Sinopsis C-Drama : Emperors and Me Episode 20 - 1


Sinopsis C-Drama : Emperors and Me Episode 20 - 1
Images by : Mango TV
Pagi-pagi, Murong pergi menemui Guo Yan. Dia menanyakan alasan Guo Yan berteriak menyuruh Qin Shang memberikan kalung giok kepada Luo Xi saat mereka dalam bahaya kemarin.
“Karena aku tahu, hal itu bisa membuat kira melompati waktu ketika kalung giok itu berada dalam genggaman Luo Xi. Mungkin, kita bisa selamat kemarin dengan bantuan Luo Xi melompati waktu.”
“Maksudmu, lompatan waktu ada hubungannya dengan kalung giok itu?”
Guo Yan membenarkan. Dia mulai menjelaskan analisa-nya. Dimana setiap lompatan waktu terjadi ketika pergelangan tangan Luo Xi (yang ada tanda lahir) menyentuh kalung giok itu. Murong bertanya lagi, jika Guo Yan sudah tahu bagaimana lompatan waktu itu terjadi, kenapa tidak memberitahu mereka?
“Jika aku memberitahu kalian, Luo Xi akan mencoba melukai dirinya agar bisa melompati waktu.”
“Guo Yan, kau adalah pria yang bersedia membahayakan dirimu untuk memuaskan rasa penasaranmu. Hal mengenai lompatan waktu ini sangat menarik, kenapa kau malah mengkhawatirkan keamanan Luo Xi dan tidak berani mencobanya?”
Guo Yan hanya diam saja, tidak menjawab pertanyaan Murong.
--

Luo Xi dan Le Xue sarapan berdua di restoran hotel. Tidak lama, Jingjing dan Fei Yan menghampiri mereka. Baru juga berbincang sebentar, Jingjing dan Fei Yan pamit pergi untuk melakukan hal lain.
Tinggallah lagi Luo Xi dan Le Xue berdua. Suasana terasa sangat canggung.
--
Qin Shang, Murong dan Guo Yan berkumpul untuk mendengarkan rekaman pembicaraan Luo Xi dan Le Xue kemarin malam. Mereka lah yang meletakkan ponsel di dalam kamar mereka dan diam-diam merekam pembicaraan mereka.

Mereka merasa kalau Le Xue sepertinya telah berbohong. Bagaimanapun Le Xue sudah hidup selama 1000 tahun, jadi tidak mungkin mengatakan rahasia sebenarnya. Tapi, mereka juga tidak bisa memaksanya karena Luo Xi pasti akan sangat marah. Sekarang ini, Luo Xi kan merasa amat bersalah dengan Le Xue. Satu-satunya cara adalah mereka harus mendekati Le Xue dan mengorek informasi mengenai ‘kuil’ yang Le Xue sebut.
--

Mereka bertiga bergabung sarapan dengan Luo Xi dan Le Xue. Mereka berbincang santai. Guo Yan membahas alasan kenapa pulau Penglai di sebut sebagai pulau keabadiaan, karena ada yang berkata kalau seorang abadi tinggai di sini. Dan juga ada kuil di sini.
“Kuil? Xue bukankah itu kuil yang kau bilang padaku kemarin malam,” tanya Luo Xi, terpancing. “Kau bilang ingin mencarinya kan? Kita bisa pergi bersama untuk mencarinya.”
“Tidak perlu. Aku bisa mencarinya sendiri.”
Murong membujuk Le Xue untuk membiarkan mereka membantu. Le Xue diam sesaat.
--


Dan pada akhirnya, mereka bersama-sama menuju kuil yang Le Xue cari itu. Mereka harus melalui jalan yang sangat sulit dan terus mendaki hingga ke atas puncak gunung.
--
Jingjing dan Fei Yan ke kamar Luo Xi dan terus memanggil Luo Xi, tapi tidak ada jawaban. He Mo tiba tidak lama kemudian dan bertanya apa mereka tahu dimana Luo Xi.
“Tidak tahu. Kami juga sedang mencarinya.”
“Kalau Qin Shang dan Murong Yu?”
Fei Yan menggeleng tidak tahu. Jingjing langsung marah mengira kalau Luo Xi membawa Murong pergi.
--

Setelah perjalanan yang sangat-sangat jauh, mereka tiba di atas puncak gunung yang di penuhi kabut. Ada sebuah pintu di sana. Tempatnya juga tidak mirip dengan kuil.
“Aku ke sini ketika masa dinasti Qi. Dan tidak ada satupun yang bisa membuka pintu ini sebelumnya,” jelas Le Xue. “Hanya Qin Shang yang bisa membukanya.”
Luo Xi langsung meminta Qin Shang untuk mencoba membukanya. Qin Shang maju, menekan dan memutar sebuah batu yang ada di pintu, dan pintu gerbang langsung terbuka.
Di dalamnya ada sebuah tugu. Tunggu ini adalah tugu yang sama seperti yang ada di mimpi Luo Xi dulu (baca kembali episode 01).
Semua masuk ke dalam sana. Tugu itu menjulang tinggi di langit. Hanya saja tidak ada pisau di depan tugu itu seperti yang ada di mimpi Luo Xi. Luo Xi menatap sekitar dan menyentuh tugu itu. Dan salju turun.
Tiba-tiba saja terjadi goncangan seperti gempa.


