Sinopsis Lakorn : Khun Chai Puttipat Episode 9 - part 5



Khun Chai Puttipat (2013) Episode 9 - Part 5
Network : Channel 3

Kiti memetik banyak buah, dan dia memberitahukan kepada Keaw bahwa buah ini sangat manis sekali. Lalu Keaw pun ingin membantu Kiti untuk mengupaskan beberapa buah. Tapi Kiti langsung menolak dan mengatakan bahwa dia tidak ingin memakan ini sendirian, melainkan dia ingin memberikan ini kepada Chai Pat.

“Setelah dia selesai mengoperasi aku. Aku masih belum mengucapkan terima kasih kepada dia. Aku bahkan tidak memberitahu dia, ketika aku keluar,” kata Kiti.

“Ayah. Orang seperti Khun Chai, dia memiliki banyak makanan enak di tempat nya. Jadi kita tidak perlu memberikan buah murah seperti ini padanya,” balas Keaw.



Kiti tetap ingin memberikan semua itu kepada Chai Pat, dia mengatakan bahwa jika Chai Pat akan memberikannya kepada orang lain nanti, dia tidak masalah. Dan Keaw menjawab terserah, lalu dia lanjut membuat garland yang akan dijual.

Dengan heran, Kiti bertanya ada apa dengan Keaw, karena semenjak mereka pulang, Keaw tampak seperti tidak mau membicarakan tentang Chai Pat dan tidak mau bertemu dengannya. Dan Keaw menjawab tidak ada.



“Keaw. Aku mengenal mu sangat baik. Ada apa?” tanya Kiti.

“Lupakanlah, pa,” balas Keaw.

“Keaw.”

“Khun Chai tidak mempercayai aku. Tentang ketika aku diculik oleh General Pinit itu.”

Kiti mengingatkan bahwa bagaimana pun Chai Pat telah menolong Keaw, jadi tentang hal seperti itu, tidak seharusnya Keaw terlalu marah. Lalu dia menasehati Keaw bahwa manusia tidak akan hidup terlalu lama, jadi jika ada sesuatu yang membuat kita marah, maka reda kan lah dan itu akan membuat kita bahagia, sebelum semua nya terlambat.

Dan mendengar nasihat itu, Keaw diam merenungkannya.



Guru Boot datang dan memberitahu kan kepada Keaw mengenai kabar terbaru yang didengarnya di radio. Yaitu berita mengenai seorang pencuri yang menembak Chai Pat dirumah sakit, dan saat ini keadaan Chai Pat sedang sangat kritis, tidak ada yang tahu apa dia mati atau hidup. Mendengar itu, Keaw merasa sangat terkejut.



Diruang operasi. Yodsawin mengatakan bahwa dia merasa sangat terhormat, karena bisa mengoperasi dokter terbaik seperti Chai Pat. Dan dengan lemah, Chai Pat mengatakan bahwa dia mempercayai Yodsawin, karena Yodsawin juga adalah dokter terbaik. Lalu operasi pun dimulai.



Keaw datang ke rumah sakit dengan terburu- buru. Kemudian sesampainya disana dan bertemu dengan Piangporn, maka Keaw pun langsung menanyai bagaimana keadaan Chai Pat. Dan sambil tersenyum, Piangporn menjelaskan bahwa Chai Pat berhasil diselamatkan oleh Yodsawin, jadi Keaw bisa tenang.



“Apa kamu bahagia atau sedih, setelah tahu bahwa aku yang mengoperasi nya?” tanya Yodsawin sambil tersenyum. Lalu dia memberitahukan kalau sekarang Chai Pat sedang beristirahat.

“Bisakah kamu tolong membawa ku ke Khun Chai?” tanya Keaw. Dan Piangporn langsung menunjukan kamar dimana Chai Pat berada.


Melihat itu, Yodsawin tampak sedikit sedih, karena Keaw seperti tidak mempedulikan keberadaaannya. Tapi dia membiarkan Keaw pergi mengikuti Piangporn.



Didalam kamar rawat. Setelah agak lama, Chai Pat akhirnya terbangun. Dan ketika dia melihat wajah Keaw berada didekatnya, dia bertanya, apa ini mimpi atau kenyataan. Dan sambil tersenyum Keaw langsung menjawab bahwa ini adalah kenyataan.


“Ingin air?” tanya Keaw. Dan Chai Pat mengangguk pelan. Lalu Keaw pun mengambilkan segelas air minum dan membantu Chai Pat untuk meminumnya.



Sambil memegang tangan Keaw. Chai Pat meminta agar Keaw tidak perlu melakukan apapun, jangan kemanapun lagi, jangan melarikan diri, dan tetap berada didekatnya. Segera ketika dia tertidur, maka Keaw bisa tidur juga, dan dia berjanji tidak akan mengganggu Keaw sampai pagi datang. Dan mendengar itu, Keaw tersenyum.



