Network : iQiyi iQiyi
“Aku
tidak pernah membayangkan, kamu begitu berpikiran terbuka. Kamu sudah tidak
sabaran untuk memasuki kediaman ku,” balas Wu Mei sambil tersenyum.
“Kenapa
kamu peduli? Mau jalan atau tidak?” balas Luo Jing.
Melihat
sikap Luo Jing yang tidak ada sopan padanya, Wu Mei memerintahkan Zhang Ji agar
mereka pulang ke kediaman Perdana mentri. Dan mendengar itu, Luo Jing pun
menjadi panik, lalu dia beralasan bahwa dia mau ke kamar mandi. Atau lebih
tepat nya dia mau pipis.
Wu
Mei merasa kesal, karena kenapa Luo Jing tidak melakukannya sebelum mereka
pergi tadi, dan malah pada moment seperti ini. Dan Luo Jing pun beralasan bahwa
manusia punya tiga kebutuhan, dan dia tidak bisa menahannya.
Dengan
terpaksa, Wu Mei pun membiarkan Luo Jing untuk turun dari atas kuda. Tapi dia
memerintahkan agar Zhang Ji mengikutinya. Namun Luo Jing dengan cerdiknya,
kembali beralasan ketika Zhang Ji mengikutinya. Dia menyuruh Zhang Ji untuk
berbalik, dan tidak melihatnya. Lalu dia menggunakan kesempatan itu untuk
kabur.
Setelah
agak lama menunggu, Zhang Ji merasa ada yang tidak beres, sehingga dia pun
berbalik untuk memeriksa. Dan ternyata, Luo Jing telah menghilang. Melihat itu,
dengan cepat dia berlari menghampiri Wu Mei dan melapor.
Luo
Jing berlari masuk ke dalam hutan bambu, dan setelah agak jauh, dia merasa
kelelahan sendiri, sehingga dia pun beristirahat sebentar. Dan sial nya disaat
itu, seorang bandit mengarahkan pisau kepada nya dari belakang.
Bandit
tersebut mengajak Luo Jing untuk mengikuti nya. Dan karena ini adalah sebuah
game, Luo Jing menganggap si Bandit sama dengan Boss yang harus dikalahkannya.
Dan ketika mengalahkannya, dia bisa mendapatkan hadiah atau harga berharga.
Itulah yang dipikirkan oleh Luo Jing untuk menenangkan dirinya, dengan berpikir
positif.
*Bagi
kalian yang tau tentang game, atau sering main game sejenis RPG pertualangan.
Atau menonton anime Sword Art Online. Kalian
akan mengerti, maksudnya ‘Boss’. Jika kalian tidak tau, dan tidak mengerti,
silahkan komen saja, dan saya akan menjelaskan. ^.^
“Cantik.
Apa yang kamu katakan?” tanya si Bandit, karena dia tidak mengerti apa yang Luo
Jing katakan. “Ikutlah dengan ku. Kita akan berangkat pada pagi hari. Bangun
dari mimpi dengan hati tanpa ketakutan,” kata si Bandit, sama tidak jelas nya.
“Lirik?
Apa berarti tugas ku adalah menyanyi untuk nya?” pikir Luo Jing, salah paham.
Kemudian dia mulai bernyanyi. Setelah selesai, Luo Jing meminta si Bandit untuk
menyingkirkan pedang dilehernya. Tapi si Bandit tidak mau.
Dengan
ketakutan, Luo Jing terus memohon kepada si Bandit agar menyingkirkan pedang
itu dari nya. Dan dengan bodohnya, si Bandit akhirnya melakukan itu. Tapi
kemudian, saat dia tersadar, dia langsung mengarahkan kembali pedang itu ke
leher Luo Jing.
“Mengapa
aku harus menurunkan Pedang ku?” tanya si Bandit.
“Tu…
tunangan ku ada di dekat sini. Oh. Su.. suami ku. Suami ku ada di dekat sini,”
jelas Luo Jing dengan suara gemetar.
Si
Bandit melihat ke sekitar, tapi tidak tampak siapapun. Lalu dia ketawa, dan
menantang Luo Jing untuk memanggil suami Luo Jing, jika memang suami Luo Jing
berada di dekat sini. Dan Luo Jing pun berteriak memanggil nama Zhong Wu Mei
berkali- kali. Tapi sayangnya, tidak ada jawaban. Dan si Bandit tertawa keras.
“Cantik,”
kata si Bandit dengan sikap genit mau menyentuh Luo Jing.
“Aku
tidak akan meninggalkan Zhong Wu Mei, jika aku tau ini akan terjadi,” gumam Luo
Jing, merasa sangat menyesal.
Tepat
di saat si Bandit ingin melepaskan baju Luo Jing. Wu Mei datang. Sehingga si
Bandit merasa panik, dan dia menggunakan Luo Jing menjadi tahanan untuk
mengancam agar Wu Mei tidak mendekat.
