Sinopsis Korean Drama : Beautiful World Episode 01 – 1

Sinopsis Korean Drama : Beautiful World Episode 01 – 1
Images by : jTBC
Semua karakter, organisasi, tempat, kasus, dan insiden dalam drama ini fiktif



Adegan di mulai dengan memperlihatkan bulan purnama yang bersinar terang. Dan dengan di terangi bulan purnama tersebut, terlihat seorang siswa SMP, Park Sun Ho, terjatuh dari atap gedung sekolah. Dia terjatuh dengan di temani oleh berlembar-lembar kertas yang juga ikut terjatuh. Tangannya menggapai ke atas, seolah memohon pertolongan. Tali sepatu-nya lepas. Wajahnya penuh ketakutan.
Besok saat larut malam, kita bisa melihat gerhana bulan total disaat bayangan Bumi menutupi bulan sepenuhnya. Itu adalah berita yang tersiar dari sebuah radio mobil. Di dalam mobil itu, ada sepasang suami istri, Park Moo Jin dan Kang In Ha.
In Ha menelpon putrinya, Park Soo Ho yang berada di rumah. Dia memberitahu Soo Ho kalau mereka sudah akan segera tiba di rumah. Dia juga menanyakan dimana Sun Ho (oppa Soo Ho)? Tapi, ternyata Sun Ho belum pulang.
Selesai bicara dengan Soo Ho, In Ha memberitahu Moo Jin kalau Sun Ho masih belum pulang juga. Moo Jin tampak tenang karena Sun Ho mungkin pulang sebentar lagi. In Ha tidak merasa demikian karena kelas Sun Ho selesai jam 20.30, sedangkan jam sekarang sudah 21.30 lewat. Dia jelas merasa khawatir.

In Ha langsung mencoba menelpon ke ponsel Sun Ho. Moo Jin menyuruh In Ha untuk tidak terlalu ketat pada Sun Ho karena Sun Ho kan sudah kelas 9. In Ha dengan kesal karena itu Sun Ho harusnya menjadi lebih di siplin. Dia merasa kalau mereka sebagai orang tua sudah terlalu santai pada Sun Ho. Moo Jin hanya tersenyum sambil terus menatap bulan purnama, untuk melihat gerhana bulan total. In Ha berulang kali menelpon Sun Ho, tapi ponsel Sun Ho mati.
“Sayang!” teriak In Ha kaget karena Moo Jin hampir menabrak mobil di depan mereka gegara asyik melihat bulan purnama.
Refleks, Moo Jin menginjak rem mobil dengan kuat.

Brakk! Tubuh Sun Ho terjatuh ke tanah. Darah membasahi kepalanya.
Moo Jin dan In Ha terhindar dari tabrakan.
Kamera menyorot ke arah kaki Sun Ho, dan dia masih mengenakan sepatunya.


Kertas terus berjatuhan dari atas gedung. Tangan Sun Ho terlihat sedikit bergerak. Di sekitara tubuh Sun Ho berceceran ponsel, dompet, buku Solusi Matematika SMA dan kertas-kertas. Darah yang menggenang di kepalanya memantulkan bayangan bulan purnama.
Kamera kembali menyorot ke kaki Sun Ho, dan kini sepatu Sun Ho sudah tidak ada lagi!

Sepatu Sun Ho berada di atap gedung dalam keadaan terikat rapi. Dan terdengar suara orang membuka pintu atap, pergi dari sana.
Bayangan, menelan bulan
Episode 01

