Sinopsis Drama Taiwan – Hello Again Episode 01 – 2


Sinopsis Drama Taiwan – Hello Again Episode 01 – 2
Images by : SET TV , TTV, iQiyi

Rapat direksi di mulai,
Zi Hao adalah yang memimpin rapat hari ini. Dia memberitahu mengenai peningkatan di setiap departemen yang ada di mall mencapai 41%, sehingga semua para peserta rapat sangat senang. Tapi, masalahnya adalah departemen pakaian wanita yang di pimpin oleh Zi Jie mengalami penurunan mencapai -125%. Kegembiraan yang tadi di rasakan para peserta rapat langsung menguap. Ini sama saja mereka mengalami kerugian.
Mereka mulai menuntut pertanggung jawaban Zi Jie yang saat rapat terakhir telah berjanji akan menaikkan penjualan departemen pakaian wanita. Zi Jie sampai gugup dan membuat alasan-alasan. Tapi, dia tetap di pojokkan.
Melihat putranya di pojokkan begitu, ibu Zi Jie angkat bicara menuduh kalau mereka terlalu memihak pada Zi Hao hingga memberikan departemen yang sulit di tangani pada Zi Jie. Mereka akhirnya mulai berdebat. Zi Jie sampai malu dengan kelakuan ibunya (Lin Fang Ru). Ditambah lagi Fang Ru malah ingin mengajukan agar menurunkan Guo Tao (Ayah Zi Hao) dari posisi pemimpin perusahaan karena kerugian yang terjadi juga adalah tanggung jawab pemimpin.
“Berani sekali kau! Kau ingin suamimu yang berkeliaran meniduri orang untuk kembali dan menjadi pimpinan, kan?” marah Ibu Zi Hao. “Ku ingati kau, aku adalah Ketua di perusahaan ini. Aku pemegang saham terbesar di perusahaan ini. Kau tidak berhak menentukan siapa yang akan menjadi pimpinan!”
“Fang Jie, suami Fang Ru sudah di keluarkan dari daftar. Dia sudah sangat marah. Tapi, kau malah menyinggung skandal keluarganya,” komentar Fang Yu, adik dari Fang Jie (ibu Zi Hao) dan Fang Ru (ibu Zi Jie).
“Jika aku menyatukan sahamku dengan Fang Yu, total saham kami akan lebih besar darimu,” ujar Fang Ru.
“Baiklah. Kenapa kau tidak mencobanya saja. Jika aku bersatu dengan semua direktur di sini, kau tidak akan bisa menang. Semua direktur di sini mendukungku. Tapi, kalian berdua, bukannya ingin menikmati hidup malah ingin mengatur perusahaan?” tanya Fang Jie, lebih seperti mengancam.
Fang Yu langsung melepaskan pegangan Fang Ru padanya, itu tandanya dia tidak ingin terlibat masalah dengan Fang Jie. Fan Ru malah makin emosi. Dan dia dengan Fang Jie malah bertengkar hebat.
“Berhenti! Aku sudah memutuskan. Mulai dari sekarang…” ujar salah seorang peserta rapat.
“Untuk penjualan departemen pakaian, aku yang akan bertanggung jawab,” potong Zi Hao. “Mulai dari sekarang, aku akan bertukar departemen dengan Zi Jie. Dia akan bertanggung jawab terhadap departemen makanan sementara aku akan bertanggung jawab atas departemen pakaian. Aku juga akn bertanggung jawab untuk kerugian selama 3 bulan terakhir yang di alami departemen pakaian wanita,” keputusan Zi Hao.
Semua jelas terkejut dengan keputusan berani Zi Hao tersebut.
Rapat akhirnya selesai, dan begitu Zi Hao keluar, sekretarisnya (Li Jian) langsung mengomeli Zi Hao yang mau mengurus departemen pakaian wanita, padahal itu sangat sulit di urus. Itu sama saja dengan Zi Hao mengatakan OCHA.
“Apa itu OCHA?” tanya Zi Hao.
“OCHA artinya out of… kalau dalam bahasa Mandarin, itu artinya kalau jantung dan paru-paru telah berhenti bekerja sebelum pasien mencapai rumah sakit. Sederhananya, itu berarti tidak ada harapan untuk bertahan lagi. Apa kau menyesal sekarang?”
“Wanita pasti tidak akan pernah merasa mempunyai cukup pakaian di lemari, bukan? Jadi, jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja,” ujar Zi Hao dan berlalu pergi.
“Ya, memang tidak akan pernah cukup. Tapi wakil presiden terkasih, mereka tidak datang ke Dept. Store Hua Li untuk berbelanja,”gumam Li Jian frustasi melihat kepergian Zi Hao yang penuh percaya diri.
--