“Dokter bisa menjadi seorang pasien. Mereka juga membutuhkan seseorang untuk menjaganya. Sekarang, aku sangat lemah. Kamu harus menjaga ku dengan baik. Jika tidak, aku mungkin akan terkena demam, dan infeksi atau komplikasi,” jelas Chai Pat.



Keaw mengambil sebuah kursi kayu yang berada di dekat jendela, dan lalu dia duduk di sebelah tempat tidur Chai Pat. “Hanya satu hal yang bisa kulakukan, yaitu duduk dan mengawasi kamu,” kata Keaw sambil tersenyum.

“Inilah yang kuinginin dari kamu. Oh satu hal lagi yang harus kamu lakukan.”

“Apa itu?”




“Pegang tanganku. Itu akan membuat luka ku sembuh lebih cepat. Apa kamu mau melakukannya,  Keaw?” pinta Chai Pat. Dan sambil tersenyum malu2, Keaw pun menggenggam tangan Chai Pat dengan erat menggunakan kedua tangannya. Lalu Chai Pat tersenyum senang.

Keesokan harinya. Yodsawin dan Piangporn datang ke kamar untuk memeriksa Chai Pat, dan ternyata setelah diperiksa, keadaan Chai Pat sudah mulai membaik, sehingga sore ini Chai Pat sudah di perbolehkan untuk pulang. Mendengar itu, Keaw tersenyum.

Namun saat Chai Pat menyebutkan nama Nenek, Keaw berubah menjadi sedih. Dia teringat mengenai pertanyaan Nenek Oon yang mempertanyakan kesuciannya, ketika dia diculik beberapa hari oleh General Pinit. Serta tatapan tidak percaya dari Nenek Aiet yang menatapnya.


Chai Pat bersantai di halaman rumah sakit, karena dia merasa tidak nyaman terus berada didalam kamar. Dan ketika Keaw datang, dia mengajak Keaw untuk pulang bersama dengannya ke Istana Jutatthep. Tapi Keaw menolak, karena setelah Chai Pat baikan, dia harus pulang ke rumahnya.


Mendengar itu, Chai Pat berdiri dari kursi rodanya. Dan Keaw menjelaskan bahwa dia telah banyak merepotkan Chai Pat serta kali ini Chai Pat sampai di tembak karena nya, jadi dia tida ingin lebih merepotkan Chai Pat lagi.


Chai Pat memegang kedua tangan Keaw, dan mengatakan bahwa mereka adalah suami- istri. Lalu dengan sedih, Keaw melepaskan kalung giok yang dipakainnya, dan dia mengembalikan kalung itu ke tangan Chai Pat.

“Terima kasih banyak untuk semuanya. Kamu membahayakan hidup mu untukku. Terima kasih telah menyelamatkan Ayahku,” kata Keaw sambil menahan tangis.

“Keaw. Apa kamu pikir segala yang ku lakukan itu…”

“Itu tidak mungkin,” potong Keaw.

“Mengapa? Mengapa tidak mungkin?”


“Karena bukan hanya kita manusia yang ada di dunia ini. Kamu masih punya keluarga, tradisi, dan lainnya. Kamu tidak bisa melakukan segalanya seperti keinginanmu,” jelas Keaw.

“Kapan? Kapan kamu akan berhenti berpikiran begitu?” balas Chai Pat, tidak setuju.


“Itu benar. Setelah kamu sembuh. Mari kita bercerai. Mari kita akhiri ini,” kata Keaw dengan perasaan yang sedih.
“Kamu sangat tidak berperasaan,” balas Chai Pat. Dan Keaw menerima perkataan itu, lalu dia berjalan pergi meninggalkan Chai Pat. Dan karena masih sakit, maka Chai Pat pun tidak bisa pergi mengejar Keaw.


Keaw pulang ke rumah dan menemui Ayahnya yang sedang berkebun. Dia memberikan beberapa makanan kesukaan Ayahnya dan beberapa pakaian baru untuk Ayahnya. Lalu dia memberitahu mengenai keadaan Chai Pat. Sesudah itu, dia pamit dan masuk ke dalam rumah.


Kiti merasa seperti ada sesuatu yang salah dengan Keaw, karena ekpresi Keaw tampak sedikit sedih. Jadi ketika Keaw sedang berdiri memandangin sungai, maka dia pun mendekatinya. Dia menanyakan ada masalah apa antara Keaw dan Chai Pat, lalu dia menjelaskan bahwa menurutnya Chai Pat adalah orang yang baik, dan yang terpenting Chai Pat kelihatan benar2 mencintai Keaw juga.

Keaw menjelaskan bahwa dia dan Chai Pat berbeda kelas, dan mengenai kebaikan Chai Pat kepada mereka, dia pasti akan membalasnya, jika Chai Pat membutuhkan bantuannya, maka dia akan datang secepat yang dia bisa, tapi kalau lebih dari itu, dia takut dia tidak bisa. Dan sebenarnya, Keaw tidak mau menjadi benalu bagi Chai Pat. Menurutnya jika mereka terus menerima segalanya dari Chai Pat sampai menjadi kebiasaan, maka jika suatu saat Chai Pat tidak memberikan lagi, apa yang harus mereka lakukan.


