Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin)
Episode 10 – 2
Images : Channel 3
Khun Nai, Kiew dan Tee tiba di rumah sakit.
Mereka benar-benar cemas dan berharap Peat baik-baik saja. Kriss, Katha dan
Chaya juga tiba di rumah sakit. Mereka juga cemas dengan keadaan Peat.
Dan Chaya (biang masalah) malah menampar Kiew
di depan Khun Nai (nggak ada sopan santun), dia juga memarahi Kiew sebagai
seorang pembunuh jika terjadi sesuatu pada Peat. Kris dan Katha langsung
menahan Chaya dan menegurnya untuk tidak menyalahkan siapapun. Chaya terus
menggila dan memaki Kiew sebagai perusak kebahagiaan Peat.
“Jika kau ingin menyalahkan seseorang, maka
salahkan aku,” tegas Khun Nai.
Katha segera menarik Chaya dan menyuruhnya
duduk. Chaya melawan dan hendak menghampiri Kiew lagi. Katha yang biasanya
tenang, langsung berteriak menyuruh Chaya untuk duduk! Sementara Kriss, dia
meminta maaf pada Khun Nai atas sikap Chaya.
Kiew menangis sedih dan Khun Nai
menenangkannya.
Dokter memeriksa kondisi Peat, dan kondisi
Peat dalam keadaan kritis. Peat mengalami patah tangan, tulang rusuk,
pendarahan organ dalam dan luka internal lainnya yang membuat Peat dalam
kondisi koma. Dia harus segera di
operasi.
“Jika
kau sadar, aku janji akan lebih sabar dan berbicara dengan baik padamu. Tapi
kau tidak bisa meninggalkan hidupku seperti ini,” mohon Kiew dalam hati.
Dokter keluar dan menyampaikan kondisi Peat
yang dalam kondisi kritis. Peat juga kehilangan banyak darah dan harus segera
di operasi. Sekarang ini mereka sedang kehabisan stock darah dan sedang
menghubungi rumah sakit lain untuk meminta persediaan darah. Jika mereka tidak
bisa menemukan stock darah secepatnya, pasien mungkin akan meninggal.
“Aku ayahnya. Dapatkah kau menggunakan
darahku? Golongan darahku A.”
“Golongan darah pasien adalah B,” beritahu
dokter.
Mata Tee terbelalak mendengar golongan darah
Peat adalah B. sementara Khun Nai hanya bisa meminta dokter melakukan yang
terbaik untuk keselamatan Peat. Dokter mengangguk dan masuk kembali ke dalam
ruang operasi.
Khun Nai benar-benar lemas dan cemas dengan
kondisi Peat. Begitu pula dengan Kiew.
“Jika sesuatu terjadi pada Peat, seluruh harta
warisan akan menjadi milimu. Ini rencana mu, kan? Kau sungguh jahat!” maki
Chaya.
“Aku tidak pernah ingin hal seperti ini
terjadi,” bela Kiew. “Jika Peat pulih, aku akan pergi dari hidupnya!”
Khun Nai kaget mendengar perkataan Kiew.
Sementara Chaya malah menyebut Kiew pembohong karena Kiew pasti tahu kalau Kiew
tidak akan pernah sembuh, kan?
“Sudah cukup, Chaya,” tegur Kriss. “Kenapa kau
malah menyumpahi Peat? Dan ini juga bukan saatnya mencari siapa yang salah! Kau
hanya membuat segalanya bertambah buruk! Perkataanmu menyakiti setiap orang!”
“Aku mengatakan ini agar semuanya sadar kalau
semua hal buruk yang terjadi pada Peat karena dia!” (Ampun lho, kalau aku ada
di situ, entah udah ku apain mulut si Chaya ini).
Kiew terluka mendengar perkataan Chaya dan
pergi menjauh. Khun Nai hendak mengejarnya, tetapi Kriss berkata dia yang akan
menenangkan Kiew. Chaya melarang Kris
untuk pergi.
“Ini urusanku. Jangan ikut campur,” tegas
Kriss.
Chaya tidak terima dan hendak ikut Kriss, tapi
Katha menahannya.
“CHAYA! Kau masih ingin di sini atau kau ingin
ku seret keluar?” marah Katha (aku suka padamu, Katha!!) “Daripada menggunakan
waktumu untuk mendoakan Peat, kau malah mencari masalah dengan orang lain
seperti ini!! Apa itu bagus, hah?!”
Kiew menangis dan memikirkan kata-kata Chaya.
Dia jadi merasa kalau semua adalah salahnya. Kris menghampirinya dan berusaha
menghibur Kiew. Semuanya adalah kecelakaan dan bukan salah siapapun. Peat
adalah orang yang sulit mati, jadi dia pasti selamat.
“Tapi, aku takut,” ujar Kiew.
Kriss menenangkan Kiew dan mengajaknya untuk
kembali menunggu Peat di depan ruang operasi.
Operasi Peat di mulai. Dokter berusaha
semampunya walau dalam beberapa saat kondisi Peat terkadang drop. Setelah operasi panjang selama ber
jam-jam, akhirnya Peat berhasil melewati masa kritis. Namun, kondisinya masih
harus di pantau untuk 24 jam ke depan. Semua merasa lega mendengarnya.
Dan Chaya, malah menatap Kiew dengan penuh
kebencian.
Kiew pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka.
