Sinopsis Lakorn : Khun Chai Puttipat Episode 8 - part 1




Khun Chai Puttipat (2013) Episode 8 - Part 1
Network : Channel 3

Diluar gedung. Chai Pat menjelaskan kepada Keaw bahwa hanya inilah satu- satu nya cara untuk dapat melindungin mereka berdua dari General Pinit, yaitu dengan menikah, karena General Pinit tidak akan berani untuk menyentuh Istri orang lain. Tapi Keaw tidak setuju, karena pernikahan bukanlah candaan.

“Kamu tidak mau?” tanya Chai Pat.

“Ya. Aku tidak mau,” jawab Keaw dengan yakin.



“Tidak apa. Kamu tanda tangan saja sebagai pelindung untuk melindungin mu dari General Pinit. Ketika krisis kita ini berakhir, kita akan bercerai. Aku akan merahasia kan nya. Jangan khawatir bahwa seseorang akan mengetahui tentang pernikahan ini,” balas Chai Pat.

“Tapi kamu akan kehilangan reputasi mu,” kata Keaw, merasa cemas pada Chai Pat.


Chai Pat berusaha untuk menyakinkan Keaw. Dia menjelaskan bahwa jika suatu saat reputasinya rusak, itu adalah karena perbuatannya sendiri. Dan mengenai Nenek nya, dia sudah cukup dewasa untuk menikah, dia sudah punya pekerjaan yang mapan, dia tidak meminta uang dari siapapun, jadi Nenek tidak bisa memarahi nya. Tapi Keaw masih saja merasa ragu.

“Apa aku tidak cukup bagus untuk menanda tanganin kertas pernikahan denganmu?” tanya Chai Pat, karena Keaw masih saja ragu padanya.

“Bukan begitu, Khun Chai,” balas Keaw.

“Kemudian tanda tanganin saja. Percayai aku. Orang seperti General Pinit, tidak akan mau menyentuh Istri orang lain. Ini adalah senjata rahasia ku,” jelas Chai Pat.



Didalam gedung. Chai Pat menanda tanganin buku pernikahan. Tapi Keaw yang masih ragu hanya diam saja. Dan menyadari hal itu, Chai Pat memegang tangan Keaw. “Keaw. Percayai aku. Aku akan melakukan yang terbaik untuk melindunginmu,” kata Chai Pat. Dan akhirnya, Keaw pun mau menanda tanganin buku pernikahan itu juga.



“Sekarang, M.R. Puttipat Jutathep and Miss Krongkeaw Boonmi, kalian resmi menjadi Suami dan Istri secara hukum. Selamat!” kata si Petugas. Lalu dia menyerahkan kertas sertifikat pernikahan kepada mereka berdua. Sebagai tanda pernikahan mereka telah terdaftar secara hukum.



Chai Pat membawa Keaw ke sebuah taman yang sepi. Disana Chai Pat menjelaskan bahwa dia ingin memberikan hadiah kepada Keaw, karena ini adalah hari yang penting, hari dimana mereka menikah. Dan dengan sedikit kebingungan, Keaw mengatakan bahwa ini hanyalah sebuah pernikahan bohongan saja.



“Pernikahan bohongan? Kita telah melakukan segalanya menurut hukum,” kata Chai Pat sambil tersenyum. Kemudian dia melepaskan kalung yang dipakainya selama ini. Dan memberikan itu kepada Keaw.

“Tolong ambil kalung ini sebagai pengikat pernikahan kita,” jelas Chai Pat.

“Apa?”



Chai Pat menjelaskan bahwa dia tidak memiliki cukup waktu untuk membelikan sebuah cincin pernikahan bagi Keaw. Jadi dia memberikan kalung paling berharga di dalam hidupnya ini kepada Keaw. Itu adalah sebuah kalung berliontin kan batu giok seperti nama Ibunya (Yok), kalung itu dipesan oleh Ibunya di Shanghai ketika dia berumur 1 bulang, dan saudaranya Chai Lek juga memiliki nya.

