Sinopsis Korean Drama : Beautiful World Episode 01 – 2


Sinopsis Korean Drama : Beautiful World Episode 01 – 2
Images by : jTBC
Moo Jin bersama In Ha mengantar Soo Ho ke sekolah. In Ha berkata pada Soo Ho kalau dia bisa bolos hari ini. Tapi, Soo Ho tidak mau. In Ha tidak memaksa dan berkata kalau mereka bisa berangkat lebih awal besok pagi agar Soo Ho bisa menjenguk Sun Ho.
“Sudah kubilang akan melihat Oppa saat dia bangun,” jawab Soo Ho.

Flashback
Sun Ho, In Ha dan Moo Jin sedang menonton pertandingan bola bersama di ruang tamu. Mereka sangat heboh. Tapi, Soo Ho hanya mengintip dari pintu kamarnya, dan tidak mau ikut bergabung menonton di ruang tamu. In Ha berusaha membujuknya untuk keluar kamar.
“Tidak, kita akan kalah kalau aku ikutan nonton,” jawab Soo Ho.

Tapi, Sun Ho menariknya keluar ke ruang tamu. Tepat saat dia keluar, team yang mereka dukung malah kebobolan gol. Soo Ho jadi kesal dan merasa kalau itu memang karena dirinya.
End
Dan mungkin itu alasan kenapa Soo Ho tidak mau menjenguk Sun Ho sampai Sun Ho sadar.
--

Jin Woo memberikan pengumuman di kelas 3-3, mengenai yang terjadi pada Sun Ho. Seluruh kelas langsung heboh membicarakan apa Sun Ho di bully? Apa Sun Ho bunuh diri?
“Diam! Diam! Sepertinya kalian mendengar dari rumor. Tidak semuanya benar. Jangan membesar-besarkan atau memperburuk situasi. Kalian akan ditanyai tentang masalah ini. Jangan gugup.  Jujurlah dan katakan apa yang kalian tahu. Aku tahu kalian semua merasa kasihan, tapi kita harus tetap tenang di saat seperti ini. Aku ingin kalian berdoa dan berharap Sun Ho pulih dan kembali,” ujar Jin Woo.
Saat Jin Woo menjelaskan, seorang siswi perempuan, Han Dong Hee, terus melihat ke arah Joon Seok yang tampak tenang. Ke arah Ki Chan, Young Chul, dan Dong Soo yang tampak gugup dan takut.
Salah seorang bertanya pada Jin Woo, apa mereka bisa menjenguk Sun Ho?
“Tidak saat ini. Dia di ICU dan jam kunjungan terbatas. Itu bisa menyebabkan masalah bagi keluarganya. Aku harap tidak ada dari kalian yang menjenguknya sampai dia stabil. Satu hal lagi. Untuk saat ini, ruang obrolan kelas ditutup,” beritahu Jin Woo.
Seluruh kelas langsung heboh.
Tapi, tiba-tiba masuk seorang guru lain, Shin Kang Hoon. Dia membisikan sesuatu pada Jin Woo, dan Jin Woo langsung keluar kelas.
“Jika kalian ketahuan mengirim pesan, kalian akan segera dapat poin penalti,” peringati Kang Hoon pada seluruh kelas.

Saat itu, Dong Hee tiba-tiba berdiri dari bangku-nya dan berjalan keluar kelas. Kang Hoon heran dan bertanya mau kemana dia? Dengan suara kecilnya, dia berkata ingin ke toilet. Ki Chan tertawa kecil dan berbisik pada Dong Soo kalau ternyata ‘hantu’ (Dong Hee) bisa juga bicara.
“Dan juga, ada yang nemu hape di sekolah? Kalau ada yang menemukan ponselnya Sun Ho, jangan mikir aneh-aneh. Bawa langsung ke kantor guru. Paham?” jelas Kang Hoon.
Joon Seok, Ki Chan, Young Chul dan Dong Soo tampak ketakutan saat ponsel Sun Ho di sebut.

