Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin) Episode 10 – 1



Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin) Episode 10 – 1
Images : Channel 3
“Aku akan mencari cara untuk membuat hidupmu menderita. Itu akan lebih menyenangkan,” ancam Peat.
Kiew lelah menghadapi sifat Peat yang seperti itu, dan karena itu, dia memilih untuk kembali ke ruangannya.
Saat sudah masuk ke dalam ruangannya, Kiew menghela nafas panjang. Dia merasa takut pada Peat. Pas sekali, ada yang mengetuk pintu-nya, Kiew sudah tegang mengira kalau itu adalah Peat. Tapi, yang datang adalah Kriss. Kris membawakan makanan untuknya.

Kris mengajak Khun Nai untuk ikut makan siang bersamanya dan Kiew. Khun Nai berterimakasih karena Kriss sudah mengajaknya makan siang bersama, dia memuji masakan Kris yang enak.
Peat datang tidak lama kemudian bersama dengan Tee. Saat melihat Kris dan Kiew yang juga ada di sana, dengan sinis Peat bertanya ada masalah apa hingga ayahnya memanggilnya? Khun Nai mengajak Peat untuk makan bersama.
“Dia mungkin tidak berniat untuk membiarkanku makan bersama,” sindir Peat.
Khun Nai membujuk Peat untuk duduk dan makan bersama, tapi Peat menolak. Dia tidak lapar dan harus kembali bekerja. Khun Nai masih terus membujuk, tapi Peat terus menolak dengan kasar.
“Hey, kau! Bisa bicara dengan lebih baik?” tegur Kiew.
“Tidak usah ikut campur,” jawab Peat dengan ketus dan keluar dari ruangan.
Khun Nai juga lelah melihat sikap Peat yang keras. Dan karena itu, dia tidak memaksa lagi. Khun Nai memperhatikan Kriss yang sangat perhatian pada Kiew. Sementara Kriss, dia memasang senyum sinis melihat kepergian Peat (astaga… semoga tujuan Kris mendekati Kiew bukan untuk membuat Peat cemburu!)
--
Selesai makan, Khun Nai kembali ke ruangannya. Tee datang dan memberikan laporan. Saat keluar, Tee bertemu dengan Kiew. Kiew ingin bertemu dengan Khun Nai, tapi dia merasa kalau Khun Nai pasti ingin sendirian saat ini. Jadi, dia bertanya pada Tee, apa selama ini ayahnya memerintahkan Tee untuk terus mengawasinya dan ibunya?
“Benar. Khun Nai memerintahkan ayahku untuk mengawasi Anda dan Ibu Anda selama ini. Sebelum ayahku meninggal dunia, dia memintaku untuk melanjutkan mengawasi Anda,” jelas Tee.
Flashback
Ayah Tee adalah pekerja di rumah Khun Nai. Saat dia merasa kalau umurnya sudah tidak panjang lagi, dia memberikan beberapa pesan pada Tee.
“Ada tiga hal yag ku khawatirkan. Pertama, mengenai kamu. Tapi Khun Nai sudah menjamin kalau dia akan menjadi wali-mu menggantikanku. Setelah kau wisuda, Khun Nai akan memperkerjakanmu. Kau harus mendengarkannya dan menjaga Khun Nai menggantikanku, Okay?”
“Ya. Ayah.”
“Mendengarnya, membuatku merasa tenang.”
“Lalu apa yang kedua?”
“Tolong jaga Khun Peat. Meskipun Khun Peat egois, tapi itu karena dia kekurangan cinta. Kau juga tahu hal itu kan.”
“Ya.”
“Dan untuk yang terakhir, aku ingin kau melaporkan aktivitas Khun Kiew dan Khun Sa, melanjutkan tugasku. Apa kau bisa melakukannya?”
“Bisa. Khun Nai sangat baik pada keluarga kita. Ayah sakit, dan Khun Nai yang membayarkan semua biaya berobat. Aku tahu kalau kebahagiaan Khun Nai adalah melihat Khun Kiew dan Khun Sa. Dan juga Khun Peat tumbuh. Aku akan melakukan apapun untuk membalas kebaikan Khun Nai.”
End
Tee menyakinkan Kiew kalau Khun Nai sangat peduli pada Kiew dan juga almarhum Khun Sa. Khun Nai sudah berusaha melakukan segala yang seorang ayah lakukan. Kiew mengerti hal itu. Dan dia tidak pernah marah pada Khun Nai.
“Mungkin hanya tinggal Khun Peat yang tidak bisa mengerti. Dan kelihatannya dia semakin ingin menghancurkan segalanya lebih daripada sebelumnya!” komentar Tee.
Kiew juga merasa demikian.
--
Peat pergi ke café tempat Katha bekerja sebagai bartender. Dia minum-minum dan terus meminta Katha untuk mengisi gelasnya. Katha awalnya menolak karena Peat sudah cukup mabuk, tapi karena Peat terus memaksa, Katha akhirnya memberikannya minum lagi. dia bertanya masalah peat, tapi Peat tidak mau memberitahu.
Peat ingin lanjut minum, tapi Kris dan Chaya datang dan merebut gelas dari tangannya. Peat langsung marah pada Katha karna pasti Katha yang memanggil Chaya dan Kriss.
“Kau tidak taku kalau café-mu akan hancur lagi?!” marah Peat.
 “Jika itu bisa membuatmu berhenti minum, maka tidak masalah,” jawab Katha.

