Sinopsis Chinese Drama : IN YOUTH Episode 01-1


Sinopsis Chinese Drama : IN YOUTH Episode 01-1
Images by : Dragon TV
Adegan di buka dengan seorang anak pria yang  berpakaian ala batman.
“Aku bermimpi menjadi Batman sejak kecil. Dia adalah seorang pria yang hebat.”

Anak itu memarahi sekelompok anak yang sedang mengganggu seekor anak anjing.
“Tapi, aku tidak bisa mewujudkannya sendirian.”
Dan pada akhirnya, malah dia yang di serang oleh sekelompok anak-anak itu. Dia pulang dengan kostum batman-nya yang terkoyak-koyak.
“Aku butuh seorang partner. Kami dapat bertarung bersama melawan orang jahat. Kami dapat saling mendukung satu sama lain walau apapun yang terjadi.”
Bertahun-tahun kemudian…


Di sebuah perusahaan, sedang di adakan rapat. Pemimpin rapat sangat marah karena perusahaan mereka mendapat banyak komplain dari para pelanggan. Dia juga bertanya siapa yang telah menulis laporan sampah seperti itu? Harap berdiri!

Semua peserta rapat langsung menundukkan kepala dan tidak berani bersuara sedikitpun. Di saat semua pada ketakutan, ada 1 pria yang malah tampak tenang dan bahkan menggambar Batman di bahan rapat. Pria itu adalah Fan Shu Chen.
“Apa kalian dengar yang ku katakan? Siapa yang membuat laporan ini?” ulang Manager Yu, kesal.
“Manager Yu. Aku rasa kita harus menyelesaikan permasalahan dengan pelanggan kita terlebih dahulu. Itu prioritas kita. Masalah lain bisa kita bicarakan nanti,” ujar Shu Chen.
Dan manager Yu langsung agak tenang. Tetapi, dia mencari Shi Wei Cong yang bertanggung jawab pada masalah ini, dimana dia? Kenapa tidak hadir di rapat?
Secara diam-diam, Shu Chen mengirimkan pesan pada Wei Cong.
Wei Cong adalah teman SMA Shu Chen.
“Shi Wei Cong. Aku harus terus memperhatikannya selama di SMA. Dia adalah anak ceroboh yang tidak menunjukkan ketertarikan dalam belajar. Dia nakal tapi pintar. Aku harus memaksanya untuk berkosentrasi dalam belajar. Dia akan menggunakan waktunya di toilet juga. Tapi, dia adalah teman baikku.”



Selama masa sekolah terlihat Shu Chen selalu mengawasi Wei Cong untuk membaca buku pelajaran. Saat Wei Cong di toilet, Wei Cong akan membaca komik, tapi Shu Chen akan muncul tanpa terduga dan menarik buku komiknya dan memberikannya buku pelajaran untuk di baca. Wei Cong jelas saja kesal.

Wei Cong sedang sibuk di ruang kerjanya, dan tiba-tiba mendapat pesan dari Shu Chen yang menyuruhnya untuk menjalankan plan B. Wei Cong membalas ya, dan mulai mengumpulkan semua berkas-nya.
Saat menuju ruang rapat, dia melewati meja FO dan melihat banyak orang yang berdemo di sana. Wei Cong langsung melewatinya begitu saja.
“Dia membuat kesalahan besar dan sekarang terlambat untuk rapat,” omel Manager Yu. “Dimana dia?”
Dan pas sekali, Wei Cong masuk ke dalam dan segera memberikan semua berkas yang di bawanya ke hadapan manager Yu. Diam-diam, Shu Chen tersenyum.
“Manager Yu, lihat. Kita membuat banyak perencanaan untuk pelanggan kita. Mereka memilih rencana yang hanya memerlukan sedikit uang. Tapi, sekarang mereka malah ingin hasil terbaik. Bagaimana mungkin bisa?!” jelas Wei Cong.
“Jadi, kau tidak memikirkan dengan reputasi perusahaan kita?”
“Ini tugas yang sangat berat. Dan kami sudah bekerja lembur selama 3 hari karena kami tahu prinsip dari perusahaan kita. Lihatlah mereka semua, semuanya kehilangan berat badan (sambil melihat ke peserta rapat, dan mereka langsung berpura-pura kelaparan). Manager Yu, aku tahu kau tidak suka orang-orang di group-ku, tapi perusahaan kita membutuhkan beberapa pria bodoh untuk melakukan pekerjaan melelahkan tanpa mengharapkan penghargaan.”
“Hentikan omong kosongmu! Para pelanggan itu protes mengenai kampanye penjualan kita. Aku butuh rencana sekarang ini!”

