Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin)
Episode 16 – 1
Images : Channel 3
Kiew tidak kuat dan memutuskan untuk keluar
kamar meninggalkan Peat yang sedang tidur. Kiew pergi ke taman belakang rumah. Sambil
menangis, dia menelpon Pa. Pa dengan bahagia mengangkat telepon Kiew, mengira
kalau Kiew hendak berbagi cerita bahagia. Tapi, ternyata Kiew malah menangis
dan jelas saja hal itu membuat Pa panik.
“Apa yang terjadi Kiew?” tanya Pa.
Tapi Kiew terus menangis sedih.
--
Katha menghampiri Kris yang sudah bangun dan
memberikan minuman untuk Kris. Tapi, Kris dengan marah malah beranjak pergi. Katha
heran dan bertanya ada apa? Dia akan mengantarkan Kris pulang. Kris menolak
dengan kasar.
“Kenapa kau jadi marah denganku? Aku bukan sarung
tinju-mu ya! Kenapa kita bisa sampai seperti ini? Bertengkar satu sama lain. Tidak
mau melihat wajah satu sama lain.”
“Kenapa kau tidak tanya saja ke Ai-Peat dan
Chaya!”
“Aku pasti akan bertanya. Tapi… kau juga
tolong tenang.”
“Aku akan memberitahumu jadi kau tahu. Ai-Peat
menemui Chaya di condo-nya sebelum dia datang ke sini, padahal itu adalah malam
pernikahannya. Dia seharusnya menghabiskan waktu dengan pengantinnya, bukan
dengan Chaya!”
Katha masih tidak mengerti. Jika Peat dan
Chaya salah, seharusnya Kris menasehati dan memberi peringatan pada mereka. Kris
hanya menjawab kalau dia sudah lelah, dan dari sekarang, dia tidak akan peduli
lagi dengan Peat dan Chaya lagi. Terserah mereka berdua mau berbuat apa.
Pa ternyata datang ke restoran Katha juga dan
dia mendengar perkataan terakhir Kris. Kris melihat Pa tapi dia tidak peduli
dan tetap berjalan keluar. Katha mengejarnya, tapi Pa menghalanginya. Mereka punya
urusan yang harus di bicarakan.
“Aku dengar dengan kedua telingaku, Peat
bersama dengan Chaya,” ujar Pa penuh amarah.
“Seorang teman menemui temannya, apa yang
salah?”
“Dia salah karena dia pergi di malam
pernikahannya. Dan aku juga tahu kalau Chaya berniat untuk ‘menggigit’ suami
temanku.”
“Tidak. Chaya sudah melupakan Ai-Peat. Peat pergi
mencari Chaya, mungkin karena temanmu,” Katha masih terus berusaha membela Peat
dan Chaya. “Dia membuat Peat marah, dan mungkin karena itu Peat menemui Chaya
untuk curhat.”
Pa tentu membela Kiew. Dia menuntut penjelasan
Katha, apa rencana Peat dan Chaya? Katha dengan tegas menjawab kalau dia tidak
tahu sama sekali bahkan jika dia harus matipun.
“Kalau begitu cari tahu atau aku akan menyelesaikannya
denganmu!” peringati Pa. “Aku sudah pernah bilang kan, jika Peat membuat Kiew
sedih. Kau dan aku, kita akan menjadi musuh! Tidak perlu bicara lagi!” tegas
Pa.
Setelah memberi peringatan itu, Pa langsung pergi.
Sementara Katha, dia merasa kesal, kenapa semua menyalahkannya? Emangnya dia
tempat sampah yang menampung amarah semua orang?
--
Kiew menyiapkan sarapan untuk Peat. Taeng yang
melihatnya, merasa kasihan pada Kiew. Dia bahkan berkata kalau dia berada di
posisi Kiew, dia sudah pasti akan marah besar! Kiew masih membela Peat yang
mungkin sedang ada masalah dan dia dapat mengerti.
Peat sudah bangun dan bertukar baju untuk
berangkat kerja. Taeng langsung memanggilnya untuk makan, tapi Peat malah
menolak makan. Dia tidak lapar. Kiew jelas sedih melihat Peat seperti itu. Dan
Taeng dengan panik berteriak memanggil Peat untuk makan dulu.
--
Khun Nai sedang bersama dengan Tee di ruangannya.
Dan dia mendapat telepon dari Taeng mengenai sikap Peat yang menolak makan
padahal Kiew sudah menyiapkannya.