Dia tampak benar-benar lemas. Dan tiba-tiba, Chaya muncul dan langsung
mendorong wajah Kiew ke dalam wastafel yang menyala. Dia membenamkan wajah
Kiew, atau berusaha membunuhnya (?)
“Peat selamat! Tapi itu tidak berarti kalau
kau bisa selamat juga! Kau harus merasakan rasa sakit yang Peat alami saat
berada di antara hidup dan mati!” tekan Chaya.
Kiew berhasil melepaskan diri dari bengkeman
Chaya.
“Ingat! Aku bisa melakukan apapun untuk
melindungi Peat! Membunuhmu… aku juga bisa melakukannya!” tegas Chaya dan
keluar dari kamar mandi (psikopat kau Chaya!! Aku mau tahu alasan Chaya bisa
sampai cinta mati sama Peat hingga tergila-gila seperti ini!)
Khun Nai melihat Peat dengan cemas. Kiew
keluar dari kamar mandi dan meminta tissue pada suster. Setelah membersihkan
sedikit mukanya, dia menghampiri Khun Nai. Khun Nai jelas heran melihat wajah
Kiew yang basah dan juga rambutnya. Kiew berbohong kalau dia hanya mencuci
muka.
“Jangan merasa bersalah,” pinta Khun Nai.
“Tapi, aku…”
“Aku. Akulah yang memulai semua ini,” tegas
Khun Nai.
Mereka berdua berdiri menatap Peat yang belum
sadarkan diri.
--
Kiew, Khun Nai dan Tee pulang ke rumah. Taeng langsung
menyambut mereka dan bertanya keadaan Peat. Kiew yang menjelaskan padanya kalau
operasi Peat berhasil, dan kalau tidak ada komplikasi, Peat besok mungkin sudah
sadar.
Khun Nai pergi ke ruang kerja-nya. Dia menghela
nafas memikirkan keadaan Peat. Tee menghampirinya dan Khun Nai langsung curhat
padanya mengenai penyesalannya atas cintanya pada Khun Sa. Tee mengemukakan
pendapatnya kalau Khun Nai telah melakukan yang terbaik untuk memperbaiki
kesalahan di masa lalu. Tapi, Khun Nai tidak merasa demikian.
“Mungkin… bukan hanya Anda yang melakukan
kesalahan,” ujar Tee.
“Apa maksudmu?”
“Aku minta maaf. Ini… aku berani tidak mengatakan
hal yang ku curigai. Aku tidak ingin Anda merasa bersalah.”
Pas sekali Kiew lewat di depan ruangan Khun
Nai dan memutuskan untuk menguping.
“Apa yang kau curigai?”
“Mungkin bukan hanya Anda saja yang tidak setia.
Khun Panee juga sama.”
“Tee, apa maksudmu?”
“Khun Nai, Anda bergolongan darah A. Dan Khun
Panee, dia bergolongan darah O. Anak yang lahir, harusnya hanya bergolongan darah
A atau O. Tidak mungkin bisa bergolongan darah B,” jelas Tee.
Khun Nai langsung teringat saat dokter
mengatakan kalau Peat butuh golongan darah B. Tapi, tidak mungkin kalau Peat
bukan anaknya. Selama Panee melahirkan, dia selalu mendampingi Panee dan bahkan
bersuka cita atas kelahiran Peat.
“Kau mau bilang, Peat bukan putraku?”
Hal itu terdengar oleh Kiew.
Khun Nai bersikeras kalau Peat adalah anaknya,
dan mengenai golongan darah yang berbeda, itu tidak bisa membuktikan apapun. Tee
akhirnya memberitahu sebuah rahasia yang selama ini ayahnya jaga.
Flashback
Ayahnya
pernah meminta Tee untuk menjaga sebuah rahasia yang Khun Nai juga tidak tahu. Dan
Tee harus menjaga rahasia ini hingga tiba saatnya Tee harus mengungkapnya.
Jadi,
dulu, saat Khun Nai meninggalkan Khun Panee di malam pernikahan mereka untuk pergi
menemui Khun Sa, Khun Panee terus menangis. Dia menelpon seorang pria dan
terlihat oleh ayah Tee. Pria itu datang dan bertanya apa yang terjadi. Khun
Panee menangis dan memberitahu kalau Khun Nai meninggalkannya di malam pernikahan
mereka. Dia tahu kalau pria itu mencintainya, karena selalu datang untuk
menghiburnya saat dia merasa sedih karena Khun Nai. Pria itu tidak membantah
dan membenarkan. Khun Panee memohon pada pria itu untuk membawanya pergi dari
rumah dan menemaninya.
End
“Chaiwat? Tidak mungkin. Chaiwat adalah
temanku. Dia tidak mungkin mengkhianatiku!” tegas Khun Nai.
Tee akhirnya menyarankan untuk melakukan tes
DNA agar lebih pasti. Khun Nai menolak, dia tidak akan melakukan test DNA dan menganggap
Peat sebagai anaknya.
BERSAMBUNG
Tags:
Pink Sin
Waduuhh makin penasaran ni critanya....Lanjut min jng lama2 ya😍😍😍
ReplyDeleteLanjut dong kaya kemaren langsung 3 episode sekaligus....
ReplyDeleteLanjut min, makin penasaran pengen cepet beres.
ReplyDeleteMakasihh makasihhh..
ReplyDeleteLanjut kak udah penasan kali nih ama ceritanya
ReplyDelete