In Ha dan Moo Jin sudah sampai di rumah. Dan In Ha masih mencoba menelpon ponsel Sun Ho, tapi masih tidak aktif. In Ha semakin khawatir. Moo Jin masih berpikiran positif, mengira kalau ponsel Sun Ho mungkin kehabisan baterai. Jam sudah menunjukkan pukul 22.30.
“Mungkin dia lagi sama Joon Seok,” duga Moo Jin.
“Aku sudah telepon Joon Seok, tapi tidak di angkat.”
“Soo Ho, apa oppa-mu ada bilang mau kemana?” tanya Moo Jin pada Soo Ho yang sedang menonton lewat ponsel di ruang tamu.
“Tidak.”
In Ha mencoba menelpon Seok Hee, ibu dari teman Soo Ho, Young Chul. Tapi Seok Hee juga kaget karena Sun Ho belum pulang, karena Young Chul sudah pulang dan sedang makan ramyeon di tempat kerja sambilannya sekarang (di minimarket).
“Young Chul, kau pulang bareng Sun Ho setelah akademi (les)?” tanya Seok Hee pada putranya.
“Tidak.”
Dan Seok Hee menyampaikan jawaban itu pada In Ha.
“Dia memberitahumu dia kemana?” tanya Seok Hee lagi.
“Tidak. Kenapa?” tanya Young Chul balik.
Selesai menelpon Seok Hee, In Ha mencoba menelpon ke ibu Joon Seok. Dia bertanya apa Joon Seok sudah pulang?
“Iya. Aku menjemputnya di akademi. Kenapa?” tanya Eun Joo, ibu Joon Seok, balik.
“Oh… Sun Ho masih belum pulang. Dia tidak pernah pulang telat. Bisa berikan teleponnya pada Joon Seok?”
“Joon Seok lagi di kamar mandi.”
“Lalu, tolong bilang padanya untuk menelponku lagi…” belum selesai In Ha bicara, dia menerima telepon dari ponselnya. “Eun Joo, ada telepon masuk. Sampai jumpa.”
Itu telepon dari nomor yang tidak di kenal, tapi In Ha tetap mengangkatnya. Dan begitu mendengar suara orang di seberang, dunia In Ha terasa runtuh!
--


In Ha bersama dengan Moo Jin pergi ke rumah sakit dengan panik. Tubuh Sun Ho di bawa ke dalam ruang UGD. In Ha menangis dan berteriak histeris memanggil nama Sun Ho. Moo Jin juga sama paniknya dengan In Ha. 
Hari itu sama seperti hari lainnya. Tidak ada tanda-tanda yang tidak menyenangkan atau kecemasan. Pagi itu seperti hari biasa lainnya. Narasi In Ha.
Flashback
Pagi hari,
Seperti biasa, In Ha membuka toko kue HOHO-nya. Dan sembari membungkus roti yang akan di bawanya untuk sarapan keluarganya, In Ha memberitahu jadwal pengantaran kue hari ini pada Kang Joon Ha, adiknya.
“Aku berharap bisa tidur semalaman,” gerutu Joon Ha.
“5 hari terakhir ada yang datang jam 5 pagi setiap hari.”
“Oh, iya iya tahu. Pulang saja dan beri makan Hoho-mu,” ujar Joon Ha.
Tapi, sebelum pergi, In Ha masih tetap memarahi Joon Ha yang kemarin membeli kacang kenari hancur. Joon Ha dengan kesal menjawab kalau dia kan hanya salah sekali. Setelah itu, Joon Ha menyuruh In Ha pulang saja untuk mengantarkan sarapan untuk keluarganya.
In Ha pulang ke rumah dengan mengendarai sepeda. Dia menikmati sinar mentari pagi. Dia tampak gembira.

