Network : TV Asahi
Ritsu
serta Ibu nya datang ke rumah sakit, dan saat mereka melihat Kou yang sedang di
tanganin oleh para perawat dan Dokter di dalam ruang ICU, mereka pun merasa
heran apa yang tiba- tiba saja terjadi kepada Kou.
Melihat
keadaan yang tampak sedang sangat ramai diluar, maka Mayu pun keluar dari kamar
meninggalkan Takuma untuk melihat apa yang sedang terjadi. Dan ketika dia keluar,
dia mendengar pembicaraan seorang perawat bersama dengan Ayahnya.
“Tampaknya
seorang pria muda yang dibawa ke IGD berada dalam keadaan mati otak,” kata si
Perawat. Dan Ayah pun menyuruh si Perawat untuk memeriksa lebih mendetail lagi.
Mayu
pergi ke ruangan ICU, dan disana dia merasa heran ketika melihat Ibu Ritsu yang
menangis. Lalu ketika dia menyadari alasan mengapa Ibu Ritsu menangis, dia
merasa sangat terkejut. Dan tepat disaat itu, Yumi datang berlari melewatinya.
“Kou
pasti selamat, kan?” tanya Ibu, ketika Dokter keluar.
“Tampaknya
ada pendarahan otak karena trauma kepala pada saat kecelakaan lalu lintas,”
jelas Dokter.
Mayu
yang mendengar itu, teringat hari kejadian, dimana dia dan Kou sama- sama
terlibat dalam kecelakaan mobil di jalanan. Dan disaat itu, kepala Kou memang
mengenai stan setir dan sedikit berdarah.
“Tidak
ada pernafasan spontan dan tidak ada reaksi dari batang otak,” jelas Dokter.
Dan mendengar semua itu, semua orang merasa sangat syok serta sedih.
Mayu
kembali ke dalam kamar Takuma dengan pandangan tampak Syok, dan melihat itu
Takuma pun bertanya.
Didalam
kamar ICU. Ibu melihat isi dompet Kou, dan disana dia menemukan ada sebuah
kartu donor jantung untuk Takuma. Ritsu yang ikut melihat kartu itu, dia
menjelaskan bahwa Takuma adalah teman sekolahnya yang mengidap penyakit sama
seperti Ayah, dan sekarang sedang menunggu transplantasi jantung.
Ibu Takuma datang ke rumah sakit, dan ketika dia
berjalan melewati kantin, dia secara tidak sengaja mendengarkan pembicaraan
para Ibu- Ibu yang sedang membicarakan tentang kondisi seorang pasien muda yang
mengalami mati otak.
“Tuan
Kou?” gumam Takuma. Setelah Mayu selesai bercerita.
Tepat
disaat itu, Ibu Takuma dan Ayah Mayu datang. “Pak, anu… katanya ada pemuda yang
kemungkinan mati otak. Aku tadi mendengar nya disana,” kata Ibu Takuma
memberitahu kepada Ayah Mayu.
“Walau
mati otak, tetapi kita belum tahu apakah aku punya kesempatan transplantasi
atau tidak,” sela Takuma.
“Enggak.
Kemungkinan itu ada. Saat ini yang menunggu transplantasi di Jepang sebanyak
700 orang. Dan orang yang usianya mendekatinya ada 40. Lalu menilik dari
kondisi geografis, golongan darah, dan jenis kelamin, kemungkinan untuk Takuma sangat tinggi,” jelas Ayah Mayu.
“Bukannya
aku berharap pada kemalangan orang, tetapi kalau dibilang tidak mengharapkan,”
kata Ibu. Dan Ayah Mayu mengerti.
Mendengar
pembicaraan mereka, Mayu memandangin Takuma yang sedang memikirkan tentang
kondisi Kou.
Waktu
terasa semakin cepat bergulir. Jam waktu yang di sebut takdir. Tik… tik… tik…