Dan semua seolah mendapatkan ingatan. Sama seperti yang ada di mimpi Luo Xi, mengenai seorang wanita manusia dan dewa waktu Pan Huan.
“Aku teringat sesuatu,” beritahu Qin Shang.
“Aku melihat kalau kita sebelumnya di sini menggunakan sihir memutar waktu,” lanjut Murog.
“Bagaimana kau bisa tahu?” tanya Qin Shang.
“Aku melihatnya juga,” jawab Murong.
“Tidak mungkin. Aku hanya melihat Luo Xi dan aku,” beritahu Qin Shang.
“Aku melihat Luo Xi dan aku,” beritahu Murong.
“Aku juga melihat hal yang sama,” ujar Guo Yan. “Pan Huan. Sihir memutar waktu untuk kembali untuk merubah takdir gadis manusia itu. Kemudian, ‘HunDun (The Mess)’ (Kekacauan) datang dan melukai Pan Huan. Gadis itu ingin melindungi Pan Huan, tapi dia terluka oleh HunDun. Pan Huan membekukan HunDun dengan hidupnya sendiri dan menyelamatkan gadis itu.”
“Luo Xi, kau juga melihat gambaran yang sama? Siapa yang ada di sana?” tanya Qin Shang dengan bingung.
“Aku pernah memimpikan hal ini sebelumnya. Itu terjadi di sini. Tapi, aku tidak ingat siapa orang di dalam mimpi itu.”
Murong melihat ke arah Xue yang memenjamkan mata. Dia menanyakan keadaan Xue, dan apa dia melihat sesuatu yang aneh? Le Xue menggeleng mengatakan tidak melihat apapun.