“Mengapa kamu memberikan hal seberharga ini kepadaku?” tanya Keaw, tidak mengerti.



“Untuk menunjukan kepada setiap orang bahwa kita sudah menikah dan mendaftarkannya. Kamu harus mengenakan ini. Jika tidak orang akan salah paham dan mengira pernikahan kita adalah palsu,” jelas Chai Pat.

Keaw merasa sedikit ragu untuk menerima kalung tersebut. Dan Chai Pat pun menjelaskan alasan sebenarnya memberikan kalung itu. Alasannya adalah karena dia ingin setiap Keaw melihat kalung itu, maka Keaw akan mengingat bahwa dia akan selalu memperhatikan Keaw. Lalu Chai Pat memakai kan kalung itu di leher Keaw.


Setelah selesai memasangkan kalung tersebut, Chai Pat tersenyum memadangin Keaw. Dan Keaw pun balas tersenyum, namun tiba- tiba saja dia tampak sedih. “Kemudian ketika kita bercerai. Aku akan mengembalikan nya padamu,” kata Keaw dengan pelan.



Malam hari. Chai Pat dan Keaw tiba di Istana Jutathep. Sebelum masuk ke dalam, Chai Pat menjelaskan bahwa dia ingin agar Keaw bertemu dengan orang yang sangat kuat menentang Keaw, tapi orang ini juga merupakan orang yang akan sangat kuat melindungin Keaw.

“Maksud mu…” kata Keaw seperti mengerti.



Didalam rumah. Chai Pat serta Keaw berlutut dengan wajah sampai ke lantai memberikan hormat kepada Nenek Aiet serta Nenek Oon. Kemudian Chai Pat memperkenalkan Keaw kepada mereka berdua.

“Mengapa kamu membawa dia ke sini?” tanya Nenek Oon.



“Untuk bersandar pada Nenek, orang yang bisa melindungin Keaw. Seseorang akan memberitahu mu bahwa Keaw bukan orang yang baik, menjadi selir, atau memasuki kontes karena mau menjual dirinya, itu semua tidak benar. Keaw melarikan diri dari penculikan, penipuan, dan banyak hal kotor sendirian,” jelas Chai Pat kepada mereka berdua.

Dengan sikap tidak baik, Nenek Oon mengatakan bahwa seharusnya Keaw bahagia, karena Keaw bisa berkesempatan mendapakan sponsor dan memiliki hidup yang baik. Disaat Keaw hanyalah seorang gadis miskin, tidak berpendidikan, dan tidak memiliki latar keluarga.



“Bagaimana aku bisa bahagia? Aku adalah manusia. Aku punya kebanggaan, bakat, dan harga diri. Bahkan jika aku tidak memiliki apapun seperti yang kamu katakan, aku ingin berjuang dengan segenap kemampuan ku. Tapi aku tidak ingin menjual diriku sendiri,” jelas Keaw.

Nenek Aiet memuji perkataan bagus Keaw, lalu dia mempertanyakan apabila semua yang Keaw katakan itu benar, jadi mengapa Keaw berani untuk pergi dan tinggal diluar bersama dengan cucunya, Chai Pat.



“Nenek. Bangkok begitu besar, tapi wanita ini tidak bisa bersandar pada siapapun. Setiap orang takut pada General Pinit. Hanya aku yang berani menolong dia,” jelas Chai Pat.

Nenek Oon mempertanyakan, apa karena Keaw tidak memiliki seseorang untuk bersandar, maka Keaw menempelin Chai Pat. Dan Chai Pat yang membalas, dia mengatakan bahwa jika Keaw tidak di perbolehkan tinggal di Hua-hin serta disini, maka apa dia harus membawa Keaw ke rumah penyimpanan atau membawa nya ke hotel.

“Chai Pat. Mengapa kamu menjadi keras kepala seperti ini?” hardik Nenek Aiet.