Dong Hee ternyata tidak pergi ke toilet, melainkan menemui Jin Woo.
“Sun Ho berusaha mati, apa itu benar?” tanya Dong Hee.
“Kami belum tahu pasti. Apa kalian berdua dekat?” tanya Jin Woo balik.

Dong Hee tidak menjawab dan langsung pergi. Saat sudah sendiri, Dong Hee mengeluarkan snack dari kantong bajunya, menggenggamnya dengan kuat, dan yakin kalau Sun Ho tidak bunuh diri.
--
Orang tua Sun Ho menemui dewan sekolah. Myung Sun (kepala sekolah) mengucapkan rasa ikut sedihnya atas apa yang terjadi pada Sun Ho.
“Kudengar para siswa akan ditanyai hari ini,” ujar In Ha.
“Benar. Detektif diminta untuk berbicara dengan mereka,” jelas Myung Sun.
“Kami bekerja sama sebaik mungkin,” timpal Sang Bok.
“Menurut Anda kami bisa ikut hadir?” tanya In Ha.
“Akan sulit. Suami Anda adalah seorang guru.  Saya yakin dia mengerti.”
“Saya mengerti. Jika kami hadir, anak-anak tidak dapat bicara dengan bebas,” jawab Moo Jin.
“Itu benar.  Dan mereka adalah anak di bawah umur. Menanyai mereka bukan untuk menginterogasi atas apa yang mereka lakukan. Bahkan para guru tidak akan hadir.”
“Saya tahu,” jawab Moo Jin lagi.
Tapi, Sang Bok malah terus bicara seolah beneran bunuh diri. In Ha tentu tidak suka mendengarnya, dan menekankan kalau Sun Ho pasti tidak akan melakukan hal itu. tapi, jikalah Sun Ho melakukannya karena sudah merasa tidak ada pilihan lagi, maka itu pasti karena dia punya masalah di sekolah.
Giliran Sang Bok yang tidak suka mendengarnya. Myung Sun menegahi dengan berkata kalau mereka harus mempercayai penyelidikan polisi. In Ha hendak protes, tapi Moo Jin memegang punggungnya, tanda agar tidak usah bicara lagi.
“Sun Ho dalam perawatan intensif. Pemulihannya adalah prioritas kami dan tetap berdo'a. Selama dia pulih, saya tidak ingin menimbulkan masalah. Apapun masalahnya, saya bisa memaafkan. Saya yakin. Saya juga seorang guru, jadi saya tahu benar situasi apa yang bisa menyebabkan insiden seperti ini pada sekolah dan staf. Maka dari itu saya meminta agar kita bisa memahami dan menerima hasilnya, tolong lakukan yang terbaik, tanpa menambah atau mengurangi fakta, untuk mengungkapkan kebenaran apa adanya, sebagai guru dan pendidik. Saya mohon,” ujar Moo Jin. Dan In Ha tampak sangat berusaha untuk menahan amarahnya pada pihak sekolah.
Ucapan itu di dengar juga oleh Jin Woo yang baru masuk ke dalam ruangan.
“Petugas keamanan yang menemukan Sun Ho kemarin, dulu seorang polisi. Telepon polisi mencegah hal terburuk terjadi. Minggu ini, dia shift malam tapi dia tidak bisa pulang.”
--


Soo Ho berada di TKP Sun Ho melompat. Dia menatap darah mengering di lantai. Tangannya bergertar karena menahan kesedihan dan amarahnya. Dia menatap ke atas. Air matanya tidak bisa berhenti mengalir.
“Kau tidak diizinkan ada di sini. Bukankah gurumu memberi tahu? Kau temannya? Kau temannya Sun Ho?” tanya Shin Dae Gil, satpam sekolah.
“Aku adalah adik perempuannya,” jawab Soo Ho dengan suara serak. “Ahjussi yang menemukan Oppaku? Terima kasih.”
“Tidak perlu berterima kasih.”
“Tapi… alangkah baiknya jika dia ditemukan sedikit lebih cepat. Kondisinya tidak akan begitu serius kalau dia dibawa ke RS sedikit lebih cepat.”
“Maaf.”
“Tidak, bukan itu yang maksudku. Aku tidak bermaksud bilang itu salah Ahjussi. Maksudku… Maaf.”
“Tidak apa-apa.”
“Terima kasih,” ujar Soo Ho dan langsung pergi.
Dari jauh, Dong Hee memperhatikan mereka. Dia berusaha menahan tangisnya.
--
Seok Hee ke depan toko roti Hoho. Tapi toko roti tersebut di tutup. Saat dia mau pergi, dia melihat In Ha yang baru datang. Seok Hee langsung tampak gugup.
“Bagaimana kondisi Sun Ho? Apa dia membaik?” tanya Seok Hee.
In Ha mengajaknya masuk ke dalam toko untuk berbincang.