“Aku tidak mengerti. Sebelum menikah, Peat
mengekspresikan dengan jelas kalau dia sangat mencintai Kiew. Tapi, setelah
menikah, dia pergi keluar untuk merayakannya dengan temannya. Meninggalkan Kiew
sendirian. Dan juga bersikap dingin pada Kiew.”
“Kejadian ini… mirip,” ragu Tee.
“Ya, benar. Mirip seperti yang pernah ku
lakukan pada Panee,” akui Khun Nai.
--
Peat ternyata pergi menemui Chaya untuk makan
bersama. Chaya bertanya apa ada masalah antara Peat dan istrinya? Karena muka
Peat terlihat muram. Peat menjawab tidak ada dan wajahnya hanya lelah karena
kurang tidur.
Chaya merasa ada yang aneh, jika dia berada di
posisi Kiew, dia tidak mungkin membiarkan suaminya berkeliaran seorang diri
seperti ini. Peat dengan percaya diri mengatakan kalau Kiew tidak akan berani
melarangnya karena takut kalau dia akan marah. Lagipula, Kiew akan selalu percaya
dan menyetuji apapun mau-nya.
“Mungkin dia sangat mencintaimu. Orang yang
tidak mencintai, tidak mungkin bersedia,” komentar Chaya. “Sama seperti aku
mencintai-mu. Itulah kenapa aku bersedia membantumu untuk balas dendam. Bersedia,
meskipun aku harus bertengkar dengan Kris. Atau bermasalah dengan Katha atau
siapapun.”
“Tidak masalah jika kau tidak mau menolongku,
Chaya. Jika kau takut akan bertengkar dengan mereka. Tapi, aku tidak peduli. Jika
mereka mau marah, biarkan saja.”
“Kau tidak peduli. Aku juga tidak akan peduli.”
Peat kemudian meminta pada Chaya untuk tidak membicarakan
orang lain saat mereka bersama. Chaya mengerti. Dia kemudian bertanya rencana
Peat selanjutnya. Dan Peat tersenyum penuh arti.
--
Kiew dan Peat tiba di kantor bersamaan. Mereka
bahkan berpas-pasan di depan ruangan utama. Chaya melihat Kiew dan tersenyum
sinis.
Flashback
Saat
di rumah, Kiew sudah menerima telepon dari Pa yang melaporkan apa yang di
dengarnya di restoran Katha. Mengenai Peat yang pada malam pernikahan itu pergi
ke condo Chaya kemudian ke restoran Katha. Di sana Peat berkelahi dengan Kris mengenai
Chaya.
“Awalnya
aku tidak mau memberitahu mu karena takut kalau kau akan sedih. Tapi, kau sudah
sedih, dan lebih baik kalau kau tahu hal ini,” ujar Pa.
“Terimakasih
banyak, Pa,” ujar Kiew dengan suara sengau. “Dengan begini, aku tidak harus
menjadi orang bodoh yang mengkhawatirkannya seperti orang gila, ketika dia
sedang bersenang-senang dengan wanita lain.”
End
Kiew menatap Chaya dengan tajam dan menyapa
serta menyindir Chaya yang datang bersama dengan suaminya.
“Kenapa Peat? Kemarin malam kalian sudah
bersama dan masih belum puas? Sampai harus datang bersama hari ini?”
“Benar. Aku dan Peat, punya banyak hal yang
harus di bicarakan,” jawab Chaya dengan genit. “Mau bagaimana lagi, beberapa
masalah hanya bisa di bicarakan dengan orang yang dapat mengerti hati satu sama
lain. Bukankah begitu, Peat?”
“Benar. Ada beberapa hal, dimana kau tidak akan
bisa mengerti,” jawab Peat dengan dingin pada Kiew.
Kiew mengerti. Dan dia menyindir Chaya untuk
tidak lupa kalau dia adalah istri Peat. Dan Chaya tidak boleh melewati batas
nya sebagai seorang istri. Chaya tersindir tapi Peat membelanya. Jadi, Chaya
kembali tersenyum senang.
Peat membawa masuk Chaya ke dalam ruangannya. Kiew
yang dapat melihat ruangan Peat dari ruangannya, merasa sedih dan cemburu dengan
kedekatan Peat dan Chaya.
Chaya terus memeluk Peat dengan mesra, tapi
Peat mengabaikannya. Wajah Peat terlihat merasa bersalah, tapi dia menutupinya.
Peat berkata kalau dia harus bekerja dan Chaya segera sedikit menjauh agar tidak
mengganggu Peat.
