Network : Channel 3
Nenek
Aiet serta Nenek Oon merasa sangat lega karena Chai Pat selamat, dan mereka
menasehati agar Chai Pat lebih berhati- hati serta berpikir dua kali sebelum
bertindak lain kali. Lalu Nenek Aiet pun menanyakan apa Chai Pat sudah ada menghubungin
Ayah Keaw di rumah sakit, karena Ayah Keaw pasti sedang sangat khawatir
sekarang, sebab Keaw telah menghilang selama beberapa hari.
“Oh
benar. Dia pasti akan merasa sangat tenang bila tahu bahwa putrinya selamat,”
kata Chai Pat sambil tersenyum memandang ke arah Keaw.
“Selamat?
Kamu diculik selama beberapa hari oleh General Pinit. Apa dia tidak ada
melakukan apapun pada mu? Hah? Ada atau tidak?” tanya Nenek Oon dengan nada
menuduh kepada Keaw. Dan mendengar itu, Chai Pat langsung menatap ke arah Keaw
dengan pandangan aneh.
“Hey,
Oon!” tegur Nenek Aiet.
Keaw
hanya diam saja, karena dia tidak tahu harus menjawab bagaimana. Lalu saat dia
menyadari tatapan semua orang yang menatap nya dengan pandangan curiga, dia
merasa sangat tidak nyaman sekali.
Keaw
keluar dari dalam rumah, dan Chai Pat mengikuti. Lalu Keaw menanyakan apa
maksud dari tatapan Chai Pat barusan, menurutnya tatapan Chai Pat barusan
seperti berpikir bahwa dia telah tidur dengan General Pinit.
“Bukan
seperti itu, Keaw. Hanya melihat saja. Aku tidak berpikir apapun,” jelas Chai
Pat dengan nada pelan.
“Tapi
matamu tidak berbicara begitu,” balas Keaw dengan nada terluka.
Chai
Pat bergerak mendekat dan memegang kedua tangan Keaw, kemudian dia mengatakan
bahwa dia tidak peduli jika Keaw telah tidur dengan General Pinit atau tidak,
karena perasaannya untuk Keaw tidak akan berubah dan masih tetap akan sama. Dan
mendengar itu, Keaw langsung menarik kedua tangannya serta mundur selangkah.
“Sejak
kamu bicara begitu, itu berarti… kamu pikir aku dan General Pinit…”
“Bukan
begitu, Keaw,” potong Chai Pat.
“Tidak
apa. Tidak ada yang perlu mempercayai ku. Aku hanyalah gadis desa, bukan
seorang bangsawan, dan berasal dari kelas yang berbeda. Aku tidak cukup bagus
untuk tinggal di Istana Jutathep ini,” kata Keaw dengan nada sedih dan terluka,
karena Chai Pat tidak percaya padanya. Lalu dia pun ingin pergi.
Chai
Pat menahan tangan Keaw yang ingin pergi, dan saat mengetahui Keaw ingin pergi
ke rumah sakit untuk menemui Kiti, maka dia pun menawarkan diri untuk
mengantarkan Keaw. Tapi Keaw melepaskan tangan Chai Pat dan menolak, dia
mengatakan bahwa dia takut mengotori mobil Chai Pat, lalu setelah itu Keaw pun
berjalan pergi.
“Khun
Chai Pat! Khun Chai Pat!! Nenek Aiet ingin menemui kamu,” panggil seorang
pelayan dengan suara keras. Sehingga Chai Pat pun tidak jadi mengejar Keaw yang
terus berjalan untuk pergi.
Didepan
gerbang. Keaw berhenti berjalan dan berbalik menatap ke belakang. Dan ketika
dia melihat bahwa Chai Pat masuk kembali ke dalam rumah, dia pun menangis
dengan perasaan sangat sedih. Lalu kemudian dia menguatkan dirinya, dan pergi
meninggalkan tempat Jutathep.
Dirumah
sakit. Keaw menemui dan memeluk Ayahnya dengan erat, lalu dia mengajak Ayahnya
untuk segera pulang ke rumah mereka, karena dia tidak ingin tinggal disini
lagi. Dan dengan kebingungan, Kiti pun bertanya apa yang terjadi.
