Takuma
melakukan pemeriksaan di rumah sakit. Dan setelah selesai, Ayah Mayu
menjelaskan kepada kedua orang tua Takuma bahwa kondisi jantung Takuma tidak
mengalami perubahan yang berarti dan masih stabil seperti sebelumnya, jadi
Takuma pun bisa tetap melanjutkan mengonsumsi obat yang sebelumnya. Dan kedua
orang tua Takuma merasa lega serta senang.
“Yang
penting adalah bagaimana caranya supaya penyakitnya tidak semakin parah.
Mungkin kamu juga sudah paham, tetapi di sekolah jangan memaksakan diri, ya.
Walau kurasa kamu pasti ada rasa iri melihat orang lain berlarian di sekolah,”
kata Ayah Mayu menasehati Takuma.
“Ah,
enggak masalah. Aku sudah terbiasa berdiam diri,” balas Takuma.
Ayah
Mayu menanyakan apa Mayu ada merepotkan, dan dengan sedikit sinis Ibu Takuma
mengatakan bahwa Mayu sih sehat. Takuma menyela dan menjawab bahwa semuanya
baik, dia dan Mayu berteman biasa.
“Jawabannya
enggak sesuai dengan pertanyaan,” kata Ayah Mayu, heran.
“Punya
teman itu hal bagus,” kata Ayah Takuma.
“Yang
jelas, dia tidak merepotkan,” jawab Takuma.
Kou
mendatangin Mayu di klub panahan. Dia menanyakan dimana Takuma karena dia tidak
melihatnya, dan Mayu menjawab bahwa Takuma sedang melakukan pemeriksaan dirumah
sakit. Kou kemudian mengatakan kalau dia tahu Takuma memiliki penyakit yang
sama dengan Ayahnya, dan kini Ayahnya sudah meninggal.
Kou
lalu menanyakan apa Mayu menyukai Takuma, dan Mayu mengiyakan. “Hentikan saja.
Dia akan mati,” kata Kou. Dan Mayu langsung menamparnya.
“Jangan
berkata seperti itu lagi!”
“Aku
cuma ingin memberitahukanmu saja, karena kurasa kamu tak paham! Bagaimana
rasanya kehilangan seseorang yang berharga. Sekarangpun, aku masih ingat
bagaimana wajah Ayahku pada saat terakhirnya. Padahal dia tetawa sambil bilang
aku baik- baik saja. Namun kemudian dia meninggalkan kami. Jangan jatuh cinta
pada orang yang sebentar lagi akan mati!” kata Kou dengan tegas menasehati
Mayu. Lalu dia meminta agar Mayu menjadi miliknya saja.
Mayu
memukul keras perut Kou yang ingin memeluknya. “Sudah terlambat bagimu untuk
melarangku jatuh cinta padanya!”
“Pukulanmu
terlalu keras!” keluh Kou sambil memegang perutnya.
“Anggap
saja pukulan itu sebagai peringatan dariku,” kata Mayu tidak peduli. Lalu dia
pergi meninggalkan Kou.
Kou
berbaring di lantai sambil tersenyum. “Ternyata, Tuan Putri memang yang
terbaik.”
Diaula
olahraga. Takuma duduk dipinggir memperhatikan Mayu dan para teman sekelasnya
yang sedang bermain basket. Lalu melihat betapa hebatnya Mayu dalam bermain,
Takuma teringat kenangan masa kecil mereka.
Flash
back
Mayu
bermain olahraga, dan selama bermain Mayu selalu menjadi incaran anak Pria
untuk di lemparin bola. Kata mereka, karena Mayu belagu. Takuma yang duduk
dipinggir lapangan dan melihat itu, dia masuk ke lapangan untuk membantu Mayu.
Namun
karena kondisi Takuma yang sangat lemah, dia langsung merasa kesakitan dan
pingsan, padahal hanya dia cuma melemparkan bola sekali saja. Melihat itu, Mayu
langsung merasa panik serta cemas.
