Network : TV Asahi
Takuma
memperkenalkan Mayu sebagai teman satu sekolahnya. Namun tampaknya, Teru
mengenal Mayu juga. “Kamu yang membuat Takuma memakan cicak goreng, kan?” tanya
Teru. Dan Takuma tertawa mendengar itu.
“Aku
tidak membuatnya memakan itu!” sangkal Mayu berusaha untuk membela diri.
Teru
mengatakan bahwa dia sangat mengagumi orang yang ceria seperti Mayu, dan Mayu
tersenyum mendengar itu.
“Oh,
iya! Apa kamu ingat itu? Diatap, saat kita sedang melihat bintang jatuh, kita
berdua berjanji akan menikah, kan?” tanya Teru pada Takuma.
“Eh?
Memangnya iya?” balas Takuma terkejut, karena dia juga tidak ingat. Dan Teru
mengangguk mengiyakan. Mendengar itu, Mayu merasa cemburu.
Diatas
atap. Mayu mengeluh kenapa Takuma bisa berjanji hal yang sama kepada wanita
lain, yaitu akan menikahi wanita tersebut.
“Lagian,
kita ini teman, kan? Berarti sewaktu kecil aku juga berjanji menikah dengan
cewek lain, kamu tidak berhak untuk protes,” kata Takuma dengan tegas. Dan Mayu
langsung diam.
Kedua
teman Mayu serta Ritsu datang ke rumah sakit karena cemas. Disaat itu sebuah
pesan masuk ke hape Takuma. Pesan tersebut dari Teru, isinya sebuah pesan teks
dan foto selfie Teru didalam kamar rawat,
”Takuma aku senang bisa berjumpa
denganmu hari ini walau cuma kebetulan. Apa kita bisa berjumpa lagi?”
Mayu
yang ikut membaca pesan tersebut, dia menanyakan dengan cemburu apa Takuma
tidak akan membalasnya. Karena selesai membaca pesan, Takuma mematikan hapenya.
“Takuma!
Sampai jumpa!” teriak Teru yang berada di beranda kamar rawat. Dia melambaikan
tangan kepada Takuma.
“Teru!
Takuma akan datang menjenguk lagi!” balas Maru sambil melambaikan tangan pada
Teru. Lalu dia menyuruh agar Takuma juga melambaikan tangan, jadi Takuma
melakukannya.
Kedua
teman Mayu dan Ritsu, mereka merasa heran melihat itu.
Didalam
ruang OSIS. Kou memberitahu temannya bahwa tidak ingin mendekati Mayu secara
agresif lagi, dia ingin mendekati Mayu secara perlahan, karena Mayu berbeda
dari wanita lain. Dan segala keputusan akhir, dia akan membiarkan Mayu yang
menentukan. Mendengar itu, Yumi berkomentar bahwa itu membosankan.
Didalam
kelas. Mayu makan siang bersama kedua temannya di pojok kelas, dan disaat itu
dia melihat Takuma seperti sedang mengetik secara diam- diam di bawah meja. Dan
dia merasa penasaran.
Teru
mengirim pesan, menanyakan apa Takuma akan datang untuk menjenguknya. Dan
membaca pesan itu, Takuma membalas ya, hari ini dia akan datang sepulang
sekolah. Lalu Teru membalas bahwa dia senang dengan emoticon lucu.
Pulang
sekolah. Mayu mengikuti Takuma yang datang ke rumah sakit untuk menjenguk Teru.
Dia beralasan bahwa dia datang untuk mengantarkan barang Ayahnya. Teru yang
sudah menunggu sedari tadi, ketika melihat mereka berdua, dia langsung menyapa
mereka dan mengajak mereka untuk mengobrol bertiga.
Didalam
kamar rawat. Teru menawarkan apel yang didapatnya, dan Mayu pun menjawab dia
mau. Lalu menggunakan pisau, Maru mengupas apel secara sangat perlahan. Melihat
itu, Teru dan Takuma melongo.
“Apa?
Kamu baru pertama kali melihat orang mengupas apel?” keluh Mayu, menyadari arti
tatapan mereka berdua.
“Kayaknya
aku saja yang mengupasnya?” tawar Teru. Dan Mayu menolak.
“Biar
dia saja yang mengupas,” kata Takuma, karena Mayu terlalu lambat. Jadi Mayu pun
memberikan pisau dan apelnya kepada Teru.
“Mahir
sekali,” puji Mayu.
“Namun,
aku dan Takuma tidak boleh memakan makanan yang mengandung gula. Jadi Mayu,
kamu saja yang makan, ya,” kata Teru. Dan Mayu pun mengiyakan.
Diatas
atap. Mayu memakan apel dengan sedikit emosi, karena dia merasa Teru sengaja
mau pamer dan membandingkan diri. Serta tadi Teru terus membicarakan hal- hal
yang tidak diketahuinya.
“Itu
cuma menurutmu saja!” kata Takuma, berpikir positif.
“Gunung
Fuji- nya kelihatan!” seru Teru. Dan Takuma pun mendekatinya untuk ikut
melihat.
Jangan
ikut campur pada hubungan kami. Mana mungkin bisa kukatakan itu. Soalnya, aku
dan Takuma hanyalah sebatas teman.
Teru
menanyakan apa Takuma tahu alasannya kembali ke rumah sakit ini, dan saat
melihat bekas operasi di dada Teru, Takuma mengiyakan. Lalu Teru tersenyum dan
mengatakan bahwa dia senang bisa berjumpa dengan Takuma lagi. Dan tanpa
menjawab, Takuma tersenyum.
Dengan
hanya berteman saja, terasanya sangat jauh.
Mayu
merasa cemburu dan sedih melihat kedekatan mereka berdua.
Ibu
Mayu pulang dan memberikan oleh- oleh yang diminta oleh Mayu. Menerima itu,
Mayu langsung berteriak senang.
Mayu
makan malam bersama Ayah dan Ibunya. Sambil makan mereka mengobrol bersama,
lalu Mayu mengatakan pada Ayahnya bahwa dia ada bertemu dengan wanita bernama
Teru dirumah sakit.
“Dia
cuma datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Sebentar lagi sudah boleh
pulang,” jelas Ayah.
“Sebentar
lagi itu kapan?”
“Kenapa
kamu menanyakan itu?” balas Ayah, heran.
Melihat
keanehan sikap Mayu, maka Ibu pun mengalihkan pembicaraan. Dia memberitahu
kalau barusan dia ada mendapatkan oleh- oleh Apel dari tetangga. Mendengar itu,
Mayu langsung mengambil apel tersebut dan mengigitnya dengan cepat.
“Dasar
anak aneh,” gerutu Ayah.
Takuma
memperhatikan Ibunya yang sedang memasak makan malam. Ibu menceritakan kalau
dia merasa lega dengan hasil pemeriksaan Takuma yang baik- baik saja. Dan dia
meminta Takuma untuk tidak terlalu stress dalam bersekolah. Karena dia merasa
sangat cemas pada Takuma, dan terkadang kecemasan itu terasa tidak terbendung.
“Walau
Ibu tidak mencemaskanku, aku pasti akan berhati- hati,” kata Takuma,
menenangkan Ibunya.