Sinopsis Lakorn – Nang Rai Episode 03 - 1




 Sinopsis Lakorn – Nang Rai Episode 03 - 1
Images by : Channel 7

Arthit mendengar ucapan Panee pada Kae untuk mulai menjaga jarak darinya dan cari pria lain yang lebih baik. Arthit tersenyum sinis mendengar ucapan Panee tersebut, dan dengan cepat segera masuk ke dalam. Panee dan Kae jelas terkejut karena Arthit tiba-tiba muncul. Arthit masih bersikap seperti bermuka dua, memberi salam dengan sopan dan berkata datang untuk menjemput Kae.
“Kapan kau datang? Kenapa tidak membunyikan bel?” marah Panee.
“Aku sudah membunyikannya dari tadi, tapi aku rasa bel-nya rusak. Aku takut Kae akan telat, jadi aku datang menjemputnya,” jelas Arthit (tapi, dia emang nggak ada bunyikan bel lho).
Panee berbisik pada Kae, kenapa mobil Kae bisa ada sama dengan Arhit? Kae menjawab kalau kemarin Arthit kan membawanya ke kantor polisi terkait masalah Ayah, dan saat pulang sudah tengah malam. Jadi, dia meminjamkan mobil untuk Arthit agar bisa pulang. Panee langsung memarahi Kae, kan ada yang namanya taxi!
Kae meminta Arthit untuk menunggu sebentar karena dia harus mandi. Arthit mengerti dan pergi keluar. Saat Arthit sudah keluar, ibu sekali lagi memperingati Kae untuk berhati-hati pada Arthit.
“Hati-hati apa, bu?”
“Cinta itu tidak bisa di makan!”
“Karena ibu berpikir seperti itulah, membuat Prang jadi melakukan hal ‘itu’!”
Panee marah mendengarnya dan akan menampar Kae. Kae tidak menghindar dan menantang ibu untuk menamparnya, sama seperti dulu. Ibu kan sering menamparnya saat kecil. Tapi, sekarang jika ibu ingin menamparnya, harap tidak membuat bekas, atau dia tidak akan bisa bekerja. Panee tentu saja memilih untuk tidak jadi menampar Kae.
“Kae, jangan lupa pembayaran dari acara. Saudaramu dan ibu butuh uang untuk membayar biaya hidup,” pinta Panee. (Lha elah, baru juga mau nampar, udah berani minta duid!)
--
Khun Kesiree dan Khun Wichan melihat foto di ponsel Jan. Kemudian, Khun Kesiree memuji Jan yang telah melakukan pekerjaannya dengan baik. Mereka ternyata menyuruh Jan untuk diam-diam mengawasi Nee di kampus, tapi jangan sampai ketahuan Nee.
“Apa pria gila itu ada memasukkan sesuatu di jus jeruk-nya atau tidak?”
“Itu aku tidak tahu. Karena aku tidak mengikutinya hingga ke kantin,” jawab Jan.
“Aku rasa kita harus melakukannya dengan cara yang temanku lakukan,” ujar Khun Kesi.
“Melakukan apa?”
“Memasang pelacak pada Nong Nee. Kita harus memasang alat perekam, jadi kita bisa tahu apa yang di lakukan dan dengan siapa dia bicara,” jawab Khun Kesi (gila! Kasihan kali jadi Nee, terkekang habis!)
Khun Wichan tentu ragu dengan ide Khun Kesi tersebut. Apa Nee akan setuju dengan hal ini? Khun Kesi dengan yakin berkata kalau Nee adalah anak yang tidak pernah melawan pada mereka sejak dia terlahir.
“Bagaimana jika dia menggunakan kamar kecil?” tanya Jan.
Dan Khun Kesi menyuruh Jan untuk tidak usah memberikan pendapat apapun. Tugas Jan hanyalah mencatat setiap nama orang yang berbicara dengan Nee. Hanya itu! Jan langsung diam dan menunduk takut.
Nee turun dari kamarnya dan wajahnya tampak lelah. Khun Wichan bertanya ada apa? Kenapa wajah Nee seperti itu? Nee menjawab kalau dia hanya kelelahan setelah membaca buku sepanjang malam dan kurang tidur.
Bukannya merasa khawatir, Khun Kesi malah berkata kalau dia juga dulu seperti itu, membaca banyak buku dan kurang tidur. Tapi, akhirnya semua hal itu berguna baginya.
“Aku rasa Nee terlalu stres,” ujar Pob yang muncul. “Terkadang, orang-orang tidak perlu terlalu pintar. Menjadi baik saja sudah cukup.”
“Jangan melemparkan batu ke perahu dan membuatnya tenggelam seperti yang kau lakukan. Apa kau sudah menyiapkan segalanya untuk ke London?” tanya Khun Kesi.
Pob tidak menjawab dan hanya berbisik pada Nee untuk beristirahat dengan cukup. Setelah itu, Pob berjalan pergi ke pintu depan. Khun Wichan langsung bertanya, mau kemana Pob?
“Aku diberikan3 bulan untuk melakukan apapun yang ku inginkan. Dan masih tersisa beberapa hari lagi. Jadi, biarkan aku untuk bebas, yah.”
“Ketika orang membuat kesalahan, maka mereka akan membuatnya lagi. Jangan terlalu sombong.”
“Ya, aku tidak akan sombong. Dan mengenai alat pelacak itu, ayah temanku pernah melakukannya sekali. Dia melakukannya pada ibunya, karena dia takut kalau ibunya akan mewariskan harta pada abangnya. Tapi, akhirnya, Ibunya bunuh diri,” ujar Pob. Secara tidak langsung, memberi peringatan pada Khun Kesi dan Khun Wichan untuk tidak memasang alat pelacak pada Nee. Setelah mengatakan hal itu, Pob langsung pergi.
Sementara itu, Khun Kesi berseru kalau cerita itu sangat menyeramkan. Khun Wichan langsung menatapnya. Dan tanpa hati, Khun Kesi malah berkata kalau Nee tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu! Dan Khun Wichan menyetujui.
--
Kae sudah berias untuk syuting, dan sambil menunggu gilirannya mengambil scene, dia duduk menatap danau. Wadee datang menghampirinya dan bertanya Kae sedang apa? Kae menjawab kalau dia hanya sedang membaca script.
“Kae, kau terlihat sangat lelah. Kae. Apa ada masalah? Kau bisa memberitahuku?” tanya Wadee khawatir.
“Ini bukanlah hal bagus untuk di ceritakan pada orang lain.”
“Kau bisa menceritakannya padaku.”
--