Shu Chen yang dari tadi sibuk menggambar Batman, akhirnya ikut bicara, “Aku rasa ini bukan masalah serius. Masih ada waktu 1 hari sebelum masa kampanye kita berakhir. Mari kita lihat bagaimana ini akan berlanjut.”
“Kau merasa kalau segalanya akan baik-baik saja besok?” tanya Manager Yu.
“Aku rasa tidak ada yang bisa melakukan pekerjaan yang lebih baik daripada team Shi Wei Cong. Mereka tidak seharusnya selalu di salahkan. Jadi, jika kita tidak bisa menemukan solusi terbaik, maka orang-orang di team-ku akan menanggung tanggung jawab bersama mereka.”
Wei Cong langsung memberi tanda jempol dengan jarinya karena Shu Chen telah membantunya. Dan Wei Cong meminta agar Manager Yu memberikan mereka waktu. Manager Yu akhrinya setuju akan memberikan waktu 1 hari lagi.
Setelah manager Yu pergi, Wei Cong langsung bertanya pada Shu Chen, apa yang harus mereka lakukan? Shu Chen menyuruhnya tenang, kan tidak mungkin bilang kalau tidak ada solusi. Dia mengajak Wei Cong untuk ikut ke ruang kerjanya.

Di ruang kerjanya, Shu Chen mulai serius. Dia mulai membagi tugas dengan anggota team-nya, ada yang membuat PPT, ada yang di suruh menjadi data terakhir di weibo dan ada yang di suruh mempergunakan semua akses untuk menjadi headlines akhir bulan ini.
“Laporan ini sudah kardaluarsa. Minta departemen digital media untuk mengirimkan laporan terakhir. Aku perlu semua data,” perintah Shu Chen.
Wei Cong dan team-nya hanya berdiri diam melihat Shu Chen sibuk membagi tugas di team-nya.
Setelah itu, Shu Chen juga memanfaatkan koneksi-nya untuk mendapatkan prioritas untuk platform Taobao. Pokoknya, dia jadi tampak berwibawa. Dia bahkan juga menyuruh team Wei Cong untuk membantu pekerjaan teamnya.
“Apa yang bisa ku lakukan?” tanya Wei Cong.
“Kau mendapatkan tugas penting untuk di lakukan. Kau harus membantu Yang Yang,” ujar Shu Chen dan menyerahkan ponselnya.
--
Di tengah keramaian jalan, seorang wanita sedang sibuk menelpon. Dia adalah Editor dari Global Sports.
“Li Yang Yang. Editor dari Global Sports. Gadis yang sangat hebat dalam olahraga. Pekerja keras yang arogan. Kau pasti akan kaget, karena dia adalah gadis manis dan naif saat masih SMA. Ku kasih tahu ya, bahkan aku, tidak menyangka dia berubah.”

Li Yang Yang adalah teman SMA Shu Chen dan Wei Cong. Dan dia adalah gadis yang sangat ceria saat SMA.
Sekarang, dia hanyalah seseorang yang gila kerja. Dia menelpon Shu Chen untuk meminta bantuan, “Aku ingin tahu artis mana yang ada ada di Beijing sekarang. Dan dia harus siap untuk interview.”
“Jangan khawatir. Xuan Li dapat membantu kita.”
--
Di sebuah tempat SPA,
Seorang wanita sedang menjelaskan mengenai produk dari tempat SPA mereka kepada seorang pelanggan.
“Ji Xuan Li. Temanku yang lain. Aku harus menjelaskannya secara resmi. Dia itu aneh. Bahkan saat di SMA, aku harus menjaganya. Dia tidak sadar situasi bahkan jika dia di bully oleh seseorang. Aku mau tidak mau jadi menjaganya. Tapi, aku tidak menyangka kalau dia masih saja bodoh hingga sekarang.”
Di masa SMA, Shu Chen selalu berada di sekitar Xuan Li. Xuan Li ini benar-benar tidak sadar situasi, bahkan saat mau di bully pun dia masih tersenyum mengira kalau para pembully adalah teman-temannya.
 Xuan Li mendapat pesan dari Yang Yang meminta bantuan karena dia perlu tahu artis mana yang ada di Beijing dan siap untuk dia interview sekarang.
--