Seok Hee benar-benar merasa bersalah pada In Ha. Dia hendak memberitahu yang terjadi, tapi pas saat itu, dia malah menerima pesan dari Young Chul. Young Chul memberitahu kalau Sun Ho kehilangan ponselnya, jadi dia meminta agar ibunya berpura-pura tidak tahu apapun. Tolong lakukan itu demi dirinya. Seok Hee menghela nafas berat. Dan akhirnya, dia tidak memberitahu apa yang di ketahuinya.
“Hmmm, bisa aku minta tolong?” tanya In Ha.
“Apa itu?”
“Bisa tolong tanyakan sama Young Chul apa dia kira-kira tahu apa yang terjadi? Bisa tanya padanya apa ada yang istimewa terjadi pada Sun Ho baik di sekolah atau di akademi?”
“Tentu.”
“Aku ingin bertemu temannya Sun Ho termasuk Joon Seok dan bertanya ke mereka langsung. Tapi sekolah bilang mereka akan menyelidiki semua orang. Dan jujur ​​saja, aku terlalu fokus pada Sun Ho untuk peduli tentang hal lain.”
“Iya, aku akan coba tanya,” jawab Seok Hee dengan gugup. Dia juga berkata akan memastikan Soo Ho makan, jadi In Ha bisa fokus menjaga Sun Ho.
In Ha berterimakasih atas kebaikan Seok Hee. Mendengar ucapan terimakasih In Ha, membuat Seok Hee menangis histeris. Dia terus meminta maaf. In Ha menjadi bingung.
“Aku merasa sangat bersalah. Aku benar-benar minta maaf. Aku ingin mengunjungi Sun Ho, tapi aku… Aku tidak punya keberanian untuk melihatnya.”
“Jangan bicara hal aneh. Jangan khawatir. Sun Ho akan bangun. Dia akan bangun bagaimanapun juga. Terima kasih. Terima kasih banyak.”
--

Ki Chan, Dong Soo dan Young Chul kembali berkumpul. Ki Chan berceloteh kalau dia kan sudah bilang untuk tidak usah merasa khawatir. Saat itu Joon Seok datang. Ki Chan langsung mengomel karena Joon Seok tidak membalas SMS, tidak juga menatap mereka di kelas. Seolah-olah Joon Seok mengkhianati mereka.
Joon Seok tidak takut. Dia bahkan bicara seolah tidak membully Sun Ho. Ki Chan emosi kan Joon Seok duluan yang membully Sun Ho.
“Astaga, dasar sekelompok pembunuh,” maki-nya.
Semua kaget mendengar-nya. dan Sun Ho bahkan mengancam akan menyebarkan video yang di milikinya. Ki Chan tambah gugup dan dengan suara bergetar mencoba menantang Joon Seok untuk menyebarkannya. Nanti dia juga akan terlibat.
Joon Seok semakin berani. Dia tahu kalau Ki Chan ingin bertemu dengannya untuk memintanya agar tidak menyebarkan video itu kan? Seharusnya, Ki Chan sekarang memohan bantuannya. Mereka saling berdebat. 
Pokoknya, Joon Seok tidak takut kalaupun mereka mengadukan ke polisi. Dia tidak terlibat. (sepertinya, Joon Seok yang memulai, dan Ki Chan dkk mengikuti apa yang di lakukannya. Tapi, masalahnya, mereka merekam aksi mereka, dan Joon Seok tidak terekam dalam video tersebut).
Dong Soo langsung menyuruh semuanya untuk tidak bertengkar. Kan tidak ada yang tahu apa alasan Sun Ho bunuh diri. Jadi, jika mereka tutup mulut tidak akan ada masalah. Joon Seok menegaskan kalau dia tidak ada hubungannya dengan hal ini.
“Jadi kalian dengarkan aku baik-baik,” ujar Joon Seok.
--