Ke sedang berbincang dengan J’Noi. Dia merasa kasihan pada Kae. Andai saja Pob bukanlah putra dari pemilik perusahaan, pasti Kae dan Pob akan dengan mudah dapat bersatu. Ke kesal karena Khun Kesi menggunakan uang dan kekuasaannya untuk menekan mereka. Jika tidak ada dana dari Khun Kesi, maka lakorn mereka tidak akan bisa di produksi dan mereka akan mati!
Pob tiba saat itu, dan J’Noi langsung memberi tanda pada Ke untuk diam. Untunglah, kelihatannya Pob tidak mendengar pembicaraan mereka tersebut.
“Ini adalah hari kerja terakhirku sebagai intern. Apa ada yang bisa ku lakukan?” tanya Pob.

J’Noi dan Ke dengan canggung berkata tidak ada. Lagipula tidak sopan bagi mereka untuk memerintah Pob. Atau, Pob bisa berkeliling dan memeriksa saja. Mereka kemudian pamit untuk melakukan briefing naskah.
“Untuk siapa? Aku bisa membantu,” tawari Pob.
Ke tersenyum canggung.
--
Wadee menggenggam tangan Kae. Dan Kae mengucapkan terimakasih pada Wadee karena telah memberinya dukungan moral. Dia tidak akan lemah lagi. Wadee tersenyum.

Wadee kemudian melihat kedatangan Pob. Dan dengan alasan kalau dia harus bertukar baju karena scene-nya sebentar lagi, Wadee langsung pergi.
Setelah Wadee pergi, Kae lanjut membaca script-nya. Dia mendengar suara langkah kaki di belakangnya, dan mengira itu Wadee yang kembali karena kelupaan sesuatu. Tapi, saat dia berbalik, ternyata itu adalah Pob. Kae langsung bangkit berdiri dan meminta maaf, kemudian berjalan pergi.
“Tunggu! Mau kemana?”
“Mau briefing naskah bagianku dengan P’Ke.”
“P’Ke menyuruh intern yaitu aku untuk briefing naskah dengan mu.”
Mereka akhirnya duduk bersama. Dan mulai latihan naskah bersama. Suasana terasa canggung.
“Apa yang kamu lakukan dengan duduk sendirian di sini?” tanya Pob, tiba-tiba.
“Aku ingin waktu sendiri untuk berpikir.”
“Kau tahu kan, kalau cinta akan membuatmu terluka?” (dari perkataannya, sepertinya Pob mendengar apa yang Ke dan J’Noi bicarakan tadi)
Kae diam, menatap Pob. “Aku tahu. Aku memilih untuk menerimanya. Dan memilih untuk terluka.”
“Tapi, itu akan menghancurkanmu. Keluarga itu tidak akan memberikanmu cinta itu.”
“Aku bersedia melakukan apapun untuk mendapatkannya. Walaupun aku harus terluka. Karena, dia adalah pria terbaik di dunia ini. Dia membuatku bahagia. Dia membuatku merasa hangat. Aku mencintainya,”

Mereka saling menatap dalam.
--
Wadee pergi untuk bertukar baju dan berjumpa dengan Nguan yang sedang duduk di dekat sana membaca naskah. Stylist menyuruh Wadee untuk cepat bertukar baju karena scene-nya sebentar lagi. Jadi, Wadee langsung berlari. Nguan langsung menegur Wadee untuk tidak berlari karena kakinya kan kemarin terkilir. Wadee langsung membalas kalau dia sudah sembuh.
Wadee bertukar baju, di tempat yang macam tenda tersebut.
Tapi, tiba-tiba ada benda yang terlempar keluar dari denda saat Wadee menutup resleting denda untuk bertukar baju. Nguan melihatnya, dan memungut benda tersebut. Dia menatap benda tersebut dengan tatapan bingung.
Ke memanggil Wadee yang kebetulan sudah siap bertukar baju untuk segera mengambil scene.
“Eh, benda itu? Itu punya Nong Wadee. Kembalikan padanya!” ujar Ke pada Nguan.
Wadee sendiri malu, karena itu adalah silicon bra push up .
“Palsu,” ujar Nguan dan langsung melempar benda itu pada Wadee dan pergi.
Ke segera menyuruh Wadee untuk memasangnya kembali. Ke juga membahas, katanya kemarin Wadee pulang dengan Nguan, apa Nguan ada mengganggu Wadee? Wadee menjawab tidak.
“Dia benar-benar aneh. Belakangan ini, dia jadi sering bicara,” ujar Ke.

2 Comments

Previous Post Next Post