Shu Chen telah menyelesaikan persiapannya. Dan dengan langkah percaya diri, dia keluar dan menghadapi para pelanggan yang masih protes di FO. Para pelanggan bahkan ingin menuntut perusahaan karena telah melakukan penipuan.
“Siapa yang bilang kami menipu?” Shu Chen akhirnya tiba. “Kalian bisa menuntut kami jika kalian punya buktinya. Tapi, kami tidak akan membiarkan orang yang menyebarkan fitnah.”
“Kalian menipu kami. Sekarang, kau ingin menyalahkan kami. Kami tahu kalau kalian adalah perusahaan besar. Tapi, jangan mencoba melawan kami!”
“Kami akan melaporkan kalian ke departemen industri dan pelanggan.”
“Apa tuduhannya?” tanya Shu Chen dengan tenang.
“Kami memberikan uang, tapi kami tidak mendapatkan apapun. Kau penipu.”
“Kami tidak akan berbohong mengenai hal itu,” jawab Shu Chen. “Kampanye ini tidak menerima satupun respon dari media. Tapi banyak netizen yang membicarakannya di medsos. Berdasarkan persyaratan dari netizen, kami mempunyai percakapan dengan penyedia platform. Kami dapat menawarkan kalian platform eksklusif. Begini saja, aku akan menjelaskannya pada kalian di ruang rapat.”
“Kami tidak tahu apakah data itu asli atau tidak. Bagaimana jika data itu palsu?”
“Kalian bisa melihatnya di internet. Kalian akan tahu apakah data ini palsu atau tidak. kami juga tidak mungkin bisa mengubah data di internet.”
Mereka masih ragu, tapi sudah di arahkan ke ruang rapat. Jadi untuk sementara, mereka   menurut saja.
Setelah orang itu pergi, Shu Chen menyuruh kepada anak buahnya, Yue Ying, untuk mencari tahu dari pihak iklan mana yang mengatur pertemuan ini? Karena para pedagang itu hanya peduli dengan barang mereka sendiri, tapi darimana mereka tahu mengenai hukum dan mengenai kita yang bisa saja mengubah data? Dia rasa hanya ‘perusahaan’ itu yang akan menyerang mereka seperti ini. Yue Ying jelas terkejut dengan pemikiran Shu Chen.
Saat itu, seorang wanita, berjalan menerobos kerumunan massa itu dan hampir terjatuh jika bukan Shu Chen yang menolong. Shu Chen mengira kalau wanita itu salah seorang dari pendemo dan menyuruhnya untuk ke ruang rapat.
“Aku bukan bagian dari mereka. Hallo, aku Lin Zi Yu. Ini hari pertama ku bekerja di sini,” perkenalkan Zi Yu.
“Aku Fan Shu Chen. Direktur dari group proyek satu. Kau…”
“Aku akan bekerja untuk group proyek dua. Senang berjumpa dengan Anda.”
Mendengar kalau Zi Yu bekerja untuk group 2, Shu Chen menyuruhnya untuk ikut saja dengannya ke ruang rapat. Dia juga menyebut Zi Yu sangat beruntung. (Group 2 itu adalah group yang di pimpin Wei Cong).
--
Xuan Li menelpon Wei Cong dan memberitahu kalau asisten He Jia membuat pemesanan di tempat mereka, dan dia yakin kalau He Jia pulang ke Beijing bersama istrinya. Dia berkata akan menemui mereka di café.
Wei Cong menelpon dan memberitahu kalau Shu Chen sedang menangani kasus ini, jadi dia yang akan membantu Yang Yang. Dia berkata tahu konsekuensinya dan tahu tanggung jawabnya. Dia tidak takut kalau Shu Chen akan melakukan sesuatu yang bodoh, jadi jangan khawatir. Setelah teleponan dengan orang pertama, dia mendapat telepon dari Yang Yang dan berkata akan segera tiba sebentar lagi.
--

Yang yang berjalan dengan cepat menuju café. Sementara, Wei Cong berlari sambil membawa papan yang besar.
Xuan Li sudah menunggu mereka, dan orang yang pertama yang tiba adalah Yang Yang.
--
Zi Yu membantu Shu Chen dengan membagikan minuman untuk para peserta rapat (pendemo). Dan Shu Chen memulai persentasi sekaligus penjelasannya.
“Ini sudah 14 jam sejak kami menglauching kampanye ini. Mari lihat topik di medsos terlebih dahulu.”
--