Begitu sampai di rumah, In Ha langsung berteriak memanggil Hoho-nya (Sun Ho dan Soo Ho) untuk keluar kamar dan sarapan. Suaminya melihatnya pulang membawa roti dan berkata kalau seseorang mungkin akan bosan makan sandwich. In Ha langsung bisa menebak kalau itu pasti Soo Ho.
“Cobalah makan sandwich setiap hari dan lihat bagaimana bosannya,” gerutu Soo Ho.
“Tidak setiap hari. Kadang ibu masak nasi juga,” balas In Ha.
“Aku kadang mau makan roti,” jawab Soo Ho lagi.
“Makan saja apa yang di berikan padamu,” balas In Ha.
In Ha kemudian memarahi Soo Ho karena memakai roll rambut untuk poni-nya. Soo Ho berkata kalau dia akan melepasnya nanti sebelum berangkat sekolah. In Ha langsung mengomel kalau Soo Ho terlihat aneh memakai roll itu, makanya dia sudah melarang Soo Ho memakainya.
“Apa muridmu juga begitu?” tanya In Ha pada Moo Jin.
“Anak-anak SMA levelnya di atas ini,” jawab Moo Jin.
“Aku merasa itu aneh. Kenapa pakai make-up padahal kulitmu bagus?” tanya In Ha lagi.
“Euy, aku tidak pakai make-up,” bantah Soo Ho.
Tidak lama, Sun Ho keluar dari kamarnya. Dan In Ha langsung menyambutnya dengan riang. Sun Ho tahu cara membuat hati ibunya senang karena dia berkata tidak bosa makan sandwich buatan ibunya yang enak.
Keluarga mereka tampak bahagia.
“Oh ya, ada gerhana bulan total malam ini,” beritahu Moo Jin.
“Gerhana bulan total?” ulang Sun Ho.
“Iya. Bulan memasuki bayangan bumi dan menjadi tidak terlihat,” jelas Moo Jin.
“Jam berapa?” tanya Soo Ho.
“Sekitar jam 1 atau 2 pagi. Haruskah kita melihatnya bersama?”
“Ya,” jawab Sun Ho dengan cepat.
In Ha langsung mengomel karena itu jam tidurnya Sun Ho dan Soo Ho. Soo Ho langsung menjawab kalau dia bisa tidur di sekolah. Sun Ho juga mau melihatnya, jika mereka melewatkannya kali ini, kapan lagi gerhana bulan itu akan terjadi?
“Biasanya sekitar 3 tahun. Itu akan terjadi lagi saat kau sudah jadi anak SMA,” jawab Moo Jin.
“Kalau gitu, aku harus melihatnya malam ini. Aku mungkin akan sibuk untuk melihat 3 tahun lagi,” tekad Sun Ho.
Mereka kembali tertawa bersama.
End
In Ha masih terus berteriak memanggil nama Sun Ho, berharap Sun Ho akan sadar.

Flashback
Sun Ho kembali ke kamarnya terburu-buru sebelum berangkat sekolah. In Ha yang melihatnya, bertanya apa ada yang kelupaan? Sun Ho mengiyakan dengan gugup. Sun Ho memasukkan sebuah buku berwarna biru (yang juga ada di sekitar Sun Ho saat terjatuh) ke dalam tas.
End
Sun Ho masuk ke dalam ruang operasi.

Flashback
Selesai memasukkan buku itu, Sun Ho keluar rumah. Sebelum keluar, In Ha melihat sepatu Sun Ho yang sudah usang dan merasa kalau Sun Ho butuh sepatu baru.
“Tidak apa,” jawab Sun Ho dan berangkat. Terlihat sepatunya tampak sedikit kotor. “Biarkan saja kamarku berantakan. Aku akan membereskannya saat pulang. Sampai jumpa.”
Dan Sun Ho keluar dari rumah.
End
In Ha benar-benar panik, cemas, khawatir dan takut melihat Sun Ho yang masuk ke dalam ruang operasi. Nafasnya memburu dan dia terjatuh terduduk  di lantai.
Seorang pria juga berlari panik ke rumah sakit.
--