 Ke Ai sibuk memanggil semua orang yang lewat untuk berbelanja. Dan salah seorang pelanggan yang datang ke tokonya adalah kepala sekolahnya dulu semasa SMA yang ingin meminta untuk di rubah pakaiannya. Sebenarnya, Ke Ai malu dengan kondisi-nya yang seperti ini, tapi dia tidak mungkin berpura-pura tidak mengenal, jadi dia memaksakan diri menyapa kepala sekolah. Kepala sekolah ternyata juga masih mengingat Ke Ai. 
“Ini tokomu?”
“Ya, aku menjalankan toko ini bersama ibuku.”
Dan ibu langsung memberi salam kepada kepala sekolah.
“Ke Ai, kenapa kau tidak pergi kuliah? Aku mendengar kau tidak kuliah. Apa yang terjadi?” tanya Kepala Sekolah. Dan ibu tampak sedih mendengar pertanyaan itu.
“Setelah lulus kuliah, aku harus kerja juga. Jadi, aku hanya ingin bekerja lebih awal.”
“Apa kau mengalami masalah?”
“Tidak ada masalah. Aku adalah boss di sini. Kepala Sekolah, bagaimana kau ingin mengubah dress-nya?”
“Oh, ini dress yang di belikan menantuku. Aku ingin di kecilkan 1 inchi.”
“Di kecilkan 1 inchi? Itu gampang. Ibuku sangat hebat dan kerjanya cepat.”

Setelah itu, Ke Ai memberikan kartu namanya untuk Kepala Sekolah. Bajunya akan siap besok, tapi lebih baik kepala sekolah menelpon lagi untuk konfirmasi. Setelah itu, dia bahkan mengajak Kepala Sekolah untuk makan kue beras yang ada di depan toko-nya.
Ke Ai memberitahu Wen Wen kalau itu adalah Kepala Sekolahnya, jadi dia meminta Wen Wen memberikan makanan terbaik dan dia yang akan membayarnya nanti. Kepala Sekolah menolak, dia buru-buru dan berjanji akan makan lain waktu.
“Ke Ai, aku akan makan di sini ketika aku datang untuk mengambil dress-ku. Kau sudah dewasa. Kau benar-benar anak baik. Dan kau sudah bekerja keras,” puji Kepala Sekolah. “Aku akan kembali 2 hari lagi.”

Ke Ai sedikit terhibur mendengar pujian Kepala Sekolah padanya. Setelah Kepala Sekolah pergi, Ke Ai bertanya pada Wen Wen apa ada pekerjaan sampingan untuk nanti malam? Dia masih butuh NT $ 2000, untuk bayar angsuran hutang. Dan untunlah Wen Wen bilang ada.
--
Malam hari,
Fang Jie membawa Zi Hao pergi ke sebuah pesta mewah. Dia memperhatikan semua wanita muda di sana dan berbisik kepada Zi Hao memberitahu anak-anak siapa saja wanita-wanita muda tersebut. Tapi, Zi Hao tampak tidak tertarik.
Tujuan Fang Jie membawa Zi Hao kemari adalah agar Zi Hao bisa menemukan pasangan disini, jadi posisi Zi Hao di perusahaan akan semakin kuat walaupun departemen pakaian wanita nanti tidak bisa Zi Hao atasi.
Kebetulan, seorang wanita mendekati mereka dan memperkenalkan anaknya, Tiffany kepada mereka. Fang Jie langsung menyambutnya ramah dan memperkenalkan Zi Hao juga.
Wen Wen ternyata bekerja sampingan menjadi pelayan di pesta tersebut. Dia menghidangkan makanan kepada setiap tamu, tapi seorang tamu malah mengambil 1 pirig makanan yang di bawanya untuk di makan habis. Wen Wen jelas bingung karena makanan itu kan juga harus di nikmati tamu-tamu lainnya.
“Aku ini tamu VIP. Kau tidak tahu apa itu VIP?!” marah wanita tersebut. “Aku ingin bertemu supervisor-mu,” marahnya. Wen Wen jadi takut.