Yang Yang menelpon dan berkata untuk mengurusi printer dulu, dia akan berusaha yang terbaik untuk menyelesaikan interview sebelum jam 12 malam ini.
Xuan Li memberitahu Yang Yang yang telah selesai berteleponan kalau dia mendapat daftar tamu untuk acara amal malam ini.  He Jia dan istrinya akan hadir di sana. Kebetulan EO acara itu adalah salah satu partner perusahaan-nya. Acara itu adalah acara untuk mengumpulkan dana untuk para anak yang sakit. Jadi,mereka tidak mengundang media karena tidak ingin acara ini jadi kehilangan fokus.
“Aku akan menulis namamu di daftar tamu. Selama kau tidak menghadiri acara ini sebagai reporter,” ujar Xuan Li.
“Xuan Li, kau sangat hebat!” puji Yang Yang.
Wei Cong akhirnya tiba di café dengan nafas ngos-ngosan. Dia memberitahu Yang Yang kalau Shu Chen tidak akan datang kemari. Wei Cong menyerahkan papan besar yang di bawanya, sepertinya lukisan, kepada Yang Yang. Dia memberitahu informasi yang di dapatkannya, kalau mudah untuk bertemu dengan He Jia tapi sulit untuk mewawancarainya. Dan Yang Yang harus bisa bekerja sama dengan asisten He Jia. Shu Chen sudah menelpon asisten He Jia dan meminta bantuan.
“Kami menyediakan layanan PR untuk pernikahan tn. He dan kami melakukan pekerjaan yang baik. Shu Chen menggunakan hubungan baiknya dengan asistennya itu. Asistennya memberitahu Shu Chen kalau tn. He suka pada lukisan ini. Jika kau menghadiri acara itu malam ini dengan lukisan ini, tn. He akan tertarik untuk membelinya. Lalu, kau akan mempunyai kesempatan untuk memperkenalkan dirimu pada tn. He dan memintanya wawancara,” jelas Wei Cong. “Dan selanjutya tergantung pada kemampuanmu lagi.”
“Yang Yang pasti bisa melakukannya!” yakin Xuan Li. “Shu Chen benar-benar teman yang bisa di harapkan.”
“Benar. Eh, tapi apa yang sedang di lakukannya sekarang?”
“Dia membantuku mengatasi masalah. Dia berkata kalau aku hanya akan membuat pelanggan terganggu, jadi dia memintaku untuk membantumu saja. Aku sangat tidak beruntung. Yang Yang, kembalikan uangku ya. Aku yang membeli lukisan ini.”
Dan mereka langsung memarahinya. Mereka percaya bukan Wei Cong yang membelinya, pasti Shu Chen.
--

Shu Chen masih menjelaskan mengenai permasalahan kepada para pendemo. (Perusahaan mereka itu perusahaan yang menyediakan jasa PR – Public Relation –) dan tampaknya dia berhasil menyelesaikan masalah itu. Karena para karyawan sibuk mengirim pesan mengabarkan hal tersebut, mengenai kekerenan Shu Chen mengatasi situasi dan menyelesaikan masalah. Mereka bahkan berkumpul di depan ruang rapat untuk melihat bagaimana cara Shu Chen menyelesaikan masalah. Semua tampak kagum padanya.

Para pendemo juga yang awalnya marah-marah, tampak sudah mengerti dan tidak lagi emosian.
Dan saat rapat belum selesai, Zi Yu sudah pergi dari ruang rapat.
(Jujur saja, aku saja masih bingung, apa sih permasalahan mereka, soalnya nggak jelas. Tapi yang jelas, Shu Chen adalah anak kecil yang bercita-cita menjadi batman itu).
--
Yang Yang tiba di acara amal itu dengan membawa lukisan yang di berikan Wei Cong. Dan Xuan Li kembali ke tempat kerjanya.
--

Setelah rapat yang panjang dan tanya jawab dengan para pendemo, semua jadi merasa puas dan tidak marah lagi. Mereka bahkan bertepuk tangan untuk penjelasan Shu Chen. Wei Cong yang baru kembali dari kantor, senang karena masalah sudah selesai (yang membuat masalah itu group 2, group nya Wei Cong, tapi Shu Chen dari group 1 yang membantu menyelesaikan).
--

Malam hari,
Yang Yang, Xuan Li, Shu Chen dan Wei Cong berkumpul bersama.
Perfect day! Perfect friend! Perfect solution! Perfect Man (Shu Chen)! Ujar mereka dan bersulang.
Kembali ke masa SMA,
Setelah membaca kisah kesuksesanku, ini saatnya membaca cerita lain mengenaiku. Terimakasih untuk teman-temanku, karena aku bisa menjadi orang yang percaya diri dan berani.