Satu persatu mereka di wawancarai oleh det. Park. Tapi, tentu saja, mereka lebih banyak menjawab tidak tahu, tidak dekat, tidak.
Dan selama proses tanya jawab itu, Ki Chan secara tidak langsung mulai bicara seolah Sun Ho adalah orang yang overdramatis. Dan dia malah bicara kalau sebenarnya, Han Dong Hee, punya kemungkinan lebih besar untuk bunuh diri. Dong Hee adalah orang buangan yang terkenal di sekolah mereka. Dia itu di kucilkan dan panggilannya adalah ‘hantu’. Dan satu-satunya orang yang membantunya adalah Sun Ho.
“Apa dia punya masalah dengan siswa lain karena itu?” tanya det. Park.
“Tidak, tidak masalah. Saya tidak punya hal yang mau disampaikan, boleh pergi sekarang, kan?” tanya Ki Chan.
Murid yang selanjutnya di wawancara adalah Joon Seok.
“Baru-baru ini, saya mengalami masalah dengan Sun Ho,” beritahu Joon Seok
“Masalah apa?”
“Itu… baru-baru ini, saya mengalami masalah dengan Sun Ho. Saya pernah mengolok-olok Young Chul.  Dia terkadang bertindak bodoh. Jadi, saya menjelek-jelekkan dia, dan aku memukulnya, tidak terlalu keras.”
“Dan Sun Ho bilang sesuatu padamu?”
“Iya.  Dia marah karena mengganggu teman sekelas.”
“Young Chul tadi tidak bilang apa-apa soal itu.”
“Saya langsung minta maaf ke Young Chul. Lagipula itu salah saya.”
“Jadi, kau dan Sun Ho berkelahi karena itu?” tanya Det. Park.
“Itu tidak berkelahi. Saya hanya malu karena seluruh kelas lihat.”
“Pasti canggung antara kau dan dia setelah itu.”
“Tidak. Saya merasa tidak enak, dan tidak bersikap baik padanya. Saya benar-benar minta maaf ke Sun Ho,” ujar Joon Seok.
“Kupikir dia akan mengerti.”
“Saya harap begitu.”
--
Kantor sekolah sibuk menerima telepon dari para orang tua siswa menanyakan mengenai kejadian Sun Ho tersebut. Setiap guru berusaha menenangkan setiap orang tua. Mereka menjelaskan kalau ini bukanlah interogasi hanyalah tanya jawab. Pokoknya, mereka menerima banyak protesan atas hal tersebut.
Pokoknya, keadaan sangat kacau. Bahkan ada yang membuat laporan pengaduan ke Dinas Pendidikan.
--


