Sinopsis Lakorn – Nang Rai Episode 02 - 1
Images by : Channel 7
Pada akhirnya, Kae memilih untuk menaiki motor
Athit. Pob hanya bisa menatapnya dan tampak kekecewaan di wajahnya tersebut.
--
Pob kembali ke kantor dan berpas-pasan dengan
Khun Kesiree dan Khun Wichan. Khun Kesiree langsung khawatir melihat wajah Pob
yang muram dan bertanya apa yang terjadi? Pob hanya diam saja.
“Apa kau pergi menemui pemeran baru nang rai?”
tebak Khun Kesiree.
“Aku melarangmu. Siapa kau dan siapa nang rai
itu, kau harus mengingatnya. Jangan buat kami kecewa!” tegas Khun Wichan.
“Bahkan Pat, putri dari teman ibu yang bukanlah
Khun Ying (sebuah gelar untuk wanita yang
posisinya lebih rendah dari Than Phu Ying). Aku tidak suka kalau dia
menjadi pacar-mu.”
“Aku tidak pernah berpikir untuk mengencani Pat
juga,” tegas Pob.
“Kau paling cocok dengan Ladawan,” ujar Khun
Wichan.
“Dan aku tidak pernah berpikir menjadi tunangan
Ladawan hanya karena kami cocok,” tegas Pob lagi.
Tapi, tetap saja dia kalah pada Khun Kesiree
dan Khun Wichan yang ngotot pada pilihan mereka. Mereka sudah menyiapkan yang
terbaik untuk Pob, jadi Pob hanya harus mengikuti jalan yang mereka buat. Pob
malas mendengarnya dan memilih pergi dengan alasan akan bekerja.
Khun Wichan bertanya apa yang akan Pob lakukan?
Dan Pon menjawab kalau dia ingin ikut dalam lakorn. Dan Khun Kesiree mengingatkan
kalau dia hanya memberikan waktu 3 bulan untuk Pob sebelum Pob pergi ke
Inggris. Pob berterimakasih atas waktu 3 bulan itu dan berkata akan
memanfaatkannya untuk menjadi intern di lokasi syuting lakorn.
“Dengan begitu kau bisa dekat dengan nang rai
itu kan?!” tebak Khun Wichan.
Khun Kesiree langsung menghentikan Khun Wichan
dan menyuruh Pob untuk pergi saja.
--
Kae sedang menjalani syuting sebagai nang rai.
Dia benar-benar menjiwai perannya hingga tampak sangat-sangat jahat. Semua
bahkan bertepuk tangan untuk akting Kae tersebut.
Pob yang datang ke lokasi syuting juga
tersenyum melihat akting Kae. Pob datang dengan membawa banyak makanan sehingga
semua orang langsung bersorak girang. Pob menatap Kae dan memberitahu Kae kalau
dia datang untuk menjadi intern (magang) jadi dia bisa menghindangkan Kae
minuman, jika Kae mau. Kae hanya diam dan menatap Pob.
Pob tersenyum tipis pada Kae. Dan tampak kalau
Kae juga hendak tersenyum, tapi menahan dirinya.
--
Khun Wichan bicara dengan Khun Kesiree.
“Kita hanya punya satu putra. Dia harapan kita.
Tapi dia malah mengecewakan kita karena gadis rendahan tanpa latar belakang
tersebut,” marah Khun Wichan.
Khun Kesiree tetap merasa kalau mereka tidak
boleh terlalu mengekang Pob atau akan berakhir buruk. Khun Wichan tetap tidak
tenang karena dia merasa dalam 3 bulan ini, pasti nang rai itu akan mendekati
Pob.
--
Kae sedang mempelajari script sampai menunggu
gilirannya mengambil scene. Pob mendekatinya dan menyodorkan kue untuk Kae. Kae
berterimakasih tapi dia tidak merasa lapar.
“Khun Anuwadee memberitahuku kalau kau belum
makan apapun sejak pagi ini. Berhati-hatilah atau kau akan kelelahan dan
pingsan,” nasihat Pob.
“Tidak akan. Aku biasa menjadi pekerja, jadi
aku bisa mengaturnya.”
Tapi, Pob tetap khawatir dengan kondisi tubuh
Kae. Dia kemudian bertanya pada Kae, apa Kae begitu membencinya? Kae membantah
hal itu, hanya saja Pob adalah orang terhormat. Dia kemudian pamit pergi untuk
mempelajari script di tempat lain.
