Sinopsis Drama Taiwan – Hello Again Episode 01 – 4


Sinopsis Drama Taiwan – Hello Again Episode 01 – 4
Images by : SET TV , TTV, iQiyi

 Zi Hao ternyata pergi kembali ke toko pakaian Ke Ai, tapi ternyata toko tersebut sudah tutup. Jadi, Zi Hao bertanya kepada penjual sayur di dekat sana mengenai alamat rumah Ke Ai. Dia memperkenalkan dirinya sebagai teman Ke Ai.
--

Ke Ai duduk di taman bermain bersama Wen Wen sambil makan. Zi Hao lewat di dekat sana dan melihat mereka (Zi Hao mau ke rumah Ke Ai). Ke Ai memberitahu Wen Wen kalau hari ini sepertinya bukan hari keberuntungannya karena bertemu dengan orang yang menyebalkan (Zi Hao).
“Sebenarnya, aku merasa bersalah. Dia selalu menepati taruhannya, tapi aku malah kabur.”
“Kau berhutang uang kepadanya?”
“Bukanlah.”
“Terus, kenapa kau kabur? Apa maksudmu? Aku tidak mengeti. Apakah menyembunyikan rahasia dariku?” bingung Wen Wen.
“Lupakan saja. Jangan bicarakan mengenainya. Aku selalu kesal setiap mendengar namanya.”
“Ke Ai, aku tahu, kau tidak pernah masuk universitas. Tapi, aku tidak pernah tahu kalau kau pernah di terima masuk. Di tambah lagi, kau peringkat pertama! Kenapa kau tidak memberitahuku hal sehebat itu? Kenapa kau tidak lanjut sekolah?” tanya Wen Wen, tetapi kemudian tersadar. “Apa itu karena hutang keluargamu?” tanyanya dengan takut.
Wen Wen kemudian merasa bersalah dan mengalihkan pertanyaan dengan mengajak Ke Ai untuk minum saja. Tapi, Ke Ai, dia mulai memberitahu Wen Wen mengenai hal yang terjadi.
Flashback
Sehari setelah pengumuman kelulusan Ke Ai masuk universitas, ibunya sangat senang sehingga mengundang semua temannya dan keluarga untuk merayakan hal itu. Tapi, di hari perayaan itu, para debt collector malah datang dan menghancurkan pesta mereka.
Paman Ke Ai, Zhuo Wei Cheng, ternyata berhutang kepada rentenir dan sudah 3 bulan tidak membayar. Jadi, para debt collector mendatangi mereka. Saat itu, Ke Ai berteriak menyuruh pada debt collector itu mencari pamannya yang berhutang bukan kepada mereka. Pada debt collector emosi dan memberitahu kalau Wei Cheng telah kabur dan menghilang.

Mereka mulai mengobrak-abrik rumah Ke Ai, dan menemukan sertifikat rumah serta pabrik pakaian mereka. Mereka melawan, tapi para debt collector itu berteriak dan hendak memukul mereka. Dari sana, kehidupan mereka menjadi berubah total. Mereka jadi hidup dalam hutang.
End
“Setelah rumah dan pabrik pakaian kami di jual, kami masih berhutang sebanyak NT $12 juta.”
“NT $12 juta?!” kaget Wen Wen mengetahui jumlah hutang keluarga Ke Ai.

Zi Hao yang mendengar dari jauh juga terkejut.
“Setiap hari, ketika aku dan ibuku bangun, kami berpikir bagaimana mengumpulkan uang dan membayar hutang. Setiap hari, para penagih hutang akan datang menagih. Pergi kuliah? Itu adalah mimpi ku di kehidupan sebelumnya,” cerita Ke Ai dengan sedih.
Zi Hao juga sedih mendengar apa yang sebenarnya Ke Ai alami.
--

Pagi-pagi, Li Jian sudah pergi ke kedai Wen Wen dan memesan kue beras untuk sarapan. Tidak lupa, dia menggoda Wen Wen juga. Wen Wen menghidangkan makanan untuk Li Jian, tapi Li Jian malah memperhatikan tubuh belakang Wen Wen. Tante Li Hua yang baru kemballi dari kamar mandi, langsung memarahi Li Jian karena melihat tubuh Wen Wen, anaknya.
“Makan makananmu. Jangan lihat aku!” marah Wen Wen mengetahui Li Jian menatap tubuhnya. “Cepat makan dan langsung kerja sana. Jika wakil presidenmu melihatmu bermalas-malasan, kau pasti mati.”
“Impossible. Dia tidak akan datang begitu mati,” jawab Li Jian dengan yakin. Eh, baru juga di bilangin, sedetik kemudian, dia malah melihat Zi Hao yang datang ke toko Ke Ai.
Refleks, Li Jian langsung sembunyi dan diam-diam memperhatikan Zi Hao dan Ke Ai.

Tujuan kedatangan Zi Hao adalah untuk menawarkan Ke Ai untuk bekerja di perusahannya, tapi Ke Ai tidak mau mendengarkan sama sekali dan malah pergi. Zi Hao tidak menyerah dan mengikuti Ke Ai, bahkan sampai mengejar mobil bak terbuka Ke Ai. Li Jian sampai heran melihat kelakuan mobil boss-nya.


Zi Hao benar-benar tidak menyerah. Dia berlari hingga hampir kehabisan nafas untuk mengejar mobil Ke Ai, dan akhirnya dia berhasil naik ke atas bak mobil Ke Ai. Tapi, Ke Ai tidak menyadari hal itu. Zi Hao dengan susah payah, mengetuk jendela mobil Ke Ai dari belakang. Ke Ai sampai terkejut dan nge-rem mendadak.
 “Gila kau!” marah Ke Ai.
“Itu karena kau tidak mau kasih aku waktu 5 menit untuk bicara,” ujar Zi Hao dan turun dari bak belakang dan naik ke kursi penumpang.