“Ny. Cai,” untunglah Ke Ai muncul. Dia juga menjadi pelayan di sana. Zi Hao seperti mendengar suara Ke Ai, jadi dia berbalik, tapi karena posisi Ke Ai yang berdiri membelakanginya,, dia jadi tidak melihat.
“Ny. Cai, dia hanya takut kalau kau akan kekenyangan dan tidak akan bisa menikmati dessert lainnya,” ujar Ke Ai dengan lembut. Dia bahkan memberitahu semua dessert yang belum di hidangkan. Dan hal tu membuat ny. Cai tidak jadi marah lagi.
Ke Ai dan Wen Wen kemudian mulai membagikan makanan kepada tamu-tamu lainnya.
Selesai bicara dengan Tiffany dan ibunya, Fang Jie membawa Zi Hao untuk dia perkenalkan dengan seorang pria paruh baya, tn. Jian. Fang Jie bahkan membanggakan Zi Hao yang lulus dari Univ. K jurusan administrasi bisnis sama sepeti tn. Jian.


Dan ternyata, Ke Ai melihat mereka. Dia mengenali Zi Hao. Dia teringat dengan Zi Hao yang selalu mengganggunya ketika SMA dan kini telah menjadi pria sukses sangat berbeda dengan dirinya.
--

Ke Ai sudah mendapatkan bayarannya sebagai pelayan di pesta tadi, dan dia langsung memberikan uangnya untuk membayar angsuran hutang kepada rentenir yang mengejarnya tadi pagi. Mereka menghitung uang itu dan setelah pas, dia memperingati Ke Ai untuk lebih tepat waktu lagi. Jangan seperti tadi pagi.
Ke Ai menjawab ya, dan bahkan berterimakasih pada mereka.

Wen Wen melihatnya dan dia tampak kasihan dengan Ke Ai. Setelah para rentenir pergi, dia menghampiri Ke Ai dengan ceria dan menunjukkan kotak kue yang di pegangnya. Itu adalah kue dari pesta tadi yang tersisa banyak. Wen Wen benar-benar baik dan berusaha sangat keras untuk menghibur Ke Ai.


Saat perjalanan pulang, Wen Wen membonceng Ke Ai, Ke Ai tidak mendengarkan semua perkataan Wen Wen. Dia tampak sedih. Dia bahkan melepaskan pegangannya dari motor dan merentangkan tangan dengan lebar, berharap akan bisa bebas.
--
Saat sampai rumah, Ke Ai melihat ibunya yang belum tidur. Ibu masih mengecilkan dress milik kepala sekolah, dia harus membuatnya bagus.
“Sebenarnya, aku mendengar apa yang kepala sekolah katakan tadi sore padamu. Ibu benar-benar minta maaf padamu, tidak membiarkanmu masih universitas,” ujar ibu merasa bersalah.
Ke Ai menghiburnya untuk tidak merasa bersalah. “Bukankah kita sudah berjanji, karena kita tidak bisa merubah masa lalu, kita hanya bisa menerimanya dan menyelesaikannya. Jika kita punya tenaga lebih, kita harus bekerja lebih keras. Jadi, masa depan kita akan lebih baik. Selama kita sehat dan selalu bersama, tidak ada hal yang harus di takutkan.”
Ibu terhibur mendengar perkataan Ke Ai.
--
Zi Hao juga sudah pulang ke rumah. Tapi, saat dia baru mau bertukar baju, ibunya malah masuk. Dia menanyakan apa ada gadis di pesta tadi yang menarik perhatian Zi Hao. Zi Hao tidak mau membuat ibu semakin lama di kamarnya, jadi dia berkata kalau Tiffany cukup manis.
“Manis? Mananya yang manis? Keluarganya sudah mau bangkrut. Aku peringati ya, jangan pernah berpikir kalau dia manis. Mengerti?”
“Okay,” jawab Zi Hao dengan malas.
“Aku sudah memilih para wanita untukmu dengan hati-hati. Mereka adalah para wanita yang cocok dengan keluarga kita. Terutama yang satu ini. Aku paling menyukainya. Kau ingat tn. Jian yang tadi ku perkenalkan padamu? Ketua dari Ju Bang bank, tn. Jian? Ini adalah putrinya, Jian Zhen Yi. Lihat, namanya bahkan bagus.”
“Baiklah. Aku akan melihatnya nanti. Aku ingin mandi sekarang, jadi keluar ya,” ujar Zi Hao.
--
Ke Ai masih belum tidur. Dia sedang melihat majalah fashion. Saat dia menengadah ke atas, atap rumahnya adalah kaca, sehingga bisa melihat langit dengan jelas.
Ke Ai mulai menyatukan bintang-bintang di langit. Dan Zi Hao ternyata melakukan hal yang sama. Saat mereka menarik garis, dan ternyata membentuk bintang, mereka berujar :
“Yes, besok akan menjadi lucky day,” ujar mereka dan tersenyum lebar.  


3 Comments

Previous Post Next Post