“Aku
adalah suaminya,” kata Wu Mei. Dan si Bandit tidak percaya, dia meminta Wu Mei
untuk membuktikannya, jika benar Wu Mei serta Luo Jing adalah suami istri.
“Di
depan ku sekarang. Cium, peluk, dan gendong dia. Aku adalah orang yang berhati
sangat baik. Aku tidak akan pernah memisahkan pasangan,” kata si Bandit, menantang
Wu Mei. Lalu dia mendorong Luo Jing ke arah Wu Mei sambil masih menahan nya
dari belakang.
Luo
Jing melotot memandangin Wu Mei yang mendekatkan wajah kepada nya. Lalu saat
bibir mereka berdua semakin mendekat. Wu Mei berbicara dengan nada pelan, “Wanita
bodoh!”
Mendengar
itu, Luo Jing langsung menutup mulut Wu Mei dengan tangannya. “Aku tidak bisa
mencuri kekasih orang lain,” balas Luo Jing.
Melihat
itu, si Bandit langsung menarik Luo Jing. Karena apa yang mereka berdua
lakukan, membuktikan bahwa mereka berdua bukanlah pasangan. Jadi menurutnya,
tidak salah bila dia mengambil Luo Jing menjadi miliknya.
Tidak
terima, Wu Mei langsung menyerang si Bandit, tapi tangannya malah tergores
pedang karena itu. Namun walaupun
begitu, dengan lihai, Wu Mei mampu mengalahkan si Bandit dan merebut
Pedangnya. Lalu Wu Mei mengarahkan pedang itu ke leher si Bandit. Dan dengan
ketakutan, si Bandit memohon ampun agar di lepaskan.
“Pergilah!”
kata Wu Mei dengan tegas. Lalu si Bandit tersebut langsung berlari pergi.
Wu
Mei membuang pedang si Bandit, lalu dia mendekati Luo Jing yang sedang memeluk
batang pohon bambu. “Kamu baik- baik saja?” tanya Wu Mei. Dan Luo Jing
mengiyakan sambil menatap terpesona kepada Wu Mei.
Tapi
tiba- tiba saja, suasana berubah menjadi sangat canggung. Karena baju Luo Jing
terbuka sedikit, dan memperlihatkan bahu nya. Dan Wu Mei pun langsung memalingkan
wajahnya menghadap ke arah lain. Sementara Luo Jing langsung membenarkan
pakaian nya kembali.
“Kamu
berdarah. Aku akan membersihkan nya untukmu,” kata Luo Jing memegang tangan Wu
Mei. Tapi karena malu, Wu Mei menarik tangannya.
“Pencuri
kecil seperti itu, aku bisa mengalahkan seratus orang dari mereka,” kata Wu
Mei.
“Luar
biasa. Luar biasa,” kata Luo Jing memuji. Kemudian dia menatap Wu Mei, dan
berpikiran bahwa seandainya Wu Mei bukan gay dan belum memiliki pasangan, maka
mungkin dia sudah akan jatuh cinta kepada Wu Mei.
Zhang
Ji datang, dan menanyakan keadaan mereka berdua. Lalu dia memberitahu kepada
Luo Jing bahwa sewaktu Luo Jing menghilang, Wu Mei sangat panik mencari Luo
Jing. Dan mendengar itu, Wu Mei langsung menatap tajam ke arah Zhang Ji,
sehingga Zhang Ji pun langsung menutup mulutnya.
“Hah?!
Bukankah dia sudah punya pasangan? Jangan bilang, dia juga tertarik kepada
Wanita?” gumam Luo Jing pelan. Tapi Wu Mei tetap mendengar nya.
“Zhang
Ji, bawa wanita bodoh ini kembali ke kediaman ku,” kata Wu Mei, memerintah.
“Eh!
Kamu memanggilku wanita bodoh lagi. Dasar barbar,” balas Luo Jing, kesal.
Lalu
akhirnya, Wu Mei yang menang. Dia menekan dahi Luo Jing dengan kuat, kemudian
dia menggendong paksa Luo Jing dan membawanya bersamanya. Dan tanpa bisa
melawan, maka Luo Jing pun membiarkan Wu Mei membawa nya duduk ke atas kuda.
Tapi kali ini, Wu Mei membuat Luo Jing duduk di depannya.
Sesampainya
di kediaman Lin. Luo Jing memberontak lebih kuat, menyuruh agar Wu Mei
menurunkannya. Tapi Wu Mei tidak mau menurunkannya, hingga mereka bertemu
dengan Fei Yu, barulah Wu Mei menurunkan Luo Jing.
