Network: TV
Asahi
Azu
mengambil jemuran pakaian yang telah kering, lalu dia masuk ke dalam rumah dan
melipatnya. Junpei berdiri didepan Azu dan memberitahu bahwa Suami Rina
mengancamnya untuk keluar dari pekerjaannya, jadi dia berpikiran untuk kembali
ke Tokyo dan mencari pekerjaan baru.
Azu
berhenti melipat pakaian, dan dia menanyakan apa Junpei tidak bahagia
dengannya. Junpei langsung berlutut, dia meminta maaf dengan tulus atas
kesalahan yang telah dilakukannya, dan dia memohon agar Azu mau memaafkannya.
“Itu
saja?” gumam Azu pelan. Junpei bergerak maju untuk memegang tangan Azu, tapi
Azu langsung mengelak dan mengatakan jangan menyentuhnya.
“Tidak
peduli apapun yang kamu katakan. Apa alasanmu. Yang penting adalah kamu mengkhianati
aku tidak akan pernah berubah,” balas Azu.
Azu
menceritakan perasaannya, setiap minggu dia dan Nanaka akan menunggu Junpei
pulang. Dan ketika itu, dia akan sibuk memikirkan makanan apa yang harus
dimasak, kemana mereka harus pergi berjalan- jalan, jenis hal seperti apa yang
harus di bicarakan. Itu semua karena dia percaya bahwa Junpei yang sedang jauh
disana sendirian, sedang melakukan yang terbaik. Tapi Junpei malah
mengkhianatinya seperti ini.
“Aku
minta maaf. Maaf. Aku akan langsung pulang ke rumah setiap hari, dan menemanin keluarga
ku! Aku tidak mau kehilangan kamu dan Nanaka! Sekali saja, hanya sekali saja,
mari kita mulai dari awal lagi,” pinta Junpei dengan sangat menyesal.
Azu
diam menatap Junpei selama sesaat. Lalu dia mengatakan dengan pelan bahwa ini
sudah berakhir, jadi Junpei jangan pernah pulang ke rumah ini lagi, karena dia
tidak ingin melihat wajah Junpei lagi. Dan Junpei terdiam tidak bergerak.
“Tolong
pergilah!” tegas Azu, lalu dia membawa keranjang pakaian nya dan masuk ke dalam
kamar.
Reika
menghubungin Azu untuk melakukan reservasi hari ini, tapi karena sedang banyak
masalah, maka Azu menolak. Seperti mengetahui apa yang terjadi, Reika
menanyakan ada masalah apa, tapi Azu tidak mau memberitahu. Lalu Reika menyaran
kan agar Azu untuk menarik nafas, dan menenang kan diri dengan pergi keluar
serta bersantai.
“Ya.
Terima kasih banyak,” kata Azu menanggapi dengan datar.
“Oh
ya, minggu ini ada seminar Nail, kan? Kamu punya pekerjaan. Pekerjaan tidak
akan pernah mengkhianati kamu,” kata Reika mengingatkan mengenai pria di app
nya.
Azu
mendengus pelan. Dan seperti tahu banyak hal, Reika membahas tentang adik Azu
yang pernah bercerai sekali. Lalu dengan heran, Azu pun bertanya darimana Reika
tahu, tapi Reika tidak mau memberitahu dan dia mematikan sambungan telpon.
Reika
memberi makan ikan kecil yang dipelihara nya.
Malam
hari. Saat makan malam. Nanaka dengan gembira mengatakan bahwa minggu depan dia
mau pergi ke taman bermain bersama dengan Papa. Dan mendengar itu, Azu langsung
tidak bersemangat.
“Nanaka.
Papa ada pekerjaan minggu depan. Jadi mari pergi dengan Mama saja, ya,” kata
Azu sambil berusaha untuk tersenyum di depan Anaknya.
Dirumah.
Rina melipat pakaian sambil menonton video CCTV nya yang menampilkan seorang
wanita yang tidur sendirian didalam kamar. Lalu tepat disaat itu, Suaminya
pulang, jadi dia langsung berhenti menonton.
“Dasar
wanita kotor!” keluh si Suami sambil melepaskan jasnya.
Rina
memengangin jas suaminya, dan dengan suara pelan, dia menanyakan apa sekarang
mereka akan bercertai. Dan si Suami menjawab bahwa itu tergantung kepada Rina,
jika tidak ada anak2, maka dia pasti sudah mengusir Rina.
Rina
berlutut di depan suami nya dan memohon,”Tolong biarkan aku hidup seperti tidak
ada yang terjadi. Aku tidak akan mengatakan apapun, bahkan jika mulutku robek.”
“Baiklah.
Kemudian hanya lihat padaku saja dimasa depan! Juga, lakukan hal yang sesuai!
Kamu, jika aku mengusirmu, bagaimana kamu akan hidup? Kamu tidak punya
pekerjaan, tidak ada latar pendidikan, tidak ada keluarga untuk bergantung,
kamu tidak berguna. Semuanya itu BERTERIMA KASIHLAH PADAKU!!” kata si Suami
dengan sikap yang kasar kepada Rina. Dia tampak seperti sangat posesif kepada
Rina, sekaligus memandang rendah Rina.