“Aku
merindukan rumah kita. Aku ingin tinggal denganmu,” jawab Keaw dengan pandangan
sedih. Lalu dia meminta izin kepada Piangporn untuk mengizinkan nya membawa
Ayahnya pulang sekarang.
“Tapi
Dokter Khun Chai…”
“Khun
Chai telah memberikan ku izin,” potong Keaw dengan cepat, sebelum Piangporn
sempata mengatakan sesuatu.
General
Pinit datang menemui Direktur dan mengatakan dengan marah bahwa dia ingin
membatalkan semua dukungan nya untuk rumah sakit. Bahkan 1 baht pun tidak akan
diberikannya lagi.
“Aku
sudah memperingati kamu, tapi Dokter mu tidak berhenti!! Khun Chai Puttipat
menginjak hidungku. Dia pergi mencuri wanita ku, yaitu Krongkeaw, dari dalam
rumah ku. Itu berarti dia mendeklarasi kan perang padaku!!” teriak General
Pinit, lalu pergi.
Ketika
General Pinit telah keluar dari dalam ruangan Direktur, seorang anak buahnya
datang mendekat dan memberitahukan bahwa apa yang General Pinit minta padanya
untuk dicari tahu, dia telah mendapatkan hasilnya.
“Chai
Pat dan Keaw, mereka sudah menanda tanganin surat pernikahan,” kata si Anak
Buah.
“Apa?
P’Chai Pat dan Krongkeaw sudah menikah?” tanya Marathee dengan nada terkejut,
ketika tidak sengaja mendengar nya. Dan Yodsawin yang juga mendengar itu
menjadi bertanya2 juga, kapan Chai Pat dan Keaw menikah memangnya.
“Ini
adalah foto copy surat pernikahan mereka,” kata si Anak buah menunjukan kertas
yang dibawanya. Dan melihat itu, General Pinit langsung meremukan kertas itu
dan membantingnya ke lantai dengan sangat marah.
“Mengapa?
Mengapa jadi seperti ini? Mengapa Krongkeaw melakukan ini padaku?!!” teriak
General Pinit dengan marah. Lalu pergi bersama para anak buahnya.
“P’Chai
Pat!! Krongkeaw!! Aku tidak akan membiarkan ini!!” gumam Marathee dengan marah
juga. Sementara Yodsawin hanya diam saja.
Dirumah.
Nenek Aiet mengatakan kepada Nenek Oon bahwa dia merasa bingung, menurutunya
Krongkeaw adalah orang yang baik, tapi hanya baik tidak cukup untuk menikah.
Dan Nenek Oon setuju, menurutnya seorang suami dan istri harus bisa saling
menolong, tapi Krongkeaw tampaknya tidak bisa menolong Chai Pat, malahan Chai
Pat yang harus selalu menolong Keaw dan menyelesaikan masalah Keaw setiap
waktu.
Tepat
disaat itu Marathee datang. Dengan nada kesal, dia bertanya apa Nenek Aiet
serta Nenek Oon telah mengetahui tentang pernikahan Chai Pat serta Krongkeaw.
Dan mendengar itu, Nenek Aiet serta Nenek Oon saling bertatapan.
“Jadi,
Nenek Aiet dan Nenek Oon tahu. Apa maksudnya ini? Mengapa kalian melakukan itu
padaku?” tanya Marathee, ketika menyadari bahwa mereka berdua telah tahu.
“Kami
baru saja tahu,” jawab Nenek Oon.
“Lalu
mengapa tidak menghentikannya? Bagaimana bisa kalian membiarkan Chai Pat
menanda tanganin surat pernikahan itu. Kalian telah berbohong padaku,” balas
Marathee.
“Tidak
ada seorang pun yang berbohong padamu. Kami sedang mencari solusi untuk
menyelesaikan ini,” balas Nenek Aiet dengan tegas.
“Kalian
ingin menunggu sampai orang di Bangkok bergosip di belakang kalian bahwa Khun
Chai Puttipat Jutathep mengambil seorang selir orang lain untuk menjadi
istrinya? Khun Chai memiliki hubungan dengan selir General atau General yang
punya hubungan dengan Istri Khun Chai. Oh my!! Ini begitu rumit ya. Kalian adalah
nenek nya, tapi kalian tidak bisa membiarkan cucu kalian menikahi wanita yang
sesuai. Aku pikir kalian harus bersiap menggunakan nama panggilan prostitusi,”
kata Marathee dengan cara bicara yang mengejek mereka.
