Pana. Mereka mulai berbincang baik-baik. Tee memberitahu perasaannya kalau dia merasa bersalah pada dirinya sendiri karena selama ini tidak menyadari perasaan Pana sebenarnya. Pana tidak mermpermasalahkan hal tersebut.
Tapi, Pana sudah memutuskan kalau mulai dari sekarang, dia akan melindungi Tonmai. Dan jika Tee membuat masalah untuk Tonmai berarti Tee mencari masalah dengannya. Tee mengerti maksud Pana. Dia berusaha menjelaskan segalanya. Dia merasa kalau yang Pana lakukan untuk melindungi Tonmai, karena Pana merasa bersalah tidak bisa melindungi Tharnnam di masa lalu. Itu artinya, Pana belum bisa memaafkan diri sendiri.

Pana emosi mendengarnya. Dia hampir menghajar Tee. Tee meminta Pana untuk menerima kalau Tharnnam sudah tiada dan berhenti melukai Tharnnam dengan tidak ikhlas atas kepergiannya.
--
Tee pulang ke rumah. Dan Look sudah ada di depan rumahnya. Dia bisa menebak kalau Look hendak membicarakan mengenai Pana. Look mengira kalau Tee marah pada Pana. Tee menegaskan kalau perkiraan Look sudah salah. Dia tidak pernah marah pada Pana, dia hanya merasa bersalah karena tidak menyadari perasaan Pana. Pana harus menahan perasaannya selama ini karenanya. Dia juga sudah bicara pada Pana tadi.
“Dia bilang… tidak akan pernah ikut dalam masalahku lagi. Tapi, aku tidak marah. Aku bisa mengerti apa yang di rasakannya saat ini. Perasaan Pana saat ini sama sepertiku dulu. Dia berusaha melakukan segalanya untuk memperbaiki masa lalu. Dia tidak peduli dengan perkataan orang lain. Aku rasa ini saatnya aku berdiri di pihaknya juga. Kau jangan khawatir, dia temanku satu-satunya. Aku tidak mau kehilangannya.”
“Kau tahu, kau sudah berubah sangat banyak.”
Look kemudian membahas hal lain. Apa Tee mau seperti ini terus selamanya mengenai Tonmai dan Tharnnam? Bagaimana jika suatu hari hal yang tidak ingin terjadi, bagaimana Tee akan mengatasinya? Untuk beberapa masalah, kau harus belajar untuk menerimanya.
Tee mengerti nasihat Look dan berterimakasih atas nasihat tersebut.
--
Esok hari,
Tharnnam menatap tempelan bintang di langit – langit kamar. Tonmai baru selesai berberes untuk berangkat sekolah. Dan Tharnnam mengingatkannya untuk tidak lupa sarapan.
Tonmai sarapan bersama kedua orang tuanya. Chet untuk pertama kalinya menyuruh Tonmai untuk sarapan yang banyak karena hal itu penting. Chet bahkan menawarkan untuk mengantar Tonmai ke sekolah. Tharnnam tersenyum dengan perubahan ayahnya.
Saat mereka selesai sarapan, Wan kembali datang. Wan kembali meminta abu Tharnnam dan memohon. Wan juga menangis dan meminta maaf karena meninggalkan Tharnnam dan membuat Tharnnam memilih untuk bunuh diri. Dia mengakui kesalahannya dan memohon di berikan abu Tharnnam. Chet tetap berkeras hati. Wan berlutut dan memohon.
Tharnnam sedih melihat ibunya sampai seperti itu. Orn dan Tonmai merasa kasihan padanya.
“Aku tidak bisa kehilangan Tharnnam lagi. Keluar!”
“Aku tidak akan pergi hingga mendapatkan putriku kembali.”
Chet mengabaikannya dan memilih masuk ke dalam kamarnya. Orn menenangkan Wan.

Tonmai memberikan tangannya untuk di genggam oleh Tharnnam agar bisa merasukinya dan berkomunikasi dengan ibunya. Tharnnam menatap tangan Tonmai. Tetapi, dia memilih untuk tidak merasuki Tonmai. Tonmai jelas terkejut dengan pilihan Tharnnam. Tharnnam hanya menangis melihat ibunya.
--
Tonmai berangkat sekolah seorang diri. Dia masih heran dengan pilihan Tharnnam yang tidak merasukinya padahal dia tahu kalau Tharnnam sangat ingin menemui Wan.
Tonmai datang ke sekolah terlambat, saat pelajaran sudah usai. Gurunya jelas memarahinya karena berkelakuan buruk akhir-akhir ini dan menasehatinya untuk lebih memperhatikan sekolah. Tonmai mengerti.
Noina langsung keluar menyambut Tonmai. Dia mulai menanyai ini itu pada Tonmai yang sulit dihubungi akhir-akhir ini. Dan dia malah menebak kalau Tonmai kencan dengan Tee. Dia terus menggoda Tonmai, walau Tonmai sudah bilang tidak. Dia malah meminta Tonmai jujur kalau suka pada pria. Tonmai emosi dan mengibaskan tangan Noina darinya. Noina terkejut.
“Kau pasti senang mengejekku kan? Aku tidak suka pria. Kau dengar? Alasan aku tidak punya pacar sampai sekarang adalah karena aku menyukaimu, Noina,” tegas Tonmai.
Tonmai memilih untuk pergi (bolos sekolah lagi). Noina menahan tangan Tonmai untuk tidak pergi, tapi Tonmai tanpa sengaja mengibaskan tangannya terlalu kuat hingga membuat Noina terjatuh. Tonmai shock. Tapi, Top ternyata melihat hal itu dan segera membantu Noina berdiri.
Top kemudian memarahi Tonmai dan mengatainya pengecut. Noina berusaha melerai. Tonmai meminta maaf pada Noina, dan jika Noina tidak mau berteman dengannya, dia tidak masalah.
Tonmai pergi ke ruang bekas lab. Dia menyesal telah mengakui perasaannya pada Noina dan membuat Noina terjatuh tadi. Dia merasa sangat bersalah.
Sementara itu, Top memeriksa Noina. Setelah itu, dia mulai menjelek-jelekan Tonmai. Noina tidak suka mendengarnya dan mengatakan kalau itu salahnya bukan salah Tonmai. Dia meminta Top berhenti bicara buruk mengenai Tonmai. Top malah terus bicara.
Karena tidak tahan lagi, Noina meninju muka Top agar berhenti bicara. Semua jelas kaget termasuk Top. Noina berteriak menyuruh Top untuk berhenti dan hal itu terdengar oleh guru.