In Ha dan Moo Jin menjenguk Sun Ho. In Ha mencoba bicara pada Sun Ho, namun tentu saja tidak ada jawaban sama sekali. Tangis In Ha semakin pecah, memohon agar Sun Ho segera bangun.
--
Myung Sun, Sang Bok, dan Jin Woo bertemu dengan Jin Pyo.
“Mereka sudah bicara dengan para siswa, tapi tidak ada yang muncul. Tampaknya beberapa anak memberi tahu mereka Sun Ho tertekan dengan nilai-nilainya,” beritahu Sang Bok.
“Maka kita punya penyebab bunuh diri.”
“Sepertinya begitu.”
“Seperti yang Anda katakan, kami siap untuk menjaga siswa tetap di jalur. Sekolah sebagian besar diam tentang hal itu,” timpal Myung Sun.
Jin Woo tampaknya tidak suka mendengarnya dan memilih untuk menghabiskan minumannya. Jin Pyo menyadari hal itu, dan mengajar Jin Pyo untuk minum bersama. Tampak sekali, Myung Sun dan Sang Bok berusaha menjilat pada Jin Pyo.
“Selain itu, muridnya sendiri sedang mengalami kesulitan, tidak tepat buat seorang guru hanya duduk disini dan minum. Tapi… untuk berkabung dan bersimpati hanya di luar, bukankah itu yang paling mudah? Saat tanggul runtuh, kau membangunnya kembali. Saat ada kecelakaan, harus mengatasinya. Mencegah hal itu terjadi adalah yang terbaik. Tapi jika gagal mencegahnya, kau harus bertanggung jawab,” ujar Jin Pyo, lebih kepada Jin Woo.
“Anda ada benarnya,” timpal Myung Sun. “Menurut saya, kita perlu melaporkan masalah ini ke Dinas Pendidikan.”
“Jangan membesar-besarkan, itu akan menurunkan peringkat kita. Dinas Pendidikan dan polisi ingin ini diselesaikan dengan tenang,” ujar Jin Pyo.
Jin Woo memilih untuk permisi ke toilet. Jin Pyo kemudian bertanya, apa yang orang tua Park Sun Ho katakan?
“Karena ayah Sun Ho adalah guru SMA, sepertinya dia bersikap logis. Tapi dia terus menolak putranya melakukan bunuh diri. Dia bilang kalau itu bunuh diri, itu disebabkan oleh sekolah. Saya yakin itu yang dia yakini,” jawab Sang Bok.
“Biasanya, orang menyalahkan orang lain terlebih dahulu,” ujar Jin Pyo.

Di luar, Jin Woo berteriak kesal menyebut Jin Pyo bajingan. Tapi, saat melihat dirinya sendiri di cermin, dia juga merasa sama bajingannya seperti orang-orang itu. Dia kesal pada dirinya sendiri.
--

Malam hari,
Moo Jin sudah pulang ke rumah. Dia melihat ke dalam kamar Soo Ho. In Ha berada di dalam kamar tersebut.

Moo Jin kembali menutup pintu. Dia berjalan ke ruang tamu. Melihat teleskop-nya yang ada di beranda. Dia ingat janjinya untuk melihat gerhana bulan dnegan Sun Ho. Dia melepas teleskop itu, dan terduduk sambi menangis. Dia meluapkan perasaan sedihnya yang di tahannya.
--
Esok hari,
Dae Gil mulai membersihkan bekas darah Sun Ho di lantai TKP.
Sementara itu, para siswa siswi mulai membicarakan oppa-nya Soo Ho yang katanya mencoba bunuh diri karena nilainya. Ada pula gossip kalau ayahnya selingkuh. Ada yang bilang juga kalau ibunya psikopat. Pokonya, berita yang tersebar sangat tidak benar.

Soo Ho yang mendengarnya jelas sangat marah. Orang-orang yang bergossip mencoba kabur, tapi Soo Ho tidak membiarkanya. Dan mulailah mereka jambak-jambakkan rambut di toilet.
--