“Tidak kah kamu mencintai Khun Chai lagi? Atau bisakah kamu menyerah padanya?” tanya Kiti.

“Aku harus menyerah secepat yang aku bisa, sebelum segalanya dikehilangan kendali. Jika aku menyakiti diriku sendiri sekarang, itu lebih baik, dariapada dia membuatku sakit dan orang disekitarnya membuatku sakit,” jawab Keaw.


Sebagai seorang Ayah, Kiti tidak ingin Keaw merasa sakit dan menderita. Dan Keaw menjawab bahwa dia yakin kalau waktu bisa menyembuh kan nya.


Malam hari. Chai Pat bermain piano dengan tatapan mata yang kosong. Lalu Chai Pee serta Chai Lek yang terbangun karena permainan piano Chai Pat itu, mereka pun datang menghampiri Chai Pat.

“Kami tahu kamu begitu sedih, patah hati, dan menderita. Tapi orang yang harus mengetahui perasaanmu. Haruskah itu kita? Haruskah orang di tempat ini?” tanya Chai Pee.

“Keaw tidak ingin menikah denganku,” kata Chai Pat dengan suara pelan.

“Bagaimana kamu tahu?” tanya Chai Lek.

“Dia mengembalikan kalungnya,” jawab Chai Pat.

Chai Lek dan Chai Pee tertawa pelan, mereka menanyakan apa Chai Pat pernah memikirkan kenapa Keaw sampai mau datang dari Ayutthaya ke sini, ketika Chai Pat dirawat dirumah sakit. Tapi Chai Pat tidak tahu.

“Dia mencintai kamu,” kata Chai Lek.

“Tidak banyak orang dikota ini yang berani melawan General Pinit. Tapi kamu berani melakukan itu. Aku benar2 menyukai kamu. Kamu luar biasa! Tapi kamu menyerah pada Keaw dengan begitu mudahnya, aku kecewa padamu,” jelas Chai Pee.


“Jika dia benar2 mencintai ku. Mengapa dia meninggalkan ku? Mengapa dia bilang ‘Itu tidak mungkin’?” tanya Chai Pat.

“Ini tugas mu untuk menunjukan kepadanya. Tapi jika kamu terus bermain piano seperti ini, siapa yang akan melihatnya?” tanya Chai Lek.

“Tidak seorang pun yang akan datang untuk mencuri piano ini. Tapi Khun Keaw, siapa yang tahu?” tambah Chai Pee.


“Segala yang kalian bicarakan padaku. Apa yang kalian inginkan?” tanya Chai Pat masih sambil bermain piano.

“Pergi dan lamar Khun Keaw dan...” kata Chai Lek. Lalu secara serempak dia dan Chai Pee berbicara,”Berhenti bermain piano, aku ingin tidur!”

Mendengar itu, Chai Pat pun langsung berhenti bermain piano. Dan menatap ke arah mereka berdua yang tersenyum lebar.


Keesokan harinya. Chai Pat pamit kepada Nenek Aiet dan Nenek Oon, dia mengatakan bahwa dia mau pergi melamar Keaw, dan alasannya mengatakan ini bukan karena dia ingin meminta izin, melainkan karena dia hanya ingin memberitahu saja.

“Bagaimana jika aku tidak setuju?” tanya Nenek Aiet.

“Aku akan tetap pergi,” jawab Chai Pat dengan tegas.


Chai Pat menjelaskan bahwa tidak akan ada hal buruk yang terjadi lagi, karena General Pinit telah menyadari tindakannya, dan sekarang General Pinit banyak melakukan hal baik untuk rumah sakit.

“Aku pikir, kalian berdua pasti sangat mengenal baik orang jenis apa Keaw,” kata Chai Pat.

“Bagaimana tentang dia yang diculik?” tanya Nenek Oon.

“Aku mengenal Keaw dengan sangat baik. Jika seseorang seperti Keaw, daripada menyetujui orang lain untuk melakukan apapun padanya, maka dia lebih memilih mati. Percayai aku. Pria ini tidak mengatakan itu karena dia buta oleh cinta. Tapi karena aku tahu kebenarannya,” jawab Chai Pat dengan tegas.



“Jika kamu sepercaya diri ini, segala yang kamu lakukan akan sukses. Benarkan Oon?” tanya Nenek Aiet. Dan Nenek Oon setuju.

Mengetahui bahwa kedua Nenek nya setuju, Chai Pat pun merasa sangat senang sekali.



Chai Pat tersenyum memperhatikan Keaw yang sedang merangkai bunga. Lalu dia mendekati Keaw dan berdehem pelan serta memanggil nama Keaw. Dan dengan terkejut, Keaw memandang ke arah Chai Pat.

Post a Comment

Previous Post Next Post