Joon Ha berlari sambil menangis ke rumah In Ha. Seok Hee yang melihatnya, bertanya ada masalah apa? Tapi, Joon Ha hanya terus menangis dan lanjut lari ke apartemen In Ha.
Begitu masuk dalam apartemen, Soo Ho sudah menangis dan ingin ke rumah sakit. Joon Ha menghalanginya, dan berkata akan mengantar Soo Ho besok.
“Aku mau pergi sekarang juga!” teriak Soo Ho sambil menangis.
“Soo Ho! Dia aka baik-baik saja. Mereka akan menelpon setelah operasi.”
“Tdak mau! Aku mau pergi sekarang juga!”
“Soo Ho!! Oppamu akan baik bak saja. Oppa mu akan baik-baik saja,” tenangkan Joon Ha.
Soo Ho menangis histeris di dalam pelukan Joon Ha.
--
Pria yang berlari dengan panik tadi menemui In Ha dan Moo Jin. Sepertinya, dia adalah guru Sun Ho, Lee Jin Woo.
“Aku tidak tahu persis apa yang terjadi,” ujar Jin Woo.
Tapi, belum selesai dia bicara. Muncul seorang pria menemui In Ha dan Moo Jin.
“Saya datang untuk memeriksa kondisinya. Saya di beritahu Anda ada di sini. Saya adalah Park Seung Man dari Kejahatan Kekerasan Kepolisian Kangho,” perkenalkan pria itu.
--
Young Chul berada di kamarnya dan terus melihat ponselnya. Dia tampak cemas. Tiba-tiba, dia meletakkan ponselnya begitu saja di atas meja belajar, kemudian mengambil rokok dan mancis yang di sembunyikannya di laci terbawah lemari.
--
Sementara itu, Joon Seok juga berada di kamarnya yang di penuhi buku. Dia berbaring dengan tatapan kosong. Di depannya, ponselnya terus berbunyi menampilkan banyak notifikasi.
--
“Saya tidak bisa bilang pastinya ini kasus kekerasan atau kecelakaan. Saya akan menyeldiki dengan semua kemungkinan yang ada. Apa ada kemungkinan putra Anda mencoba bunuh diri?” tanya det. Park.
“Bunuh diri? Maksud Anda, Sun Ho melompat dari atap itu?” tanya In Ha dengan marah.
“Tidak. Seperti yang tadi saya bilang, semua kemungkinan…”
“Kenapa Sun Ho harus melakukannya? Kenapa dia begitu? Tidak mungkin dia akan… dia tidak akan begitu, sayang,” ujar In Ha dan meminta dukungan pada Moo Jin.
“Tidak. Sun Ho tidak akan melakukan hal seperti itu,” ujar Moo Jin. “Dia bicara tentang melihat gerhana bulan total. Dia sangat bersemangat. Pasti ada alasan lain.”
“Saya mengerti yang Anda maksud. Sayangnya, kamera CCTV sekolah tidak berfungsi. Saya tidak bisa melihat apapun, tapi si penelpon bilang… Sun Ho sendirian saat di temukan. Dan, tepi atap dari tempat dia jatuh, mereka menemukan sepatu Sun Ho,” jelas det. Park.
In Ha menangis histeris mendengarnya.
--