Guo Yan merasa curiga. Dia kemudian menatap ke tugu, dan melihat tempat yang seharusnya tertancap pedang, tapi tidak ada pedang di sana.
--
Pada akhirnya mereka kembali ke hotel. He Mo sudah menunggu mereka di lobby. Dan begitu melihat Xue, dia segera menghampirinya dengan penuh kerinduan dan mengenggam tangan Xue. Tapi, Xue menarik tangannya. He Mo sampai terdiam karena perlakuan kaget Le Xue. Di tambah lagi, Le Xue langsung minta izin untuk pulang ke rumah karena merasa lelah.
Luo Xi menawarkan untuk mengantar Le Xue, tapi Le Xue menolak dengan alasan rumahnya dekat dan dia bisa pulang sendiri. He Mo mengejarnya dan memanggilnya, tapi Le Xue mengabaikannya. Benar-benar mengabaikannya. Luo Xi menahan He Mo untuk tidak mengejar Xue, dan memberikan pengertian kalau mungkin Xue lelah setelah perjalanan jauh mereka. Tapi, He Mo benar-benar sedih dengan perlakuan Xue yang dingin padanya.
He Mo terus berjalan mengikuti Xue. Dan Luo Xi mengikutinya.
Sementara itu, Qin Shang dkk kembali ke kamar untuk mendiskusikan mengenai kuil tadi. Mereka merasa ada yang aneh terutama mengenai mereka bertiga yang melihat gambaran yang sama di kuil, tapi di gambaran itu hanya ada mereka dan Luo Xi.
Guo Yan juga bisa membaca dari raut wajah Murong kalau sepertinya Murong juga tidak percaya pada Le Xue.
“Tapi, aku merasa ada hal yang spesial di hal ini,” ujar Guo Yan. “Semua bermula dari sini. 3 bulan yang lalu, Luo Xi dan Le Xue kabur dari Qin Shang. Dan Luo Xi tanpa sengaja membawa Qin Shang kemari.”
“Hal itu kita semua juga tahu. Luo Xi membawa Qin Shang lagi ke dinasti An dan membawaku kemari,” potong Murong.
“Jadi, tenang dulu. Kita sekarang mendiskusikan mengenai Le Xue. Aku ingat kalau Luo Xi bilang, Le Xue bertemu dengan Qin Shang yang kembali ke dinasti Qi,” ujar Guo Yan.
“Tapi, aku tidak tahu apa yang terjadi ketika mereka di dinasti Qi.”
Dan kita di perlihatkan cuplikan saat Le Xue (di dinasti An) mengatakan pada Luo Xi kalau dia dan Qin Shang pergi pulau Penglai bersama dan saat itu dia mendapat pil dan hidup abadi.
“Kalian percaya kalau di sana ada pil?” tanya Guo Yan.
“Aku tidak percaya hal itu sebelum aku kemari. Tapi sekarang kita ada di dunia ini. Tidak ada yang tidak mungkin,” ujar Murong.
“5 orang melompati waktu. Luo Xi, Le Xue, Qin Shang, kau dan aku,” lanjut Guo Yan.
“Menurut Le Xue, dia dan Qin Shang pergi ke pulau untuk pil. Tapi, kenapa hanya Le Xue yang mendapat pil? Bukan Qin Shang?” bingung Murong.
“Itu bagian teranehnya. Yang benar adalah Le Xue mempunyai hidup yang abadi. Tapi, aku tidak percaya dengan alasannya menjadi abadi. Kemudian, Le Xue menghilang dari dunia dan hidup sendiri. 400 tahun kemudian, dia bertemu denganku di dinasti Chen. Dan lalu, aku melompati waktu bersama Luo Xi.”
“Lalu bagaimana dengan di dinasti An?” tanya Qin Shang.
“Berdasrkan ceritamu, Le Xue sudah berubah 200 tahun di dinasti An. Le Xue bertemu luo Xi dan kalian berdua di dinasti Chen. Dia melihat harapan kembali saat itu. Lalu, kenapa dia berubah dratis? Karena dia di lupakan di sana,” simpul Guo Yan.
“Dan juga kematiannya,” ingati Murong.
“Bukankah itu palsu?” tanya Qin Shang.
“Bukan. Biar ku tanya satu hal. Saat itu, dia adalah kakakmu. Jika Le Xu bilang padamu kalau Luo Xi adalah musuhnya, dan memintamu membunuhnya, akankah kau membunuhnya?” tanya Guo yan pada Murong.
“Ya.”
“Jika jika Le Xue ingin membunuh Luo Xi, dia dapat melakukannya dengan mudah.”
Murong tetap heran karena waktu itu dia sudah memastikan sendiri kalau Le Xue meninggal. Tidak ada detak jantung dan juga nafas. Guo Yan menyimpulkan kalau saat itu Le Xue tidak bermaksud memfitnah Luo Xi, dia benar-benar sudah mati dan kemudian bangkit lagi. Qin Shang masih bingung, kalau begitu siapa yang membunuh Le Xue?
“Tidak tahu,” jawab Guo Yan. Pikirannya buntu.
“Karena Le Xue sudah tiba di masa ini, kenapa dia tidak mencari Luo Xi?” bingung Murong. “Dia tiba-tiba muncul ketika kita berada dalam bahaya.”
“Maksudmu, dia di sini untuk menyelamatkan kita? Jadi dia harus muncul?” tanya Qin Shang balik.
“Dia ingin menyelamatkan Luo Xi. Dia sangat peduli pada Luo Xi. Dia mungkin punya beberapa alasan hingga tidak bisa muncul. Dan mungkin alasan itu ada hubungannya dengan keabadiaannya.” (Guo Yan)
“Sebenarnya, bukan hanya Le Xue yang sangat mencurigakan tapi juga Luo Xi, Qin Shang dan aku. Kita semua.” (Murong)
“Benar. Kita bertiga melihat mimpi yang sama. Ada satu pria di dalam mimpi itu, kecuali kita berempat.” (Guo Yan)
HunDun?” teringat Qin Shang.

HunDun di bekukan oleh pedang. Tapi, kita dia melihat pedang tersebut di kuil itu. Jadi, HunDun telah pergi. Tapi, kapan dia pergi? Dan kemana dia pergi? Apa ada hubungannya dengan hidup abadi Le Xue? Semua hal ini berhubungan dengan Le Xue. Jadi, kita harus mencarinya.” (Guo Yan)
“Tapi, kau bilang kalau dia akan berbohong jika kita bertanya padanya.”
“Kita tahu sangat sedikit mengenainya. Jadi, kita tidak bisa mendapatkan informasi apapun dari dia. Dia sangat peduli pada Luo Xi. Mungkin dia tidak ingin membuat Luo Xi merasa khawatir jika tahu kebenarannya. Dia mungkin akan memberitahu kita yang sebenarnya jika kita berpura-pura tidak tahu.”

Post a Comment

Previous Post Next Post