--
Tee melapor pada Khun Nai kalau Peat dan Kiew
datang untuk bekerja. Khun Nai sedikit sedih karena bukannya berbulan madu, Peat
dan Kiew malah datang bekerja.
“Khun Peat datang bersama dengan Khun Chaya,”
beritahu Tee.
“Sebelum mereka menikah, aku tidak akan heran
kenapa Chaya dengan Peat. Tapi sekarang, aku mulai bertanya-tanya, kenapa Peat
datang dengan Chaya? Apa ini ada hubungannya dengan kejadian kemarin? Bawa Peat
kemari untuk menemuiku!”
Tee mengerti dan segera pergi untuk memanggil
Peat.
--
Peat masih sibuk bekerja. Chaya menawarkan
diri untuk membuatkan Peat minuman, tetapi Peat menolak. Peat bahkan tidak
menoleh pada Chaya dan menyuruh Chaya untuk meminta saja kepada OB jika perlu
apapun.
Chaya mendekati Peat dan meminta Peat untuk memberi
sedikit perhatian padanya.
“Aku sedang bekerja,” tegas Peat.
Tapi, Chaya tetap mendekati Peat. Pas sekali, Tee
masuk dan melihat posisi mereka yang seperti itu. Tee jelas merasa tidak nyaman,
tapi dia hanya memberitahu Peat kalau Khun Nai hendak bertemu dengan Peat.
--
Kiew tidak kosentrasi bekerja dan terus
menangis. Dia kemudian teringat perkataan Pa kalau Kris mencintai Chaya dan
sekarang sedang dalam kondisi terluka. Sepertinya, kali ini, Kris, Peat dan Chaya
akan berhenti berteman.
Kiew yang merasa khawatir memutuskan untuk
menelpon Kris.
Sementara itu, Chaya yang di tinggal sendirian
di ruangan Peat, melihat foto-fotonya dengan Peat. Dan tanpa sengaja, dia
melihat fotonya bersama dengan Kris dan Katha. Dan karena itu, Chaya
menghubungi Kris, tapi Kris mengabaikan teleponnya. Eh, Chaya malah merasa
kesal karena Kris tidak mengangkat teleponnya.
Kris malah mengangkat telepon dari Kiew. Kris bicara
dengan baik, seolah tidak ada yang terjadi. Kiew memberitahu Kris kalau dia
sudah tahu yang terjadi kemarin, mengenai Peat, Kris dan Chaya, juga termasuk
mengenai Kris yang menyukai Chaya. Pa sudah menceritakan semuanya padanya.
“Bagaimana keadaanmu sekarang Khun Kris?”
“Aku yang seharusnya bertanya. Bagaimana keadaanmu?”
“Aku tidak mengerti. Aku tidak mengerti kenapa
Peat melakukan hal ini. Dan aku juga tidak mengerti kenapa dia harus pergi
menenui Khun Chaya juga.”
“Aku ingin menemuimu. Dimana kamu sekarang? Aku
akan menjemputmu.”
“Aku ada di kantor. Lebih baik, aku yang
menemuimu.”
“Kau takut kalau aku akan bertemu dengan Peat
dan berkelahi lagi?” tanya kris.
“Hmmm, orang yang baru saja bertengkar, sebaiknya
tidak bertemu dulu.”
“Aku tidak peduli. Jika bertemu, ya bertemu
saja.”
“Er… Kau mungkin tidak hanya bertemu dengan
Peat saja. Khun Chaya juga ada di sini,” beritahu Kiew.
Dan Kris semakin bersemangat ingin datang. Dia
berkata kalau dia akan tiba dalam setengah jam dan langsung mematikan telepon.
--
Peat menemui Khun Nai. Dan Khun Nai langsung
bertanya kemana Peat kemarin malam? Peat masih tetap pada jawaban awalnya kalau
dia pergi menemui teman-temannya untuk merayakan. Khun Nai memberi nasihat pada
Peat untuk memikirkan dengan masak-masak setiap perbuatan yang hendak di
lakukannya.
“Mulai dari sekarang, aku dilarang untuk tidur
di luar. Kau sudah menikah. Pulang dan tidur di rumah. Bukan menginap di tempat
lain. Aku tidak mau melihat Kiew merasa sedih. Aku tidak ingin melihat Kiew
menangis. Kemarin malam, Kiew tidak tidur sepanjang malam karena menunggu-mu. Dapatkah
kau melakukannya?” pinta Khun Nai.