Seok Hee masuk ke dalam kamar Young Chul, tapi tidak ada orang di dalam kamar. Seok Hee sudah akan keluar, tapi dia mendengar notifikasi beruntun dari ponsel Young Chul di atas meja.
--
In Ha dan Moo Jin duduk menunggu operasai Sun Ho. In Ha benar-benar sudah seperti hilang akal. Dia bertanya pada Moo Jin, ini pasti mimpi kan? Ini tidak nyata kan? Ini pasti Cuma mimpi buruk kan?
“Sun Ho kita, bagaimana dengan Sun Ho kita, sayang? Sun Ho gimana nanti?” tangis In Ha dengan histeris. Moo Jin berusaha memeluknya, berusaha menguatkan In Ha.
Tapi, In Ha tiba-tiba berlutut di lantai. Dia berdoa sambil menangis histeris, berdoa agar Tuhan menyelamatkan putranya.
Doa dan teriakan serta tangis-nya terdengar hingga ke ruang operasi. Hingga ke Sun Ho.
Dan kita di perlihatkan, bulan purnama yang secara perlahan mulai memerah.
Dokter masih terus berusaha menyelamatkan Sun Ho. Berkain-kain kain warna putih telah berubah warna menjadi merah maroon.
Dan bulan purnama sepenuhnya telah berubah menjadi berwarna merah darah.
--
Seok Hee ternyata pada akhirnya melihat ponsel Young Chul. Dan apa yang di lihatnya, membuat air matanya menetes. Itu adalah video Sun Ho di bully. Dan Young Chul termasuk salah seorang pem-bully-nya.
“Ibu,” ujar Young Chul dengan terkejut melihat ibunya memegang ponselnya. Dia berusaha mengambil ponselnya dari tangan ibunya.
“Apa ini?”
“Bukan apa-apa!” teriak Young Chul.
“Bagaimana bisa ini bukan apa-apa? Apa kalian… membully Sun Ho?”
“Tidak, ibu salah.”
“Jangan bohong!” teriak Seok Hee penuh amarah. “Kau sudah gila?  Tak waras? Bagaimana bisa kau melakukan ini pada Sun Ho?” marah Seok Hee sambil memukul Young Chul.
“Cuma main-main!  Bercanda saja!”
“Bisa-bisanya kau anggap bercanda? Gimana bisa ini namanya bercanda? Gimana kau berani anggap bercanda saat dia hampir mati karena kalian? Kau tahu betapa kerasnya Ibu mencoba? Ibu berusaha keras untuk membesarkanmu dengan sopan meskipun kau tumbuh tanpa ayah. Teganya kamu melakukan ini?”
“Apa Sun Ho sudah mati? Apa dia menyalahkan kami?” tanya Young Chul tanpa rasa bersalah.
Seok Hee kehilangan kata-kata. Putra yang di besarkannya dengan susah payah malah tumbuh tanpa rasa bersalah setelah membully orang lain. “- Kau benar-benar…
“Itu cuma bercanda,” ulang Young Chul.
Hati Seok Hee hancur melihat putranya.
--
Ruang Pusat Operasi,
Jam sudah menunjukkan pukul 02.30 pagi. Soo Ho dan Joon Ha tiba di rumah sakit, tepat saat dokter menjelaskan kondisi Soo Ho pada In Ha dan Moo Jin.
“Operasinya berhasil pada beberapa bagian yang patah karena jatuh. Saya tidak yakin apa karena dia jatuh telentang, tapi pendarahan di otaknya tidak separah yang diperkirakan. Tapi, napas dan tanda vitalnya sangat tidak stabil. Lebih pentingnya lagi, dia menderita hemotoraks yang parah, jadi kami harus melakukan CPR selama hampir 20 menit. Tapi karena hipoksia, otaknya akan rusak,” jelas dokter.
“Kerusakan otak?”
“Kita harus melihat bagaimana dia pulih, tapi ada kemungkinan dia koma atau mati otak.”
In Ha kehilangan kekuatannya dan jatuh terduduk. Moo Jin juga dengan tidak berdaya bertanya kalau masih ada kemungkinan bagi putranya untuk sadar kan?
“Untuk sekarang, yang bisa kita lakukan hanyalah melihat kondisi dia pulih. Perjalanan hidupnya masih panjang,” ujar dokter dan berlalu pergi.
In Ha benar-benar terpukul.
--
Joon Ha dan Soo Ho duduk berdua di kursi taman di depan rumah sakit. Joon Ha bertanya memastika, apa Soo Ho benar-benar tidak ingin melihat Sun Ho? Soo Ho tampak berusaha menahan tangisnya.
“Begitu dia bangun… aku akan melihatnya… begitu dia bangun,” jawab Soo Ho dengan terbata-bata.
“Soo Ho.”
“Begitu dia bangun… aku akan melihatnya,” ulangnya lagi.
Joon Ha tidak bisa lagi memaksa.
--


In Ha menangis histeris melihat kondisi putranya di ranjang. Berbagai kabel dan peralatan medis terpasang di sekujur tubuh putranya. Dia benar-benar tidak kuat melihatnya. Moo Jin pun demikian, dia menangis histeris melihat kondisi putranya. Hati orang tua mana yang tidak teriris melihat putranya yang masih sehat saat pagi, tiba-tiba berada dalam kondisi terluka parah dan tidak sadarkan diri.
--

Subuh,
Moo Jin menyetirkan mobil mengantarkan istrinya, Joon Ha dan Soo Ho pulang. Tidak ada raut wajah kebahagiaan sama sekali.
--
Eun Joo sedang memotong tomat, dan dia terihat tidak fokus. Dia tampak cemas.

