Network: TTV
Walaupun
masih merasa sangat kelelahan, tapi Da Feng memilih mengikuti Fu An yang tampak
sangat panik sekali. “Gadis desa. Jangan menakuti dirimu sendiri. Mereka pasti
baik- baik saja,” teriak Da Feng memanggil Fu An.
Fu
An mengabaikan panggilan Da Feng dan terus berjalan dengan cepat. Namun karena
saking terburu- burunya, dia sampai jatuh berkali- kali tersandung kaki sendiri.
Dan Da Feng pun membantu Fu An untuk berdiri. “Apa yang harus dilakukan?
Keluargaku hanya tinggal nenek dan adikku saja. Apa yang harus ku lakukan jika
terjadi sesuatu kepada mereka?” kata Fu An dengan suara yang bergetar.
Para
warga desa bekerja sama untuk memandamkan api yang membakar rumah Fu An.
Kemudian ketika melihat kedatangan Fu An, kepala desa langsung memberitahukan
bahwa adik Fu An, dia baik- baik saja dan telah di bawa ke rumah sakit. Tapi
sayangnya, Nenek Fu An masih berada di dalam rumah.
Mendengar
hal tersebut, Fu An ingin menerobos api dan masuk ke dalam rumah untuk
menyelamatkan Neneknya. Tapi dengan sigap, Da Feng langsung menarik dan menahan
Fu An agar tidak melakukan hal berbahaya itu.
“Lepaskan
aku! Nenek ku sendirian di dalam sana! Pernahkah kamu memahami betapa
ketakutannya dia? Lepaskan aku!! Nenek ku membutuhkan ku! Aku mohon, lepaskan
aku!!” teriak Fu An sambil menangis dan memberontak untuk dilepaskan. Tapi
dengan sekuat tenaga, Da Feng menahan Fu An dan tidak mau melepaskannya.
Da
Feng teringat kenangan masa kecilnya. Flash
back. Dulu saat masih kecil, Da Feng pernah di culik oleh orang jahat. Dan
disaat itu, Da Feng berteriak,” Kakek! Kakek! Cepat datang dan selamatkan aku!”
teriaknya kepada Kakek yang sedang berbicara di telpon dengan si Pencuri.
Si
Pencuri meminta uang tebusan kepada Yun Gao sebagai gantinya dia akan
melepaskan Da Feng. Tapi Yun Gao tidak mau dan sama sekali tidak peduli dengan
Da Feng. “Kamu menangkapnya hari ini, kamu bisa melakukan apapun yang kamu
inginkan. Aku tidak akan pernah membayar satu sen pun.”
“Kakekmu
tidak akan datang dan menyelamatkanmu,” kata si Pencuri memberitahu Da Feng.
Dan mengetahui hal tersebut, Da Feng merasa sangat marah dan dendam pada Yun
Gao.
Flash back end.
Api
telah berhasil di padamkan. Kemudian setelah itu, para warga desa membawa
keluar mayat Chun Xiang yang telah meninggalkan dunia ini. Dan dengan sedih
serta syok, Fu An meneteskan air matanya melihat mayat Chun Xiang yang telah
tiada.
“Nenek.
Nenek. Nenek. Nenek,” panggil Fu An sambil mengocangkan tubuh Chun Xiang. Dia
berharap agar Nenek terbangun, tapi sayangnya, Chun Xiang telah benar- benar
meninggalkan dunia ini.
“Jika
ada orang yang disalahkan, itu tikus hutan yang mengambil tanaman liar Antrodia
Cinnamomea. Jika tidak, maka tidak mungkin api akan menyala,” kata Kepala Desa,
ikut berduka.
Fu
An merasa sangat sedih dan menyesal. Dia meminta maaf kepada Chun Xiang, karena
dia telah membawa Antrodia Cinnamomea pulang ke rumah. Jika dia tidak melakukan
itu, maka ini semua tidak akan terjadi.
“Berhenti
menyalahkan dirimu sendiri. Itu salah tikus hutan. Dan tidak peduli berapa
banyak kamu menangis, Nenek mu tidak akan kembali hidup. Orang mati tidak bisa
mendengar apapun,” hibur Da Feng, ikut berduka.
Fu
An menatap tajam ke arah Da Feng, lalu dia menampar Da Feng dengan keras. “Itu
karena orang sepertimu, maka tikus hutan ada. Aku tidak ingin melihatmu!
Pergi!” teriak Fu An dengan marah sambil mendorong agar Da Feng pergi.
Da
Feng tampak merasa bersalah, dia berdiri diam di sana. Tepat disaat itu,
telponnya berbunyi, dan itu telpon dari Zhen Zhen.
Dengan
girang, Zhen Zhen memberitahu Da Feng bahwa dia telah berhasil mendapatkan
Antrodia Cinnamomea yang mereka cari. Tapi Da Feng sama sekali tidak fokus dan
tidak mendengarkan hal tersebut.
“Halo?
Da Feng? Da Feng?” panggil Zhen Zhen, menyadarkan Da Feng.
“Aku
bilang, tentang Antrodia Cinnamomea. Aku sudah mendapatkannya untukmu. Kamu
bisa pergi untuk mengambilnya sekarang,” jelas Zhen Zhen.
“Sekarang?”
balas Da Feng.