Zi Hao benar-benar mengikuti Ke Ai sampai Ke Ai tiba di tempat dia biasa mengambil baju untuk di jual di tokonya. Sambil Ke Ai melihat baju tersebut, Zi Hao terus bicara mengenai perusahaannya dan tawaran untuk Ke Ai bekerja di sana. Yang pasti akan lebih enak dan gampang daripada kerjaan Ke  AI saat ini.
Ke Ai mah tidak mendengarkan dan terus bicara dengan pemilik toko. Selesai memilih dan mengambil baju, pemilik toko menyarankan Ke Ai untuk memikirkan tawaran Zi Hao. Zi Hao langsung tersenyum senang.

Tapi, Ke Ai tidak mau peduli pada Zi Hao. Dia tetap tidak akan bekerja untuk Zi Hao. Dan setelah itu, Ke Ai membawa baju yang telah di pilihnya dan pergi dengan mobilnya. Meninggalkan Zi Hao di sana.
--
Ke Ai kembali ke pasar dengan barangnya. Saat dia hendak mengeluarkan barangnya, seorang pria tampan, Cai Xiao Gang, menghampiri Ke Ai dan menawarkan untuk membawakan barang Ke Ai ke dalam. Ke Ai sangat senang melihat Gang dan bertanya kapan Gang pulang? Gang menjawab sambil tersenyum kalau dia baru pulang. Mereka tampak akrab.
Di dalam, ternyata para penagih hutang itu datang lagi dan menghancurkan toko Ke Ai. Ibu Ke Ai sampai ketakutan. Wen Wen dan tante Li Hua juga ada di sana untuk membantu ibu Ke Ai.
Ke Ai jelas langsung menghampiri para penagih hutang itu dan meminta mereka berhenti, tapi dia malah di dorang hingga terjatuh. Gang marah melihat hal itu dan langsung menghajar para penagih hutang itu hingga tidak berkutik.

Sialnya, ternyata boss mereka juga datang dan menarik rambut Ke Ai, dan menyuruh Gang berhenti memukuli anak buahnya. Ibu Ke Ai panik dan meminta mereka melepaskan putrinya dan bicarakan masalah ini baik-baik. Dia akan menyetujui apapun, asalkan mereka melepaskan putrinya.

Penagih hutang itu akhirnya melepaskan Ke Ai. Setelah itu, dia menunjukkan surat perjanjian hutang keluarga Ke Ai sebesar NT $12juta yang di tandatangani Zhuo Ying Ying (ibu Ke Ai) sekarang ada padanya dengan bunga pinjaman sebesar 20%. Dan jika terlambat membayar, bunga akan semakin tinggi. (Jadi, paman Ke Ai kan hutang sama si rentenir A, tapi karena pamannya kabur, keluarga Ke Ai yang jadinya harus membayar hutang itu. Nah, sekarang ini, ternyata si rentenir A itu menjual surat hutang keluarga Ke Ai ke rentenir B yang lebih kejam).
Zi Hao tiba saat itu dan melihat pertikaian keluarga Ke Ai.
“Kami sudah membayar NT $ 5 juta. Sisa hutang kami NT $7 juta. Bukan NT $12 juta,” jelas Ke Ai.
“Di sini di katakan nilainya NT $12 juta,” tegas rentenir.


“Kalian benar-benar penghisap darah (lintah darat)!” marah Ke Ai dan berlari untuk memukul rentenir itu. sayangnya, penjaga rentenir itu, melayangkan tongkat baseball ke arah Ke Ai. Zi Hao melihatnya dan langsung berlari melindungi Ke Ai, hingga pundaknya yang terpukul pemukul baseball tersebut.


Zi Hao dan Ke Ai jauh ke lantai. Tapi, Zi Hao masih menggunakan tangannya untuk melindungi kepala Ke Ai agar tidak terluka. Mereka saling bertatapan sesaat. Ibu segera datang untuk melihat kondisi Ke Ai.
Ke Ai tersenyum getir dan menangis, “Kau lihat, aku setiap hari bekerja keras untuk membawa hutang selama 10 tahun. Tapi, mereka bilang itu tidak di hitung. Jika aku bekerja di perusahaan besar, mereka akan terus datang dan memintaku untuk membayar hutang. Dapatkah aku bekerja jika seperti itu? Perusahaan mana yang mau memperkerjakanku? Lihatkan. Jadi, tidak peduli apapun yang kau katakan, aku tidak bisa bekerja di Hua Li Dept. Store. Sekarang kau sudah mengerti kan?” Ke Ai meluapkan seluruh perasaannya. “Chang Ke Ai, kau pergi kuliah? Kenapa kau tidak kuliah? Kenapa kau tidak kerja di perusahaan besar yang lebih terjamin? Apa aku punya hak untuk melakukan semua hal itu? Aku akan beritahu padamu, aku sekarang tidak baik-baik saja.”
“Ke Ai, ini semua salahku tidak membiarkanmu pergi kuliah. Ibu yang salah,” ujar Ibu menangis dengan sedih dan meminta maaf karena telah menyusahkan putri semata wayangnya.
Tapi, para rentenir itu mendekati mereka dan menyuruh mereka untuk tidak usah menangis. Mereka tetap harus membayar semua hutang itu. Dan itu adalah salah mereka sendiri karena begitu mudahnya menjadi penjamin bagi orang lain.

Zi Hao menatap rentenir itu dengan pandangan marah. Dia merebut surat hutang Ke Ai, “Aku yang akan menanggung hutangnya!!”
Semua terkejut mendengar ucapan Zi Hao tersebut.


Bersambung


3 Comments

Previous Post Next Post