Rina
berdiri dan menggantungkan jas suaminya. Lalu dia berniat untuk masuk ke dalam
kamar, tapi si Suami dengan nada tajam langsung mengingatkan Rina. Yaitu jika
suatu saat mereka bercerai, maka dia yang akan membawa anak2.
“Kamu
bahkan tidak pernah menukar popok mereka, bagaimana kamu akan membesarkan
mereka?” tanya Rina dengan terkejut.
“Aku
tidak akan pernah menyerahkan anak2 ku, tidak peduli apa! Aku tidak akan
membiarkanmu menemui mereka, jika kita bercerai!” ancam si Suami.
Ketika
Rina telah masuk ke dalam kamar. Si Suami memandang ke arah ruang tamu dengan
raut wajah terluka. Dia mengingat bagaimana Rina menyelingkuhinnya dan
bermesraan dengan Junpei disana. Lalu setelah menghabiskan minumannya, si Suami
pun masuk ke dalam ruang tamu dan menghancurkan semua yang ada disana dengan
marah.
Didalam
kamar. Azu berusaha untuk tidur, tapi dia tidak bisa. Jadi dia pun membersihkan
semua peralatan Nail nya.
Dikantor.
Junpei mengingat perkataan suami Rina yang mengancamnya untuk berhenti dan
meninggalkan kota ini. Tepat disaat itu, Suami Rina menelponnya, dan dengan
menyesal Junpei meminta maaf, lalu dia menjelaskan bahwa jika semua persiapan
telah selesai, maka dia akan segera berhenti. Namun suami Rina tidak mau
menunggu.
“Semua
hal yang kamu lakukan. Aku akan membongkar semuanya ke perusahaanmu, teman mu,
bos mu, dan bawahanmu!” ancam Suami Rina.
“Aku
mengerti,” jawab Junpei dengan pelan.
Junpei
menghampiri Rina dan menanyakan apa yang terjadi kepada penggelangan tangan
Rina, karena itu memakai perban. Sambil tersenyum Rina menyembunyikan lukannya
tersebut dan mengatakan bahwa dia baik2 saja.
“Aku
benar2 merasa bersalah. Maaf,” kata Junpei dengan menyesal.
“Jangan
khawatir,” balas Rina. Lalu dia mendekat dan memeriksa luka di wajah Junpei.
Junpei
sedikit menghindar ketika Rina menyentuh wajahnya. Kemudian Rina menanyakan
kondisi keluarga Junpei serta Istri Junpei sekarang. Dan dengan jujur, Junpei
menceritakan bahwa Istrinya tidak mau dia pulang ke rumah lagi. Lalu dengan
sikap terkejut, Rina menutup mulutnya.
“Aku
tidak berhak mengatakan ini, tapi… Mari kita kembali ke keluarga masing2. Aku
tahu ini kedengaran egois,” kata Junpei.
“Aku
akan terus bekerja di sini. Tidak apa. Jadi aku bias menjaga anak ku,” kata
Rina sambil tersenyum senang.
“Dia
tidak akan membiarkan kita berada di kota yang sama. Jika dia mengetahui bahwa
kita bekerja di perusahaan yang sama…”
Sebelum
Junpei menyelesaikan perkataannya, seorang karyawan datang. Sehingga mereka
berdua berhenti mengobrol. Dan Rina pergi masuk ke dalam perusahaan.
Azu
pergi ke kantor pengadilan. Untuk meminta surat perceraian.
Saat
melihat Azu yang berjalan melewati salonnya dengan wajah yang tampak lelah,
maka Haru mendekatinya dan menanyakan apa yang terjadi. Lalu mereka pergi ke
café, dan disana Azu menceritakan semua masalahnya.
“Azu,
kamu mungkin terluka, tapi kamu mesti pikirkan cara untuk memulai dari awal
lagi sekarang, kan?” tanya Haru.
“Aku
ingin bercerai,” gumam Azu. Dan mendengar itu, Haru merasa sedikit terkejut.
Haru
menasehati Azu untuk memikirkan tentang Nanaka, serta sekarang Junpei telah
kehilangan pekerjaan nya yang benar2 berharga yang telah dikerjakan nya selama
bertahun- tahun, jadi sekarang Junpei pasti sangat memerlukan dukungan dari
Azu.
“Itu
tidak ada hubungan nya dengan ku,” gumam Azu, tidak peduli.
“Aku
tahu ini sulit dimaafkan. Tapi coba pikirkan, setiap orang bisa berbuat salah,”
kata Haru, memberikan nasihat.
“Setiap
orang? Pastinya itu bukan aku. Dia mengkhianati ku dan berbohong padaku. Tapi
satu hal yang paling tidak bisa ku maafkan, yaitu Junpei mencintai dia sebagai
seorang Wanita,” kata Azu dengan sedih dan terluka.
Dalam
perjalanan pulang, Azu mengingat nasihat
terakhir yang Haru katakan padanya. Haru merasa senang karena Azu memiliki
pekerjaan, sehingga Azu bisa memilih jalan hidupnya. Dan Haru mengingatkan agar
Azu berhati- hati kepada Rina, karena wanita yang terlalu terobsesi kepada
Junpei itu dan rela bekerja di tempat Junpei itu, wanita seperti itu terlalu
menakutkan.
Didalam
rumah. Azu menatap kertas perceraian. Lalu seperti teringat sesuatu, Azu
membuka buku catatan nya. “Hari ini?” gumamnya.
Tags:
Holiday Love