--
Nee sibuk membaca buku sambil minum jus jeruk
hingga tidak menyadari kehadiran Bandarn. Dan begitu melihat Bandarn, Nee
langsung tersipu malu. Bandarn datang ke meja Nee untuk mengambil kain lap
meja-nya, dan kebetulan di duduki oleh Nee.
Jan dan Khun Kesiree ternyata datang ke kampus
Nee dan melihat Bandarn yang berdiri di dekat Nee. Jadi, mereka mengira kalau
Bandarn ingin melakukan sesuatu pada Nee. Mereka langsung berlari heboh ke meja
Nee. Jan bahkan mendorong tubuh Bandarn dengan kasar dan bertanya apa yang
hendak Bandarn lakukan?
“Itu… dia menduduki,” ujar Bandarn dan menunjuk
ke arah kain kotornya yang di duduki Nee.
Tapi, Jan malah heboh berteriak kalau Nee
menduduki tikus mati. Jadilah Khun Kesiree juga panik dan menarik Nee untuk
menjauh dari kantin. Bandarn jelas heran, itu kan hanya kain kotor bukannya
tikus mati.
--
Syuting lakorn berlangsung hingga malam hari,
dan Pob masih tetap di sana menyaksikan syuting tersebut.
Adegan syuting kali ini adalah adegan antara
Kae dan Nguan. Syuting berlangsung lancar dan di akhiri dengan adegan nang rai
yang berteriak dan kemudian pingsan. Semua bertepuk tangan karena hasil syuting
sangat bagus.
Tapi… kenapa Kae tidak bangun juga? Semua jadi
panik karena Kae benar-benar pingsan. Pob langsung berlari menghampiri Kae dan
menggendongnya. Pat yang datang ke lokasi syuting, melihat hal tersebut.
“Apa yang terjadi?”
“Nong Kae pingsan,” beritahu Ke.
“Disini banyak orang, kenapa harus Pob yang di
repotkan?” marah Pat.
“Aku rasa, dia yang mau melakukannya sendiri,”
ujar P’Hong, tampak kesal, mungkin karena cara bicara Pat yang sombong.
Nguan dan Wadee membantu Pob membawa Kae masuk
ke dalam mobil. Pob memberitahu Wadee kalau dia akan membawa Kae ke rumah sakit
terdekat. Wadee meminta Pob untuk menjaga Kae dengan baik.
Pat datang sambil lari dan berteriak agar Pob
tidak pergi. Tapi, Pob jelas tidak mendengarkannya. Arthit juga datang ke
lokasi syuting dan melihat kehebohan yang terjadi, bertanya pada Pat yang ada
di dekatnya. Pat menjawab dengan kesal kalau Pob membawa Kae ke rumah sakit.
Lebih gilanya, Pat naik ke motor Arthit dan
menyuruhnya untuk segera mengejar mobil Pob.
Wadee jadi khawatir, dan Mafai menawarkan
tumpangan pada Wadee untuk mengikuti mereka. Wadee langsung menerima.
--
Di dalam mobil,
Kae dalam keadaan pingsan dan meringkuk
kedinginan. Pob melihat hal itu dan langsung menyampirkan jas-nya pada Kae agar
dia tidak kedinginan.
Arthit tiba-tiba berhenti dan membuat Pat
heran. Arthit menjelaskan kalau dia tidak bisa mengejar mobil Pop karena
kehilangan jejak. Pat langsung mengomel kalau harusnya tadi Arthit lebih ngebut
lagi.
Dan tanpa membuang waktu, Pat langsung menelpon
Khun Kesiree dan melaporkan hal itu. Pat mengatakan kalau Kae berpura-pura
pingsan untuk merayu Pob. Khun Kesiree jadi tidak tenang dan memberitahu hal
itu pada Khun Wichan. Dia takut kalau Kae akan membawa putra mereka ke motel atau
sejenisnya.
“Dia (Pob) tidak akan melakukan hal memalukan
seperti itu, Kesi,” yakin Khun Wichan. “Pob oh Pob, dia tidak seharusnya
tertarik pada gelas kaca murahan (merujuk pada Kae) seperti itu. Apa kau tahu
dia ke rumah sakit mana?”