Bel rumahnya berbunyi hingga membuatnya kaget sehingga jarinya teriris. Yang pulang adalah suaminya, Oh Jin Pyo. Tampaknya, hubungan keluarga Joon Seok tidak baik. Itu terlihat dari Joon Seok yang bertanya siapa yang datang?
“Ayahmu. Dia bilang akan di sini malam ini.”
Jin Pyo masuk ke dalam rumah sambil berteleponan. Saat Eun Jo dan Joon Seok menyapanya, dia tidak merespon sama sekali dan hanya terus bicara dengan orang yang di teleponnya.

“Maksud saya, Dinas Pendidikan seharusnya tidak mendengar hal ini sama sekali. Astaga, Anda tidak mengerti ya? Saya tidak percaya Anda menyebutnya "insiden yang tidak menguntungkan." Aku yakin Anda akan pensiun tahun ini. Anda benar ingin menodai warisan Anda dengan ini? Makanya, Anda harus mengendalikan ini dari awal. Demi diri Anda sendiri. Buat itu berjalan tenang, lancar, dan yang terpenting, cepat. Demi kepentingan semua orang. Terutama saat kita menghadapi audit terintegrasi. Polisi akan menyebutnya "bicara dengan anak-anak." Tapi ini adalah cara mereka bilang akan melakukan penyelidikan. Pastikan untuk mengntrol anak-anak. Anda tahu gimana anak-anak zaman sekarang. Mereka akan mengoceh hal-hal yang tidak mereka mengerti. Mereka hanya akan mengarang hal-hal yang tidak benar. Orang tua tidak akan peduli selama tidak mempengaruhi anak-anak mereka. Beruntung bagi kita dia tidak mati. Bayangkan apa yang akan terjadi jika dia mati. Reporter-reporter itu akan berkerumun dan menulis fiksi mereka. Gimanapun kondisinya, dia masih hidup. Jadi, tidak akan ada banyak perhatian. Ini hanya upaya bunuh diri. Bukan sesuatu yang perlu diributkan,” ujar Jin Pyo pada orang yang di teleponnya. Dan entah kenapa dia terus menatap ke Eun Joo. Eun Joo sendiri entah kenapa terlihat sangat tegang.
Eun Joo pergi ke dapur dan mulai menyiapkan sarapan. Dan Eun Joo tanpa sengaja melihat Joon Seok yang sedang minum susu, dan entah kenapa juga wajah Eun Joo tampak cemas. Dia kemudian berkata pada Joon Seok akan menyiapkan salad.
“Sun Ho, bagaimana kondisinya?” tanya Joon Seok.
“Ibu cuma dengar dia akan di operasi.”
“Ibu.”
“Joon Seok.  Jangan sekarang. Kita bicarakan lagi nanti,” bisik Eun Joo.
Jin Pyo sudah selesai menelpon dan dia langsung bertanya pada Joon Seok, apa Sun Ho dekat dengannya? Joon Seok membenarkan.
“Kau harus pulang lebih awal dari dinasmu karena ini?” tanya Eun Joo.
“Apa "karena ini"?” ulang Jin Pyo dengan nada dingin dan membuat Eun Joo takut.
“Kau tahu, Sun Ho 'kan. Kudengar ada kecelakaan,” ujar Eun Joo.
“Sepertinya, beritanya sampai duluan padamu daripada aku,” sindir Jin Pyo.
“Aku punya teman yang tinggal di apartemen yang sama dengan keluarganya Sun Ho.”
Tapi, Jin Pyo tidak mendengar ucapan Eun Joo lagi dan hanya berkata kepada Joon Seok kalau detektif ingin mewawancarai-nya. Eun Joo jadi panik, dan bertanya kenapa? Jin Pyo berkata kalau semua anak juga akan di wawancarai dan bagian dari prosedur. Jadi, Joon Seok jangan cemas dan bilang saja tidak tahu. Lagipula Joon Seok masih kategori anak di bawah umur.
“Segera hubungi ayah kalau mereka mencoba memaksamu atau bertindak seolah mereka menginterogasimu.”
Joon Seok mengerti dan kembali ke kamarnya.