Melihat
kedatangan mereka berdua, Fei Yu menyuruh Luo Jing untuk melayanin Wu Mei dan
membawa nya masuk ke dalam. Tapi Luo Jing memalingkan wajah, dan tidak mau
melakukannya. Jadi Fei Yu lah yang melayani dan membawa Wu Mei masuk ke dalam
kediamannya.
Setelah
Fei Yu, Wu Mei, serta Zhang Ji, masuk ke dalam rumah. Luo Jing tersenyum
senang, dan langsung berlari untuk kabur. Tapi sayang nya tidak bisa, karena
penjaga pintu menahannya. Jadi dengan terpaksa Luo Jing pun tidak jadi kabur.
Tanpa
berbasa- basi sedikit pun, Wu Mei secara langsung menjelaskan maksud
kedatangannya kepada Fei Yu. Masalah pertama, dia berharap sebelum pernikahan,
Fei Yu bisa mengajarkan Luo Jing lebih baik lagi. Dan tidak membiarkan hal
seperti ini terjadi lagi.
“Saya
merasa sangat malu, telah merepotkan Yang Mulia untuk mencari Putri saya. Ini
adalah masalah serius bagi keluarga Lin. Sebagai seorang Ayah, saya pasti akan
mengajarkannya dengan benar,” kata Fei Yu, menyakin kan.
Masalah
kedua, Wu Mei ingin membicarakan tentang Ibunya. Tapi ketika melihat Luo Jing
masuk ke dalam ruangan, dan bersikap tidak sopan kepadanya, maka Wu Mei pun
merasa kesal. Dan dia meminta Fei Yu untuk mendisplinkan Luo Jing dengan lebih
keras.
“Dasar
tidak berbakti! Berlutut sekarang!” kata Fei Yu, memarahi Luo Jing.
“Mengapa
aku harus berlutut?” balas Luo Jing, tidak terima.
“Aku
tidak percaya, kamu berani membahaya kan ku,” kata Luo Jing dengan geram pada
Wu Mei. Tapi Wu Mei tidak peduli.
Seorang
penjaga lain datang, dan dia menyiram kepala Luo Jing dengan air seember.
Melihat itu, Wu Mei merasa terkejut, dan langsung berdiri dari duduk nya. Xi
Que pun langsung mendekati Luo Jing untuk membantu nya berdiri, tapi Luo Jing
menolak.
“Barbar!”
kata Luo Jing dengan nada tajam. Kemudian dia berdiri, dan berjalan. Tapi
karena tidak kuat, dia terjatuh. Dan Xi Que pun langsung menahan tubuhnya.
Wu
Mei mendekati Fei Yu dengan emosi sambil menunjuknya. “Mengapa kamu
menghukumnya seperti itu? Jika terjadi apapun nantinya, siapa yang akan kamu
nikah kan pada ku? Aku tidak ingin setiap orang menderita, hanya karna satu
kata!”
“Ya,
ya, ya,” balas Fei Yu. Lalu dia menyuruh Xi Que untuk membawa Luo Jing ke dalam
kamarnya dan beristirahat.
Karena
Xi Que tidak mungkin bisa mengangkat Luo Jing sendirian. Maka Wu Mei pun
mendekati Luo Jing yang telah pingsan, dan menggendongnya.
Didalam
kamar. Akhirnya Luo Jing terbangun, dan melihat itu Xi Que merasa sangat
senang. Saking senangnya, Xi Que terus mengguncang tubuh Luo Jing. Dan dengan
lemah, Luo Jing mengatakan bahwa bila Xi Que terus melakukan itu, maka dia akan
pingsan lagi. Jadi Xi Que pun berhenti mengguncang tubuh nya.
“Xi
Que, bagaimana aku kembali ke sini, setelah aku pingsan?” tanya Luo Jing.
“Yang
Mulia yang menggendong mu kembali ke sini,” jawab Xi Que.
Dengan
curiga, Luo Jing memeriksa tubuhnya sendiri, takut kalau Wu Mei ada melakukan
hal yang buruk pada tubuhnya. Dan melihat itu, Xi Que tertawa, lalu dia
menjelaskan bahwa Wu Mei adalah orang yang baik. Karena selama setengah hari
tadi, Wu Mei menjaga Luo Jing.
Luo
Jing kemudian berdiri, dan ingin pergi keluar. Tapi Xi Que menahannya, karena
Fei Yu telah memberikan perintah agar tidak membiarkan Luo Jing untuk keluar.
Bahkan di depan pintu kamar, Fei Yu telah menempatkan dua penjaga untuk
berjaga.
Mengetahui
itu, Luo Jing merasa kesal. Dan dia menyebutkan berbagai pribahasa yang sesuai
dengan keadaan nya. Mendengar itu, Xi Que merasa sangat kebingungan dan tidak
mengerti, tapi dia tidak bertanya dan membiarkan saja Luo Jing berbicara
sendiri.
Tags:
Unique Lady