“Pat tidak tahu,” jawab Khun Kesi dengan cemas.
--
Mafai dan Wadee juga kehilangan jejak. Wadee mencoba
menelpon Pob tapi tidak di angkat apalagi Pob tadi tidak memberitahunya akan
membawa Kae ke rumah sakit mana. Dia jadi cemas. Tapi, karena tidak tahu harus kemana,
jadinya dia menyuruh Mafai untuk mengantarkannya ke rumah saja.
Mafai menawari untuk membawa Wadee pergi makan
malam saja dulu. Wadee dengan sopan menolak dengan alasan kalau ibunya akan
khawatir jika dia pulang larut. Mafai menyarankan kalau Wadee bisa menelpon
ibunya dan minta izin. Dan Wadee langsung setuju dengan saran Mafai tersebut.
--
Pat dan Arthit masih di pinggir jalan. Arthit menanyakan
apa Pat yakin tidak mau dia antar pulang saja?
“Tidak usah. Aku sudah meminta orang di lokasi
syuting tadi untuk mengantarkan mobilku,” jawab Pat. Dan dia memperhatikan
wajah Arthit dengan seksama, “Bukankah kau bekerja di bank dimana aku menabung.”
“Kau ingat padaku?”
“Tentu saja. Apa kau sangat menyukai Kaewalai?”
“Uh… Ya. Dia manis.”
“Aku rasa Kaewalai juga menyukaimu.”
“Kau juga berpikir begitu?” tanya Arthit dengan
senang.
“Ya. Kau dan Kaewalai serasi. Aku dengar kalau keluarga
Kaewalai bukanlah keluarga yang membahagiakan. Jika kau bisa menyenangkannya,
dia pasti akan memberikan hatinya padamu. Tapi, dengan Pob, itu tidak mungkin bagi
mereka untuk bersama. Pob sudah punya tunangan.”
Usai mengatakan hal itu, Pat melihat mobilnya
tiba dan pamit pada Arthit untuk pergi duluan. Tapi, sebelum itu dia mengatakan
pada Arthit kalau dia akan mendukung Arthit mendekati Kae. Dan jika Arthit membutuhkan
bantuan, dia akan membantu.
Arthit tersenyum senang.
--
Pob tiba di rumah sakit. Dia mencoba
membangunkan Kae. Dan Kae terbangun sampai menjerit heboh mengira masih di lokasi
syuting. Pob langsung menyadarkan Kae kalau mereka berada di depan rumah sakit
karena tadi Kae pingsan.
Kae langsung keluar dengan linglung dan
berjalan pergi menjauhi rumah sakit. Pob memanggilnya dan menunjuk ke arah pintu
masuk rumah sakit.
“Aku baik-baik saja. Aku akan pulang sekarang,”
jawab Kae.
“Bagaimana cara mu pulang? Kau kan tidak
membawa uang. Apa kau mau jalan kaki? Tapi rumahmu sangat jauh dari sini. Dan Anuwadee
tadi juga bilang kalau kau belum makan seharian ini. Tidak masalah jika kau
tidak mau di periksa dokter. Tapi, kau harus ikut makan denganku dan aku akan
mengantarmu pulang,” ujar Pob.
“Itu…”
“Itu apa?”
“Tidak pantas.”
“Bagian mananya yang tidak pantas? Kau adalah artis
baru, seorang nang rai tercantik yang ada. Jika ada yang tidak pantas, maka itu
adalah aku yang hanyalah lelaki biasa.”
--
Mafai membawa Wadee untuk makan di sebuah restoran.
Mereka berbincang dengan santai. Namun, suasana santai itu harus berakhir
karena ternyata Nguan juga ada di sana. Mafai tidak tampak terkejut melihat
Nguan karena restoran itu memang tempat dia dan Nguan biasa makan.
Seperti biasa, Nguan mengganggu Wadee. Dan membuat
Wadee sangat kesal. Mafai sampai harus menegur Nguan agar tidak mengganggu
Wadee. Dan Wadee yang kesal, dengan sengaja menumpahkan minumannya ke celana
Nguan. Nguan jadi emosi, dan Mafai langsung mendorong Nguan keluar restoran
agar tidak bertengkar dengan Wadee.