“Tentu
saja. Ini harus dilakukan untuk ulang tahun ke 80 thn kakek mu. Jadi kamu harus
segera mendapatkannya, sehingga kamu akan merasa lega,” jelas Zhen Zhen. Dan
mendengar itu, maka Da Feng pun mengiyakan.
Kepala
desa membiarkan Fu An yang berdiri diam di depan rumah. Dia pergi meninggalkan
Fu An yang tampak ingin sendirian. Melihat itu, Da Feng mendekati Fu An.
“Aku
akan memberikan mu jam tangan ini. Jika kamu mengenakannya, mungkin ini akan
membantu mu,” kata Da Feng sambil memasangkan jam tangannya di tangan Fu An.
“Tidak
perlu,” balas Fu An sambil mengangkat tangannya.
“Adikmu
memerlukannya kan?” balas Da Feng, memaksa agar Fu An menerimanya. “Tidak
peduli apa, adikmu masih hidup. Aku pergi. Dan aku minta maaf,” kata Da Feng,
lalu pergi.
Fu
An diam menahan air matanya yang kembali ingin menetes.
Dirumah
sakit. Dokter memberikan kotak surat yang Chun Xiang pegang sebelum dia mati. Kotak
itu berisikan rahasia Chun Xiang yang telah dirahasiakan dari Fu An serta Pi
Dan sejak lama.
Fu
An membuka kotak itu dan membaca surat yang berada didalamnya. Surat itu adalah
laporan mengenai kanker paru- paru yang Chun Xiang derita, dan yang selama ini
disembunyikannya. Mengetahui itu, Fu An merasa semakin sedih dan menangis.
“Kak,
jangan menangis lagi. Nenek meninggalkan surat untukmu,” kata Pi Dan. Kemudian
Fu An mengambil surat yang berada di dalam amplop, dia membuka surat itu dan
membacanya.
Fu An. Dua bulan lalu, jam yang
tidak lagi berdetak selama 40 tahun, secara ajaib mulai bekerja lagi. Aku tahu
bahwa tidak banyak waktu yang tersisa lagi. Jadi sejak kamu membaca surat ini,
jangan merasa bersalah…
… Untuk memiliki hari yang bahagia
dan kenangan dengan Wang Cai, aku sudah sangat senang. Jadi bahkan sebelum aku
menutup mataku, aku masih berpikir bahwa aku sangat terbekati. Dimasa depan,
ketika kamu bertemu seseorang yang benar- benar kamu cintai. Kamu akan mengerti
perasaanku. Bertemu Wang Cai adalah saat terbesarku…
… Tapi yang paling aku cintai,
adalah kamu dan Pi Dan. Sejak kalian muda, kalian tidak memiliki orang tua, dan
hanya bisa hidup susah dengan ku. Aku benar- benar berterima kasih kepada Tuhan
untuk memberiku sepasang anak yang manis dan penurut…
… Kalian memberiku banyak
kebahagiaan. Aku tidak akan pernah melupakannya…
… Aku pikir Tuhan terlalu cemburu
padaku, membiarkan hari- hari bahagia kita begitu singkat. Di masa depan,
ketika aku pergi, kalian berdua harus saling menjaga dan mendukung satu sama
lain. Apa kamu mengerti? Tidak peduli berapa banyak rintangan yang kamu temui,
kamu harus menghadapinya dengan harapan dan keberanian. Bersyukurlah dan jangan
berpikiran untuk balas dendam. Ingat, kebaikan adalah berkat terbesar. Aku akan
memperhatikan mu dari surga…
… Jika Wang Cai kembali, tolong
kembalikan jam ini kepadanya. Beritahu padanya, aku benar- benar minta maaf,
karena aku berjalan mendahului dia. Aku benar- benar ingin bertemu dia sekali
lagi. Aku percaya, dia akan datang mencariku.
Selesai
membaca surat tersebut, Fu An menangis terisak- isak. Tapi Pi Dan yang sama
sekali tidak mengerti apapun, dengan polosnya dia meminta agar Fu An segera
membangunkan Nenek, karena dia tidak ingin Nenek meninggal.
Lalu
tanpa menjawab dan mengatakan apapun, Fu An memeluk Pi Dan dan menangis.
Kemudian seperti mengerti, Pi Dan ikut menangis.
“Jangan
menangis. Aku disini,” kata Fu An sambil menahan tangisnya.
Da
Feng bertemu dengan si Penjual Antrodia Cinnamomea. Setelah memastikan bahwa
itu barang yang benar, Da Feng pun menuliskan cek dan memberikannya kepada
mereka. Lalu teringat akan Fu An yang menderita karena para tikus pencuri. Maka
Da Feng pun menjadi kesal dan marah, dia lalu memukuli si Penjual sekali dengan
kuat.
Sebenarnya
si Penjual heran dan marah, tapi karena tidak ingin membuat masalah dengan Da
Feng yang telah memberikan banyak uang kepadanya. Maka dia pun pergi begitu
saja meninggalkan Da Feng.
Da
Feng merasa bersalah kepada Fu An. Namun disatu sisi dia teringat perkataan
Zhen Zhen dan posisi ahli waris. Jadi dia pun menyimpan Antrodia Cinnamomea ke
dalam jok mobilnya.
“Benar.
Tidak peduli betapa banyaknya aku berkorban. Aku harus mendapatkan posisi
penerush bisnis,” gumam Da Feng, mengeraskan hatinya.
Tags:
Easy Fortune Happy Life