Eun Joo menyiapkan sarapan Jin Pyo sambil bertanya kondisi Soo Ho sekarang?
“Kenapa tanya padaku? Sepertinya beritanya sampai padamu sebelum ke orang lain,” tanya Jin Pyo balik sambil menyindir.
“Maksudmu apa?”
“Kau satu SMA dengan ibunya Sun Ho.  Ya 'kan?”
“Kurasa dia tidak akan menelepon untuk memberi tahuku. Dia tidak mungkin sedang waras sekarang,” gugup Eun Joo.
“Memang benar dia lagi tidak waras. Putranya berubah menjadi mayat hidup dalam semalam.”
Eun Joo tampak semakin gugup.
--
In Ha berada di dalam kamar-nya dan masih menangis. Dia berusaha menguatkan dirinya. Tapi, tiba-tiba dia teringat sesuatu.
Flashback,
Hari itu, Soo Ho datang ke toko rotinya. Dia beralasan kalau dia ada waktu kosong jadi mampir. Tapi, In ha menceramahinya agar belajar jika ada waktu luang. Saat itu, Soo Ho sedang ingin membahas mengenai akademi, tapi karena In Ha sibuk melayani pelanggan, Soo Ho jadinya mengurungkan niatnya.
“Kenapa aku tidak bolos saja dan membantu ibu?”
“Kau tidak mau berangkat, ya kan? Kenapa?  Apa ada masalah?”
“Tidak, semuanya baik-baik saja.”
“Terus kenapa?  Kau tidak suka?”
“Bukan itu.  Maksudku, Ibu keliatannya sibuk banget.”
“Dengerin ya. Kalau kamu khawatir banget sama Ibu, pergilah ke akademi dan giat belajar. Begitulah caramu membantu Ibu. Hei, kau lagi tidak enak badan?”
“Tidak. Aku pergi dulu kalau begitu.”
“Sun Ho. Kau stres tentang nilaimu?”
“Tidak, bukan karena itu.”
“Jangan terlalu mengkhawatirkannya. Kadang kau dapat nilai bagus kadang tidak. Pertahankan nilaimu dan jangan berkecil hati karenanya.”
End

In Ha menangis histeris mengingat hal itu. Saat Moo Jin masuk, In Ha langsung memberitahu kalau kemarin Sun Ho tidak mau ke akademi tapi dia memaksanya pergi. Seharusnya, dia tidak membiarkan Sun Ho pergi. Moo Jin berkata kalau ibu bukan kesalahan In Ha. Tapi, In Ha terus menyalahkan dirinya karena memaksa Sun Ho ke akademi.
“Sun Ho akan bangun. Dia anak yang kuat. Dia akan bangun,” ujar Moo Jin.
“Sayang, Sayang. Sayang. Aku tidak bisa hidup tanpa Sun Ho. Jika sesuatu terjadi padanya, aku tidak bisa melanjutkan hidupku. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Aku yang melakukan ini padanya. Ini semua salahku.”
Tangisan In Ha tersebut terdengar oleh Soo Ho. Soo Ho tampak sangat sedih medengar tangisan dan ratapan ibunya.
--