“Takuma!
Takuma! Takuma!” panggil Mayu, menangis.
Flah
back end
Bel
dibunyikan, tanda pertandingan telah selesai. Dan kelas Mayu berhasil
memenangan pertandingan basket antar kelas tersebut. Selanjutnya lawan mereka
adalah kelas 3-A, yaitu melawan Kou serta teman sekelasnya.
“Bagaimana
kalau kita bertaruh?” tantang Kou. Dia datang menghampiri Mayu.
“Bertaruh?”
“Jika
kami pemenangnya… aku akan merenggut bibirmu, Tuan Putri,” bisik Kou didekat
Mayu. Dan semua orang yang mendengar itu langsung merasa heboh.
“Kalau
kami yang menang, apa yang kalian pertaruhkan?” balas Mayu.
“Apapun
itu. Kamu bisa meminta sesuatu. Bagaimana?” balas Kou.
“Kalau
begitu, dengan pantatmu, tolong goyangkanlah tulisan bahwa ‘Suzuya Kou adalah
orang terbodoh di sekolah ini’,” kata Mayu. Dan Kou setuju, karena dia yakin
bahwa dia pasti menang.
“Temanmu
Kakinouchi Takuma palingan takkan membantumu, kan?” sindir Kou sambil menatap
Takuma, lalu dia pergi.
Selagi
kelas lain bertanding. Takuma pergi meninggalkan aula olahraga, dan Kou yang
telah menunggunya, dia memanggil Takuma. Dia menyindir bahwa Takuma pasti
sebenarnya ingin membantu kalau bukan karena ada penyakit.
“Dia
hanyalah temanku,” kata Takuma, karena mengerti Kou mengangapnya sebagai
saingan.
Pertandingan
dimulai. Kou dan timnya yang bermain sangat baik berhasil membuat Mayu dan
timnya merasa kelelahan. Dan akhirnya hasil dari babak pertama adalah Kou dan
timnya berhasil menang dengan skor 28- 12.
Sebagai
pelatih, Takuma memberikan pengarahan. Lawan mereka adalah anak tahun ketiga
yang pasti sedang kelelahan karena belajar untuk ujian, sehingga stamina mereka
pasti akan menurun di babak kedua. Jadi Mayu dan tim harus membalas pada saat
itu juga. Dan semua setuju dengan Takuma.
Pertandingan
babak kedua dimulai. Perkataan Takuma benar, anak tahun ketiga sudah mulai
kehilangan stamina, tapi walau begitu mereka tetap saja unggul 2 poin dan waktu
tersisa 10 detik saja.
Disaat
yang penting seperti itu, kaki Mayu tanpa sengaja terkilir ketika melompat. Melihat
itu, Takuma melepaskan ikat kepalanya.
Takuma
masuk ke lapangan, dan ikut bermain, tapi dia tidak banyak bergerak serta
berlari. Takuma meminta Mayu melemparkan bola padanya, lalu setelah itu Takuma
melompat dan melemparkan bola masuk ke jaring yang bernilai 3 poin. Dan tepat
ketika itu bel berbunyi.
Skor
hasil 39 vs 40, kemenangan untuk kelas 1- B. Dan dengan semangat semua langsung
bersorak gembira. Takuma serta Mayu bertos.
Kou
melakukan hukumannya, yaitu menggoyangkan pantatnya seperti menulis kata
‘Suzuya Kou adalah orang terbodoh di sekolah ini’. Dia melakukan itu atas
panggung dan di depan banyak orang. “Memang sih, ini memalukan,” gumam Kou,
merasa malu sendiri.
Takuma
memeriksa kaki Mayu yang terkilir. Dan menemaninya ke rumah sakit untuk
diperiksa. Disana mereka bertemu dengan seorang pasien wanita, yang mengenal
Takuma sedari kecil mungkin sekitar saat Takuma kelas 6 SD dan datang ke rumah
sakit untuk di rawat. Pasien tersebut bernama Teru Uehara.