“Baik. Mulai dari seakrang, aku akan pulang
setiap hari. Aku sudah bisa pergi, kan?”
“Belum,” jawab Khun Nai. “Kenapa kau membawa
Chaya ke sini?”
“Mmm! Beritamu sungguh cepat. Aku punya urusan
dengan Chaya. Kenapa? Kau berteman dan kami tidak boleh bicara?”
“Kalau begitu tidak masalah. Pergilah. Aku mungkin
sudah berpikir berlebihan.”
Setelah Peat pergi keluar ruangan, Tee masuk
dan melapor pada Khun Nai kalau Peat dan Chaya bertingkah aneh. Sepertinya, hubungan
mereka bukan hanya teman. Khun Nai menghela nafas dengan khawatir.
--
Kris sudah tiba di kantor Kiew. Chaya masih
terus menelponnya, dan Kris masih terus menolak telepon dari Chaya.
Chaya bertanya apa yang Peat diskusikan dengan
Khun Nai? Peat memberitahu kalau Khun Nai melarangnya untuk meninggalkan Kiew
sendirian, dan memintaku untuk pulang setiap malam. Chaya lagi-lagi memeluknya
dan berkata kalau dia ingin bersama Peat setiap saat. Peat memaksakan
senyum-nya.
Kris mengajak Kiew untuk pulang dan beristirahat.
Dia tahu kalau Kiew tidak akan bisa lanjut bekerja. Kiew membenarkan dan bersiap
pulang.
Saat itu, dia melihat ke ruangan Peat, dan
melihat Chaya yang memeluk Peat. Peat juga melihatnya dan dengan sengaja
memegang tangan Chaya. Dia tersenyum sinis menatap Kiew. Chaya menyadari
perubahan senyum Peat dan menatap ke arah tatapan Peat. Ada Kiew dan Kris. Entah
kenapa, Chaya malah tampak kesal.
Kris menggenggam tangan Kiew, dan Peat
langsung berdiri dengan marah melihat hal itu. Chaya sampai sedikit terperanjat
kaget. Kris langsung keluar dari ruangannya dan menghalangi Kiew dan Kris
pergi. Dia dengan berteriak bertanya, mau kemana kau?
“Ini urusanku dengan Kiew,” jawab Kris. “Tidak
ada hubungannya denganmu.”
Peat emosi dan hendak memukul Kris, tapi Chaya
menahannya. Peat menahan tangan Kiew dan tidak membiarkannya pergi.
“Kau tidak bisa menghentikanku. Ketika aku
menghentikanmu, kau juga tidak mendengarkanku,” tegas Kiew dan menari tangannya
dari genggaman Peat. Dia kemudian pergi dengan Kris.
Peat masuk kembali ke ruangannya dengan emosi
memuncak. Dia hendak membanting barang yang ada di mejanya, tetapi Chaya
menghalanginya. Peat langsung berteriak frustasi.
“Kenapa kau jadi frustasi?”
“Bisa kau berhenti bertanya?!” marah Peat.
“Tidak bisa! Aku ingin tahu kenapa kau marah? Atau
kau cemburu dengan Kris dan Kiew?”
“Tidak!”
“Lalu kenapa?”
“Aku melihat wajah Kris dan itulah kenapa aku
frustasi. Dia berniat memancingku dan menjadi satu komplotan dengan Kiew.”
“Tapi aku rasa…”
“Lupakan saja!” teriak Peat menghentikan ucapan
Chaya.
Chaya terduduk dengan kesal. Peat menyadari
hal itu dan bersikap lembut lagi pada Chaya.
“Kita belum menyelesaikan pembicaraan kita. Aku
sudah tahu apa yang harus ku lakukan, jadi kau dan aku bisa bersama selamanya,”
ujar Peat dan tersenyum penuh arti.
Tags:
Pink Sin
Lanjut kak
ReplyDeleteTrimakasihh..sll di tunggu kelanjutan nya ...
ReplyDelete.
Haduuh, gemes bngt sm peat,,,
ReplyDeleteLanjut yaaa, jangan lama2, heee,,,
Semangat kak💗 ditunggu loh selanjutnya 😣😣
ReplyDeleteBikin penasaran ni...
ReplyDeleteSemangat kak
ReplyDeleteLanjuutt min...pnasaran ma psangan kiew n peat gmna akhirnya...semangaat ditunggu lnjutannya
ReplyDeleteAstaga ini laki labil minta digeprek kepalanya😞
ReplyDelete