Di sekolah,
Bae Sang Bok (wakepsek) memarahi Jin Woo karena kenapa Sun Ho bisa sampai ke atap? Kan Jin Woo yang menyimpan semua kunci. Jin Woo juga tidak tahu. Sang Bok terus memarahinya.
“Mulai hari ini, prioritas nomor satumu adalah memastikan anak-anak tidak mengatakan sesuatu yang tidak perlu,” perintah Sang Bok.
“Tidak ada yang bisa kulakukan untuk itu.”
“Ketika sesuatu seperti ini terjadi, selalu ada anak-anak yang mengarang-ngarang supaya dapat perhatian. Sampai semuanya beres, tunda semua kegiatan klub dan jangan kasih anak-anak kesempatan kumpul-kumpul.”
“Ya, Pak.”
“Reputasi sekolah kita dipertaruhkan. Kita baru saja dapat pengakuan sebagai sekolah bebas kekerasan. Petugas polisi yang menyerahkan medali menelepon kita soal hal ini. Dia bilang hal yang disayangkan seperti ini bisa menempatkan mereka di posisi yang sulit.”
Tetapi, Sang Bok langsung berbisik bertanya apa ada sesuatu yang terjadi di antara anak-anak?
“Saya belum berbicara dengan mereka,” jawab Jin Woo.
“Kau harus berbicara dengan mereka untuk mengetahui hal-hal seperti itu?”marah Sang Bok.
“Tidak ada yang terjadi, sejauh yang saya tahu. Tapi jika saya melewatkan sesuatu…”
“Maka tidak ada yang terjadi!” tegas Sang Bok.
Sang Bok kemudian mengingatkan Jin Woo untuk mengirim surat ke para orang tua murid. Dan juga awasi murid-murid, jangan sampai mereka berbicara aneh. Sang Bok juga meminta catatan siswa Park Sun Ho. Jin Woo sudah menyiapkannya dna memberikannya pada Sang Bok.
Sang Bok lanjut bertanya, bukankah adik Sun Ho juga sekolah di sini? Jin Woo membenarkan, Soo Ho berada di kelas guru Ham Young Joo.
Dan lagi, Sang Bok memberitah kalau istri direktur menelpon, Eun Joo. Dan dia menyuruh Jin Woo untuk lebih memperhatikan Joon Seok yang kaget dengan apa yang di alami oleh Sun Ho. Jin Woo mengiyakan dengan malas.
--
Sementarai itu, di tempat sepi di sekolah, Young Chul berkumpul bersama dengan 2 siswa pria lainnya, Lee Ki Chan dan Na Sung Jae. Dia memberitahu mereka yang terjadi mengenai Sun Ho yang katanya mencoba bunuh diri.
“Apa mungkin ini karena para Avengers?” tanya Young Chul dengan takut.
“Hei.  Diam,” peringati Ki Chan.
“Jika itu benar, gimana sama kita?” tanya Young Chul lagi.
“Ini bukan sesuatu sampe harus bunuh diri. Cuma candaan di antara teman-teman,” tegas Ki Chan.
“Kemarin, Sun Ho pergi sebelum yang lain pada pergi 'kan?” tanya Sung Jae.
“Gak tahulah,” jawab Ki Chan.
“Gimana sama Joon Seok? Dia masih gak angkat teleponnya?” tanya Sung Jae lagi.
“Dia tidak peduli tentang persahabatan sama sekali. Hei, gimana bisa dia mengabaikan teman yang mencoba bunuh diri? Dia adalah orang yang memulai seluruh hal Avengers,” jawab Ki Chan.
“Dia tidak muncul di video. Ayahnya adalah direktur sekolah ini. Dia bakal dilepaskan,” yakin Sung Jae.
“Oh, bodo amatlah. Yaudah, kita hapus semua file terlebih dahulu,” perintah Ki Chan, dan dia tampak stress. Takut dengan yang akan terjadi.
“Jadi, apa pentingnya hapus punya kita? Sun Ho punya salinannya di ponselnya.”
Mereka semakin takut. Dan untuk sementara, mereka menghapus file video yang ada di ponsel masing-masing.
--
Seok Hee menatap kontak In Ha di ponselnya. Dia merasa ragu harus bagaimana. Dia ingin menelpon tapi juga takut. Dan pada akhirnya memilih untuk tidak menelpon.

Post a Comment

Previous Post Next Post