Chompoo datang ke sekolah dengan panik. Dan Pana menjelaskan pada Chompu kalau Noina terkena kasus kekerasan. Chompu jelas khawatir mengira Noina di pukuli. Pana menjelaskan lebih lanjut kalau Noina lah yang memukul, dan yang di pukul adalah Top. Untuk hukumannya, Noina hanya mendapat peringatan karena Top tidak ingin memperpanjang masalah dan karena Noina belum pernah membuat masalah sebelumnya.
Chompu meminta Noina untuk kembali belajar dan dia akan menunggu. Mereka akan pulang bersama.
Setelah Noina pergi, Chompu curhat pada Pana, kalau waktu Noina mulai bersekolah, dia paling takut di panggil ke ruang BK. Dia takut kalau Noina akan seperti dirinya, karena dulu dia sering keluar masuk ruang BK. Dan sekarang, Noina akhirnya masuk juga ke ruang BK. Pana mengajak Chompu untuk berjalan-jalan, karena kebetulan dia juga tidak ada jam mengajar.
--

Wan masih menunggu di depan rumah Chet. Tharnnam melihatnya dari balik pagar dengan sedih. Wan kemudian menerima telepon dari putranya, dia berjanji pada putranya akan membawa P’Tharnnam pulang dan berjumpa dengannya. Tharnnam kaget mengetahui kalau ibunya telah punya anak, dan itu artinya dia punya adik.
Pak Tai lewat dan melihat Wan duduk di depan rumah Chet sambil menangis terisak. Dia akan menemani Wan di depan sana hingga hati Chet mencair.
--

Tee sedang duduk di pinggir danau dan berjumpa dengan Tonmai. Dia tentu heran melihat Tonmai bolos. Tee tahu kalau Tonmai sedang punya masalah. Dan Tonmai langsung penasaran mengenai hubungan Tharnnam dan Wan dulu. Dia bingung kenapa Tharnnam tidak mau menemui Wan.
“Tonmai, pernah kau bertanya-tanya kenapa Tharnnam masih berkeliaran? Kenapa hanya kau yang bisa berkomunikasi dengannya? Dan kenapa kau bertemu denganku? Tapi pertanyaan-pertanyaan itu tidak penting selama Tharnnam masih bersama dengan kita.”
--

Tonmai pulang ke rumah dan tentu merasa kasihan karena ibu Tharnnam masih menunggu di depan sana. Dia memberikan salam pada Wan dan pak Tai. Usai itu, dia pamit masuk ke dalam.
Di dalam, Tonmai langsung marah pada Tharnnam karena Tharnnam tidak mau menemui ibunya. Dia merasa kalau Tharnnam terlalu kejam pada Wan.


“Ketika aku berjalan masuk ke dalam air malam itu, air itu sangat nyaman dan hangat. Aku hanya ingin menghilang di dalam air. Tanpaku… aku kira semua orang akan bahagia. Air itu dapat membuatku bebas. Jadi, aku tidak ragu menengggelamkan diriku ke dalamnya sedalam yang ku bisa. Lalu, di suatu titik, aku teringat kembali… bahwa ada seseorang yang sangat ku cintai di hidup ini, yang sudah berjanji, dia akan kembali untukku.”

Tharnnam… tharnnam, sayang… panggil suara Wan. Aku berjanji akan kembali untukmu suatu hari nanti. Tunggu aku. Tunggu aku. Aku janji akan menjemputmu suatu hari nanti. Tunggu aku. Tunggu aku. Tharnnam berusaha kembali naik ke permukaan, tapi percuma, tubuhnya sudah tenggelam terlalu jauh.
“Bukankah kau selalu ingin tahu… kenapa aku masih di sini? Aku di sini karena aku menanti ibu ku kembali. Aku benar-benar merindukannya. Aku ingin dia tahu… kalau aku masih menunggunya. Jika aku bertemu ibuku, apa kau akan baik-baik saja untuk tidak melihatku lagi?”
“Aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi!”
Bersambung

Post a Comment

Previous Post Next Post