“Aku masih di dalam batas dan mempercayai moralitas. Maka nya aku membawa Keaw ke sini, karena aku ingin kamu mengajarinya. Aku tidak akan membiarkan Keaw tinggal di bangunan utama. Tapi aku akan memberikan Keaw kepada mu. Jadi kamu bisa mengawasi Keaw setiap waktu. Kamu akan melihat, jenis orang seperti apa Keaw, dengan mata kepala mu sendiri. Jika Keaw membuat mu marah, kamu boleh menegurnya. Keaw akan menanggung itu dan siap untuk melayanin mu. Bukankah ini ide yang bagus?” jelas Chai Pat, berusaha menyakinkan mereka berdua untuk menerima Keaw.

Tanpa bisa berkata apapun atau membalas, maka Nenek Oon serta Nenek Aiet pun terdiam.


Saat Chai Pat masuk ke dalam ruang baca. Chai Pee dan Chai Lek yang telah menunggu disana, mereka berdua memberikan tepuk tangan yang meriah untuk Chai Pat. Mereka berdua merasa senang, karena Chai Pat telah melakukan hal yang sangat keren, yaitu dari pria yang tidak memiliki hati menjadi pria yang siap melakukan apapun untuk orang yang dicintainya.



“Baiklah, baiklah. Terima kasih untuk solusi nya,” kata Chai Pat akhirnya menyerah, karena mereka berdua terus menggoda nya.

“Apa itu berarti... kami bisa memberikan selamat untukmu?” tanya Chai Pee.

“Selamat apa?” tanya Chai Pat, tidak mengerti.

“Kami akan memiliki kakak ipar yang baru,” jelas Chai Lek.


“Itu benar. Kalian tinggal bersama di Hua-hin selama beberapa hari, aku pikir...” tambah Chai Pee. Dan Chai Pat langsung menyela nya. “Belum.”

“Apa yang belum?” tanya Chai Lek dengan sengaja.

“Belum ya, belum. Itu mengapa aku bilang begitu. Kalian berhentilah berbicara omong kosong. Jadilah Gentleman,” kata Chai Pat dengan sikap sedikit salah tingkah. Dan karena mengerti arti sikap Chai Pat itu, maka Chai Lek dan Chai Pee pun saling tersenyum.



Diruang tamu. Melihat barang bawaan Keaw yang sangat sedikit, maka Nenek Oon pun bertanya, dan Keaw menjelaskan bahwa beberapa barang nya masih ada di rumah Katesara. Dan mengetahui hal itu, Nenek Oon pun menjadi agak heran.

“Sebelum ini, Khun Chai membawa ku ke rumah Khun Katesara untuk membantunya menjual dessert, tapi karena aku diculik saat acara pesta dansa, maka Khun Chai menolongku dan membawa ku…” jelas Keaw.

Dan Nenek Oon langsung menyela. “Baiklah. Baiklah. Aku malas mendengarkan opera sabun mu,” katanya, lalu dia mengeluhkan sikap Chai Pat yang telah melakukan hal konyol.



Nenek Oon menceritakan kepada Keaw mengenai semua pria Jutathep yang ntah kenapa tidak mau di jodohkan dengan wanita dewasa dari keluarga Taewaprom, dan karena kedua kakak Chai Pat telah menikah, maka kini seharusnya giliran Chai Pat.

“Sebenarnya, Chai Pat dan Marathee saling mencintai. Tapi dia tidak ingin dengan mudah mengikuti perintah orang tua. Itu mengapa dia mencari seseorang yang bisa digunakan sebagai alasan, dan kamu datang padanya diwaktu yang tepat. Dia menggunakan kamu sebagai alatnya. Jadi kamu jangan pernah berpikiran bahwa Chai Pat memiliki perasaan untuk wanita seperti mu,” kata Nenek Oon. Dan mendengar itu, Keaw tampak sedih.


Nenek Oon kelihatan lega melihat ekspresi sedih Keaw. Kemudian dia menanyakan kepada Somsri dan Jeaw tentang  kamar seperti apa yang mereka persiapkan untuk Keaw.



“Aku menyiapkan kamar diarea pelayan untuknya. Kamar Jad, wanita yang biasanya mencuci,” jelas Somsri.