“Hey,
Marathee!” tegur Nenek Oon.
Nenek
Aiet serta Nenek Oon mengundang kakek Chai Pat untuk datang ke rumah. Mereka
menceritakan kepada Kakek bahwa Chai Pat telah terbuta kan oleh cinta, sehingga
Chai Pat tidak bisa membeda kan lagi antara yang layak dan yang tidak layak.
Dan jika masyarakat mengetahui tentang ini, maka mereka akan mulai berbicara di
belakang, dan Chai Pat akan kehilangan reputasi nya.
“Jadi
apa yang ingin kalian lakukan?” tanya Kakek.
“Aku
ingin Chai Pat menikah dengan wanita yang sesuai,” jawab Nenek Aiet.
“Tapi
kalian sendiri yang bilang bahwa Chai Pat telah menanda tanganin surat pernikahan
dengan si Ratu kecantikan,” balas Kakek.
“Ketua.
Sejak dia bisa menanda tanganin surat pernikahan, maka dia juga bsia menanda
tanganin surat perceraian,” balas Nenek Oon.
Kakek
tertawa, lalu bertanya bagaimana jika Chai Pat tidak mau. Dan Nenek Aiet pun
menjelaskan bahwa itulah alasannya memanggil kakek ke sini, karena Chai Pat
sangat menghormati dan menyanyangin Kakek. Maka dia ingin kakek menyakinkan
Chai Pat untuk bercerai dengan Keaw.
“Siapa?
Siapa yang menurut kalian wanita yang sesuai dengan Chai Pat?” tanya kakek.
“M.L.
Marathee Taewaprom,” jawab Nenek Aiet.
“Marathee
adalah seorang perawat. Dia cocok dengan Chai Pat,” tambah Nenek Oon.
Kakek
merasa terkejut mendengar nama Marathee, lalu dia memberitahukan kepada mereka
berdua bahwa mereka harus mengetahui kalau Marathee adalah seorang selir juga.
Dan mendengar itu, Nenek Oon langsung tertawa, karena menurutnya itu sangat
tidak mungkin.
“Itu
dia! Itu dia! Dia seorang selir dari General Pinit juga,” kata Kakek dengan
yakin.
“Aku
saksinya,” tambah asisten Kakek.
“Mereka
berpegangan tangan saat berbelanja di mall ku. Setiap orang melihat mereka.
Beritahu mereka,” kata Kakek pada asistennya.
“Pertama,
ketua tidak yakin, tapi segalanya itu benar. General Pinit dan Khun Marathee
membeli banyak produk ternama seperti kalung berlian, tas, sepatu, dan lainnya.
Segala yang Khun Marathee gunakan sekarang, itu dia beli dari mall kami. Jika
kalian ingin bukti, maka kami punya struk nya. General Pinit membayar semua itu
secara tunai, dan dia menyuruh kami untuk mengirimkan produk lainnya ke rumah
Marathee untuk dipilih,” jelas Asisten kakek dengan sangat detail sekali.
Mendengar
semua itu, Nenek Aiet tidak percaya, menurutnya bisa saja Kakek salah mengenali
orang. Karena Marathee tidak mungkin begitu.
“Jika
itu dia, aku tidak akan menerima nya menjadi menantuku. Kalian berdua harus
percaya padaku. Jika kalian tidak percaya, perhatikan lah Marathee dengan mata
kepala kalian sendiri, apa benar dia banyak memakai produk ternama seperti yang
aku katakan,” kata Kakek dengan tegas dan yakin.
Dirumah.
Marathee mencoba semua pakaian dan perhiasannya dengan senang, tapi karena
cuaca sangat panas, maka dia pun mengeluh dan mengatakan bahwa dia seharusnya
memasang AC di sini. Kemudian dia pun berteriak agar diambilkan air, tapi tidak
ada satupun pelayan yang menjawab.
Taewaprom keluar dari dalam rumah. Dan ketika
dia melihat semua produk mahal yang ada diatas meja, dia pun merasa heran dan
bertanya darimana Marathee mendapatkan semua itu. Tapi Marathee tidak mau
memberitahu, dia mengatakan bahwa itu tidak penting darimana, yang penting
adalah dia telah membayar semua tagihan mereka.