Chaya berusaha meminta Peat berhenti minum, tapi Peat tidak mau mendengarkannya dan mendorong tubuh Chaya. Chaya hampir terjatuh jika Kriss tidak menahannya. Kris langsung memarahi Peat karena kasar pada Chaya. Mereka sudah akan bertengkar lagi, tapi Chaya langsung meminta Kriss untuk tidak emosi.
Katha berkomentar kalau mungkin Peat sedang stress, dan Chaya setuju. Kriss tetap tidak setuju, kalau stress, emanganya boleh melukai orang lain? Katha langsung menegur Kriss untuk tidak menambah masalah. Jadi biarkan saja Peat yang sedang mabuk.
--
Khun Nai sudah pulang ke rumah. Dia melihat foto Peat dengan sedih. Kiew melihatnya dan ikut merasakan kesedihan Khun Nai. Dia jadi merasa bersalah dengan semua yang terjadi.
Kiew memutuskan untuk menelpon Pa. Dia meminta Pa menemaninya ke suatu tempat.
--
Peat terus menerus minum. Katha hanya bisa berkomentar kalau untungnya café-nya hari ini tutup, kalau tidak dia pasti sudah mengusir Peat pergi. Peat mengacuhkannya dan terus menerum minum.
Kiew muncul bersama dengan Pa dan merebut gelas Peat. Dia ingin bicara dengan Peat. Peat tidak mau, tapi Kiew memaksa. Seperti biasa, Chaya (si tukang ikut campur) marah-marah pada Kiew karena mengganggu Peat. Setelah perseteruan panjang, Peat akhirnya meluapkan emosi. Semua heran dengan apa sebenarnya permasalahan Kiew dan Peat.
“Tentang apa ini? Ini mengenai kalau wanita ini sebenarnya adalah putri kandung ayahku!” teriak Peat memberitahu semuanya. Dan sekilas, terlihat wajah bahagia Chaya. “Inilah alasanku merayakannya! Tiba-tiba saja aku punya adik dari ibu berbeda di rumahku sejak dulu! Bukankah aku harusnya merasa bahagia? Tidak, ini menyedihkan!”
“Nai-Peat! Berhenti menghina ayah dan ibuku untuk sekali! Tidak ada yang ingin berbuat salah! Semuanya adalah masa lalu. Hal yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah menerima kenyataannya! Dan memberikan kesempatan untuk memulai awal yang baru lagi. dan melakukan hal yang benar untuk satu sama lain!”
Chaya malah ikut campur dan mengusir Kiew keluar. Kiew tidak mau, dan lagipula ini urusan keluarga, Chaya tidak perlu ikut campur. Si gila Chaya malah emosi dan Kris langsung menariknya pergi ke depan. Sementara Pa, dia segera menarik Katha ke belakang.
Katha di tarik ke belakang malah berkomentar sakit tangannya di tarik-tarik (hahaha!). Pa kesal karena tarikannya tidak akan membuat tangan Katha patah. Katha malah dengan polos tanya lagi, ngapain dia di tarik ke belakang? Pa menjelaskan kalau mereka harus memberikan waktu Peat dan Kiew bicara berdua karena ini adalah masalah keluarga.

Chaya marah-marah pada Kris karena di tarik keluar oleh Kris. Walau Kris sudah menjelaskan untuk memberikan waktu bicara pada Peat dan Kiew, Chaya tetap tidak setuju dan ingin ikut campur!
“Chaya! Ini masalah keluarga. Orang luar seperti kita tidak boleh ikut campur!”
“Aku bukan orang luar!” teriak Chaya (isshhh… geram kali lihat si Chaya ini. Nggak sadar diri sekali!!!)
“Kau hanya teman. Tapi, Kiew adalah saudaranya!”
Chaya tersenyum, “Benar juga. Dia adalah saudara.”
“Kau bisa tenang sekarang, kan? Karena kau tahu kalau Kiew adalah adik Peat.”
Chaya tersenyum.

Kiew dan Peat bertengkar. Kiew menegaskan pada Peat kalau harusnya dia lah yang merasa marah pada Khun Nai daripada Peat. Selama ini, dia tidak tahu kalau ayahnya masih hidup, dan ayahnya menelentarkannya karena peduli pada perasaan Peat! Peat tetap keras kepala dan menuduh Kiew menyebutnya sebagai orang jahat.
“Aku hanya ingin kau melihat dari sudut pandang orang lain juga,” jelas Kiew.
Peat terus menggila. Kiew berteriak menyuruh Peat untuk sadar dan berpikir jernih tanpa melibatkan emosi. Peat benar-benar dalam keadaan tidak stabil, dan dia memperingatkan Kiew untuk pergi menjauh darinya sebelum dia menyakiti Kiew. Kiew malah menantang Peat untuk menyakitinya kalau mau! Dia akan terus ada di sini sampai Peat tenang dan bisa bicara baik-baik dengannya.
“Aku sudah memperingatkanmu!” kata Peat.