“Bagus. Kamar Jad bagus untuknya,” balas Nenek Oon.

“Tapi aku dengar, Bibi Jad suka menarik orang jatuh dari atas tempat tidur saat tengah malam. Terkadang juga dia datang dengan berbau dupa,” jelas Jeaw dengan cemas. Ternyata itu karena Jad telah meninggal. Dan mendengar itu, Keaw sedikit terkejut.



Nenek Aiet datang menghampiri mereka, dan menanyakan kamar seperti apa yang mereka siapkan untuk Keaw. Dan ketika dia mengetahui bahwa kamar yang diberikan kepada Keaw adalah kamar Jad, maka Nenek Aiet pun langsung menegur mereka semua dan menyuruh mereka untuk menyiapkan kamar tamu kecil disebelah kamar Nenek Oon, karena Keaw adalah tamu Chai Pat dan tamu nya.



“Keaw jangan khawatir. Aku mengizinkan mu untuk tinggal disini. Jadi aku akan melindunginmu seperti yang Chai Pat percaya kan padaku,” kata Nenek Aiet dengan lembut kepada Keaw. Lalu dia meminta Somsri mengambilkan pakaian lamanya dan memberikan itu kepada Keaw.

Dengan sopan, Keaw menundukan kepalanya, sebagai sikap dia berterima kasih. Dan melihat itu, Nenek Aiet tersenyum. Sementara Nenek Oon cemberut.



Didalam kamar. Keaw merenung dengan sedih. Dia mengingat perkataan Nenek Oon yang mengatakan bahwa Chai Pat serta Marathee saling mencintai, dan dia hanyalah alat bagi Chai Pat.


Tiba- tiba saja disaat itu, Keaw mendengar suara piano. Dan karena itu, maka dia pun tersadar dari lamunannya. Lalu dia berjalan mendekati jendela untuk mendengarkan dengan lebih jelas musik piano yang dimainkan.


Diruangan piano. Chai Pat bermain piano sambil melirik ke arah kamar Keaw. Dan saat dia melihat Keaw, dia tersenyum senang. Sepertinya Chai Pat sengaja bermain piano agar Keaw mendengarkan itu.



Keesokan harinya. Rampa memberikan nasihat kepada Marathee untuk bersikap baik dan manis sebagai seorang perawat, dengan begitu maka Marathee pun bisa memenangkan hati Chai Pat pastinya. Tapi Marathee tidak mau menerima nasihat Rampa itu.

“Kamu ingin aku menggunakan kebaikan untuk melawan wanita yang melepaskan baju nya ketika dia melihat uang seperti Krongkeaw?!!”

“Karena dia melakukan itu, maka kamu harus menggunakan kebaikan mu untuk melawan nya, bukan melepaskan baju mu atau berpakaian seperti dia. Dia ratu kecantikan, tapi kamu hanyalah orang biasa. Jika kamu tidak bisa menggunakan tubuhmu untuk melawannya, maka kamu pasti akan kalah. Kamu perlu menggunakan kebaikanmu,” jelas Rampa.



Marathee sama sekali tidak mau mendengarkan saran dari Rampa. Dia mencengkram lengan Rampa dengan kasar dan menggocang nya, lalu mendorong Rampa hingga hampir saja terjatuh.

Untung nya, Taewaprom datang disaat yang tepat, sehingga ketika Rampa terdorong, dia tidak terjatuh ke lantai. Tapi sialnya, Rampa malah dimarahin oleh Taewaprom, karena Rampa telah membuat Marathee merasa tidak senang.



“Jangan khawatir. Aku akan pastikan Khun Chai Puttipat bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Para pria brengsek Jutathep itu! Jangan pernah berpikiran untuk merusak janji yang harus mereka jaga di dalam hidup mereka. Jika tidak, aku akan membunuh mereka!!” kata Taewaprom dengan marah.


“Terima kasih, Ayah,” kata Marathee sambil memeluk Taewaprom. Dan melihat itu, Rampa tampak sangat malas sekali.

Post a Comment

Previous Post Next Post