Tanpa
bertanya lagi, Taewaprom
pun
memperhatikan dengan senang semua perhiasan mahal yang dipakai oleh Marathee.
Dan dengan senang, Marathee membiarkan Ayahnya untuk menkagumin semua perhiasan
yang dipakainya.
Tepat
disaat itu, Nenek Aiet serta Nenek Oon datang, jadi Taewaprom pun segera memberi salam dengan
hormat. Sementara Marathee, tidak.
Nenek
Aiet serta Nenek Oon memuji semua perhiasan mewah yang dipakai oleh Marathee,
dan lalu mereka menanyakan darimana Marathee mendapatkan semua itu. Dan
Marathee pun berbohong, dengan sikap angkuh dia mengatakan bahwa semua ini dia
beli dari hasil simpanannya, karena menjaga beberapa pasien special dan menang
lotre.
“Mereka
semua terlihat bagus kan padaku, kan?” tanya Marathee dengan bangga. Dan Nenek
Aiet serta Nenek Oon saling tersenyum.
Madame
Sara datang, dan melihat itu, Marathee tampak sangat terkejut.
“Aku
tidak bisa percaya bahwa kamu seorang pencuri, M.L. Marathee,” kata Madame
Sara.
“Pencuri?
Siapa yang pencuri? Jangan menfitnah putriku begitu,” kata Taewaprom membela Marathee.
Madame
Sara mengeluarkan fotonya dan memperlihatkan itu kepada Taewaprom. Difoto itu tampak Madame Sara
mengenakan seset perhiasan berlian yang sangat mirip dengan apa yang sedang
digunakan oleh Marathee sekarang. Dan Marathee pun merasa sangat gugup sekali
hingga dia tidak bisa berkata- kata.
“Beritahu
mereka. Kamu membeli nya dengan uang mu sendiri,” kata Taewaprom, mempercayai Marathee.
“Jika
kamu sendiri yang membeli itu, maka tunjukan bukti struknya,” kata Nenek Oon.
“Struk
nya? Aku punya,” kata Madame Sara sambil memperlihatkan nya kepada Taewaprom.
“Mengapa
tidak menjawab dengan jelas? Bicaralah. Kamu sendiri yang membeli itu,
seseorang memberi kannya padamu, atau kamu mencurinya dari seseorang,” kata
Nenek Oon kepada Marathee yang hanya diam saja.
“Tanyalah
pada Putrimu. Apa yang dia gunakan sebagai ganti untuk mendapatkan aksesoris
itu dari suami ku?” balas Madame Sara sambil tersenyum.
“Suamimu?
General Pinit?” kata Taewaprom
dengan terkejut, dan Madame Sara membenarkan. Lalu Taewaprom memegang dan menggocang lengan
Marathee,”Ini tidak benarkan, Marathee? Ini tidak benar, kan?”
Marathee
mulai menangis. Dia sama sekali tidak bisa menjawab dan menyangkali semua hal
tersebut, karena semuanya adalah benar.
“Aku
kira, kamu tidak ingin aku melaporkan ini kepada polisi, kan?” tanya Madame
Sara.
“Orang
yang telah aku lihat sejak dia masih kecil, mengapa kamu menjadi seperti ini,
Marathee? Dimana harga dirimu? Mengapa kamu melakukan hal kotor tanpa
memikirkan konsekuensinya? Kamu mempermalukan dirimu sendiri dan merusak
reputasi keluargamu,” kata Nenek Oon.
“Taewaprom, aku masih mengingat janji dua
keluarga. Janji adalah janji. Tapi aku tidak berpikir bahwa itu mungkin antara
Chai Pat dan Marathee. Aku yakin kamu paham tentang keputusan ku, kan?” kata
Nenek Aiet, memutuskan janji pernikahan antara Chai Pat dan Marathee.
Dan
karena tidak bisa menjawab, maka Taewaprom
pun hanya diam. Sementara Marathee, dia terus menangis, dia merasa sangat
menyesal.
Tags:
Khun Chai Puttipat
Ayo mb di lnjut truz.......Semangattt
ReplyDelete