Saat SMA, mereka melihat seorang anak kecil di ganggu. Dan dengan menggunakan jaket ala pahlawan, mereka mengusir para pembully itu.
Kami semua adalah anak nakal dan naif, tapi ketika kami bertemu, kami mencoba menjadi orang yang lebih baik.
--

Esok hari,
Saat sedang membeli kopi, anggota team Shu Chen menghampiri Shu Chen. Mereka protes mengenai karyawan baru untuk group 2 yang sangat cantik, dan dia ingin Shu Chen merekrut karyawan seperti itu untuk team mereka. Shu Chen tertawa mendengar protesan mereka, dan menyarankan agar mereka pindah saja ke group 2, jadi bisa satu team dengan Zi Yu. Eh, mereka malah menolak untuk masuk group Wei Cong. Shu Chen tertawa melihat tingkah mereka.

Selesai berbincang, Shu Chen duduk hendak menikmati kopinya. Tapi, perhatiannya teralih pada Zi Yu yang lewat di depan café. Dia tampaknya tertarik pada Zi Yu.
--

Wei Cong sedang berada di toilet dan malah mengirimkan pesan suara pada pacarnya, berkata kalau dia rindu. Saat sedang asyik mengirim pesan, asistenya, Zheng Qi, mengetuk pintu. Dia bertanya keputusan Wei Cong bagaimana? Semua sedang menunggu keputusan Wei Cong untuk Festival Beer.
“Kau sangat mengganggu. Aku sedang di kamar mandi. Tidak bisakah kau bertanya nanti? Kita kan sudah sering mengurus Festival Beer, tidak bisakah kau memutuskannya sendiri? Jangan menggangguku dengan hal tidak penting begitu.”
“Dir. Shi, tolong tanda tangan dulu berkasnya. Lalu, kau bisa melakukan apapun yang kau mau di kamar mandi,” pinta Zheng Qi.
Wei Cong benar-benar kesal dan berkata akan tanda tangan. Tapi, pas mau keluar toilet, dia baru menyadari kalau tissue toilet habis, jadi dia menyuruh Zheng Qi mengambilkan tissue toilet dulu.
--

Selesai itu, Zheng Qi masih harus membersihkan ruang kerja Wei Cong yang berantakan. Sementara Wei Cong langsung saja menandatangani berkas yang di berikan Zheng Qi tanpa mempelajari bahkan membacanya.
“Cepat bersihkan ruanganku,” perintah Wei Cong dan juga menceramahi Zheng Qi agar belajar lebih giat lagi. “Pekerjaannku sudah selesai! Saat nya istirahat,” ujar Wei Cong dan keluar dengan santai.
Zheng Qi hanya bisa melongo melihat sikap boss-nya itu.
--
Zi Yu berada di ruangan penyimpanan berkas dan mempelajari banyak sekali berkas. Saat Yue Ying masuk, dia langsung panik gitu, hingga Yue Ying menyuruhnya untuk tidak usah tegang.
“Kau adalah pekerja baru pertama di perusahaan kami yang menawarkan diri untuk masuk ke ruang referensi ini untuk belajar,” ujar Yue Ying.
“Aku tidak punya pengalaman di bidang PR, jadi aku ingin mempersiapkan diri. Aku tidak ingin merepotkan yang lain nantinya.”
“Bagus. Belajarlah yang rajin,” ujar Yue Ying menyemangati dan mulai masuk ke dalam untuk meletakkan berkas.

Setelah Yue Ying pergi, Zi Yu membuka halaman salah satu berkas, dan ternyata dia tadi menutupi sebuah seperti majalah gitu, tapi isinya mengenai informasi Shu Chen. Woaah… ada apa ini? Siapa dia sebenarnya?
--
Wei Cong pergi ke café menemui pacarnya. Tapi saat pacarnya datang, dia malah sibuk bermain game di ponsel dan mengabaikan pacarnya tersebut. Pacarnya jelas jadi kesal dan mengancam mereka tidak usah nikah saja. Wei Cong panik dan untunglah dia langsung menyadari kalau rambut pacarnya berbeda, sehingga pacarnya itu tidak jadi marah karena Wei Cong masih perhatian padanya.
“Aku akan memberikan apapun padamu,” ujar Wei Cong menggombal.
“Benarkah?”
“Tentu saja.”
“Kalau gitu, tambahkan namaku sebagai pemilik di sertifikat properti-mu,” pinta pacarnya itu. (pintar kali pacarnya itu minta hadiah).
“Hah?!”


1 Comments

Previous Post Next Post