Jin Woo mendengar laporan dari salah seorang guru kalau pihak sekolah mencoba menyimpulkan yang di lakukan oleh Sun Ho adalah percobaan bunuh diri. Jin Woo yang mendengarnya langsung berlari pergi sambil menelpon det. Park.
“Saya tadinya mau mengunjungi Anda setelah bertemu orang tuanya Sun Ho. Tapi tidak ada yang aneh dengan kejadian itu. Dan saya juga tidak bisa menemukan sesuatu yang mencurigakan,” jelas det. Park.
“Saya mengerti. Apa mungkin, Anda sudah memeriksa riwayat panggilan di ponsel Sun Ho?”
--
Det. Park menemui orang tua Sun Ho dan memberitahu keputusannya kalau kasus ini akan di selesaikan percobaan bunuh diri. In Ha jelas tidak terima.
“Dan kalau itu masalahnya, kalau Sun Ho merasa… Kalau dia merasa cukup tertekan sampai mau mati, pasti ada alasan di balik itu. Bukankah harusnya Anda setidaknya menemukan penyebabnya?” ujar Moo Jin.
“Sepertinya Anda berpikir dia mungkin di-bully di sekolah. Tapi menurut teman dan gurunya, kehidupan sekolahnya yang sangat bersahabat. Dan tidak ada yang mencurigakan sampai membuat saya berpikir dia bisa saja terintimidasi.”
“Lalu, maksud Anda Sun Ho kami mencoba mati tanpa alasan? Anda serius menganggapnya begitu?” marah In Ha.
“Saya yakin ada alasannya. Cukup sulit memberi tahu Anda hal ini.  Namun menurut salah  seorang temannya, Sun Ho sangat stres karena nilainya.”
“Dia stres karena nilainya?” ulang In Ha tidak percaya.
“Nilai-nilainya bahkan tidak cukup jelek sampai stres. Dan kami tidak pernah menekannya karena nilainya,” marah Moo Jin.
“Kudengar kalian pindah ke lingkungan ini karena Sun Ho.”
“Maksud Anda itu alasannya?”
“Rupanya, dia merasa sangat tertekan dengan fakta Ibunya memutuskan untuk pindah ke sini karena dia.”
“Itu tidak bisa jadi alasannya. Saya sungguh berpikir… sangat mungkin dia di-bully,” tegas Moo Jin.
“Kalau Anda tidak bisa menerima hasil investigasi, Anda perlu mengajukan permintaan penyelidikan ulang. Tapi Anda tidak akan bisa kalau tidak memiliki bukti. Kalau Anda ingin penyelidikan ulang, Anda harus dapat membuktikan kalau kekerasan di sekolah adalah penyebabnya.”
“Anda sudah memeriksa riwayat panggilan di ponsel Sun Ho?” tanya In Ha.
“Untuk melakukan itu, saya perlu meminta surat perintah.”
“Anda mengakhiri penyelidikan sebagai percobaan bunuh diri bahkan tanpa memeriksa riwayat panggilannya?” teriak In Ha, benar-benar marah.
“Untuk meminta surat perintah, saya perlu bukti jelas untuk membuktikan ada orang lain yang mencoba menyakitinya atau dia adalah korban kekerasan sekolah. UU Perlindungan Informasi Pribadi melarang kita mengakses informasi orang lain.”
In Ha berteriak tidak dapat menerima hal tersebut. Det. Park kemudian menyerahkan sebuah kardus berisi barang-barang Sun Ho yang berada di TKP. Setelah itu, dia pamit untuk pergi.
Sebelum det. Park pergi, Moo Jin dengan dingin bertanya, “Andai… Andai saja hal yang sama terjadi pada putra Anda, apa Anda akan menghentikan penyelidikan seperti ini?”
“Semua yang saya lakukan mematuhi aturan,” jawab det. Park dengan dinginnya.
In Ha benar-benar kehilangan kesabaran, kekuatan dan segalanya. Dia memegang kardus yang berisi barang-barang Sun Ho. Dia memegang kardus itu dengan kuat dan menangis. Moo Jin juga tidak terima dengan hasil penyelidikan tersebut.
Dan… tiba-tiba saja, pandangan mata In Ha berubah, seolah tersadar sesuatu.
--
Detektif Park berjalan keluar gedung apartemen sambil merokok. Petugas di sana menegurnya untuk tidak merokok di lingkungan tersebut. In Ha keluar mengejarnya. Saking terburu-buru, In Ha sampai mengenakan sebelah sepatu yang berbeda dengan yang lainnya.
“Semuanya terlalu sibuk hari itu, jadi saya tidak terlalu memperhatikan. Tapi pada hari kecelakaan Sun Ho...,” ujar In Ha.
--
Di dalam gelap, seorang wanita berambut pendek, bergaun hitam dan mengenakan sepatu hak seorang wanita tiba di lingkungan sekolah. Dan dia melihat tubuh seorang siswa terbaring di lantai. Langkah kaki wanita itu melambat, dia berjalan mendekati tubuh yang terbaring tersebut.
Semakin dekat, dan … dia jatuh terduduk sambil berteriak keras.
Kamera perlahan mendekat, memperlihatkan tubuh siswa itu yang bersimbah darah. Itu adalah Joon Seok!

Post a Comment

Previous Post Next Post