Dia mendorong tubuh Kiew ke lantai. Dan setelah itu, Peat menggunakan tangannya menghancurkan semua gelas dan botol yang ada di atas meja. Kiew sampai ketakutan. Peat benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya.

Suara botol dan gelas pecah terdengar oleh semuanya. Dengan panik, mereka berlari masuk dan melihat kekacauan yang di buat Peat. Peat mengusir Kiew sekali lagi, tapi Kiew tetap bersikeras tidak mau pergi. Peat sebenarnya nampak bersalah karena sudah menakuti Kiew, tapi dia menyembunyikannya. Dia memilih pergi dan memperingati Kiew untuk tidak mengikutinya.
Peat pergi menggunakan motornya.

Pa menyadari kalau tangan Kiew berdarah terkena pecahan gelas. Kris segera memerintahkan Katha untuk mengambil kotak P3K. Katha segera pergi dan membawakan kotak P3K. Kris langsung mengobati tangan Kiew.
“Kriss, jangan! Biarkan temannya saja yang obati,” larang Chaya (Aisshhh… kau kira Kriss budakmu apa? Bisa di suruh-suruh seenakmu aja!)
“Temanku, aku bisa menjaganya sendiri,” balas Pa dengan kesal.
“Tidak masalah, aku yang akan mengobati,” ujar Kriss.
“Chaya, biarkan Kris. Jika Kris mau melakukannya, biarkan dia lakukan,” ujar Chaya.
“Meskipun aku orang luar, tapi aku tidak pernah menyakiti Peat. Tidak seperti orang di keluarganya yang terus menerus menyakiti Peat! Mau kau buat Peat terluka sampai seperti apa baru kau bisa puas?! Jika aku adalah Peat, aku tidak akan pernah menerimamu sebagai adikku!” maki Chaya.
Kriss langsung berteriak karena Chaya sudah kelewatan. Emosi Pa juga tersulut, tapi Kiew memberi tanda pada Pa untuk tidak melawannya. Kiew sudah cukup terluka dan stress dengan semuanya.
--

Saat keluar dari café, Kiew tidak bisa menahan kesedihannya dan menangis. Pa khawatir melihatnya dan bertanya apa luka Kiew sangat sakit? Kiew akhirnya jujur karena dia merasa tertekan. Pa dengan sabar menyuruh Kiew untuk menangis, luapkan semuanya hingga perasaan Kiew menjadi lebih baik.
--

Katha, Kris dan Chaya masih di dalam café. Chaya terus berusaha menghubungi Peat, tapi tidak di angkat. Kriss menyarankan Chaya untuk tidak menelpon lagi karena mungkin Peat ingin sendirian saat ini. Chaya malah menuduh Kriss yang tidak khawatir pada Peat, dan hanya peduli pada Kiew. Katha angkat bicara kalau dia setuju dengan Kriss, Peat butuh waktu sendiri saat ini. Chaya tidak bisa berkomentar lagi.
--

Kiew sudah pulang ke rumah. Dia melihat lonceng angin hadiah Peat padanya dulu yang masih tergantung di pohon. Kiew merasa sedih.
Khun Nai juga merasa sedih dengan semua yang terjadi. Dia bingung harus bagaimana agar Peat bisa memaafkannya. Khun Nai ingin menelpon Peat, tapi dia penuh dengan keraguan. Akhirnya, dia malah tidak menelpon.
Peat dalam emosi tidak stabil. Dia ngebut di jalanan.
Kiew memutuskan untuk melepaskan lonceng angin tersebut.
Sebuah mobil melintas, dan Peat tidak sempat nge-rem.
Brak!!! Tabrakan terjadi.
Prangg!! Lonceng angin Kiew terjatuh dan pecah.

Peat terjatuh dari motor dan tidak sadarkan diri. Tangan Kiew terluka saat hendak memungut pecahan lonceng angin. Seolah itu adalah pertanda buruk.
Khun Nai mendapat telepon dari ponsel Peat. Yang menelpon memberitahu kalau pemilik ponsel (Peat) mengalami kecelakaan dan berada di rumah sakit.

Khun Nai dengan panik pergi ke kamar Kiew dan memberitahu kecelakaan Peat.
Peat di bawa masuk ke ruang ICU.


4 Comments

  1. Kak lanjut terus jangan lama” buat post yg terbaru yaa kak suka banget ama lakorn yg satu ini apalagi tulisan kak mudah dimengerti dan aku pengunjung setia blog kak jadi yg semangat yaa kak buat nulis sinopsis nya☺️☺️

    ReplyDelete
  2. Smangat min...makin pnasaran ceritanya...jng lma2 ya lnjutannya

    ReplyDelete
  3. Suka2😄😄,lanjut trus yg semangat ya

    ReplyDelete
  4. Makasiii kakak...suka banged sama lakorn ini
    Blog ini juga

    ReplyDelete
Previous Post Next Post