--
Pob membawa Kae untuk makan mie di pinggir
jalan. Itu adalah tempat makan favoritnya dari zaman dia masih sekolah. Dan tiba-tiba
Kae memegang perutnya, dan hal itu membuat Pob khawatir. Kae menjawab kalau perutnya
sudah terbiasa sakit sejak dia kecil.
“Itu karena kau tidak makan padahal seharusnya
kau makan (sakit maag),” ujar Pob.
Dan Pob segera memesan ke penjual agar 1 porsi
mie yang dihidangkan tidak menggunakan cabe. Kae berterimakasih atas perhatian
Pob padanya.
“Kau terlihat sangat lelah, kau harus
beristirahat. Dan mengenai Pat, tidak ada apapun di antara kami. Dan aku juga
tidak berencana punya hubungan apapun dengannya.”
“Kenapa kau memberitahuku hal itu?”
“Agar kau tahu,” jawab Pob sambil tersenyum
manis. “Matamu sangat indah. Aku bisa menatapnya seharian.”
Kae tersipu malu mendengar ucapan Pob tersebut.
Suasana canggung sedikit mencair di antara mereka.
--
Pob mengantar Kae pulang ke dekat kawasan rumah
Kae. Sayangnya, Kae tertidur sehingga Pob tidak tega membangunkannya.
Tapi, Prang yang baru pulang, menggedor kaca
mobil Pob dan berteriak kalau Pob menghalangi jalan. Pob menurunkan kaca mobil
dan meminta maaf serta berkata akan memindahkan mobilnya. Prang ternyata mengenali
wajah Pob dan langsung meminta izin untuk selfie. Suara ribut Prang membuat Kae
terbangun.
Kae langsung keluar dari mobil Pob. Prang malah
senang melihat kakaknya pulang dengan Pob yang adalah orang terkenal.
Tum keluar dari mobilnya dan bertanya ada apa
pada Prang. Prang langsung menghampiri Tum
dengan manis dan menyuruh Tum untuk pulang sekarang. Tum masih tidak tahu situasi
dan malah mengajak Prang untuk ikut bersenang-senang dengannya ke tempat lain.
Kae yang melihatnya, jelas langsung menarik
Prang untuk pulang. Tapi, Tum, dia malah menggoda Kae dan mengajak Kae untuk
ikut serta dengannya. Pob melihatnya dari dalam mobil dan langsung turun.
“Aku lebih kaya. Coba saja kau tanya ke Prang, berapa
banyak yang dia dapatkan dari aku,” ujar Tum pada Kae.
Prang panik apalagi Kae menatapnya dengan
amarah. Tum masih kurang ajar dan berkata akan membawa Kae 2 kali lipat lebih
besar daripada Prang. Dia memaksa Kae untuk ikut dengannya. Pob tidak tahan
lagi dan segera membantu Kae.
“Kae, bawa saudaramu pulang. Aku yang akan
mengurus masalah di sini,” ujar Pob.
Dan Kae langsung menarik Prang pulang
dengannya. Di rumah, Prang bukannya takut, malah memarahi Kae karena tidak
mengenalkannya para pria keren seperti Pob.
“Jangan gila. Kau benar-benar tidak mau sekolah
lagi?”
“Tidak. Aku sekolah dan gagal di ujian. Otakku tidak
bisa menerima ilmu lagi!”
“Kalau kau tidak kerja, maka kau harus kerja. Lakukan
pekerjaan apa saja!”
“Tidak mau!”
“Kau bertingkah seperti seorang pela***,” marah
Kae. “Dia membayarmu kan?”
Prang tidak terima. Ini tubuhnya, bukan tubuh
Kae, jadi Kae tidak perlu ikut campur. Kae sangat marah mendengarnya.
Tapi, di saat itu, ibu malah keluar dan
menanyakan bayaran yang Kae dapat. Dia meminta uang gaji Kae dengan alasan agar
bisa di tabung dan untuk membayar tagihan ini itu. Kae yang walaupun kesal,
tetap memberikan semua uang gajinya pada ibunya.
“Jangan habiskan untuk hal tidak berguna ya. Kita
masih harus mencari rumah baru,” ujar Kae.
Tapi, ibu mengabaikan perkataan Kae dan hanya terus menghitung uang gaji Kae yang
besar dan memamerkannya pada Prang.
Tags:
Nang Rai