Sinopsis Korean Drama : Beautiful World Episode 02 – 1


Sinopsis Korean Drama : Beautiful World Episode 02 – 1
Images by : jTBC
Semua karakter, organisasi, tempat, kasus, dan insiden dalam drama ini fiktif

Detektif Park berjalan keluar gedung apartemen sambil merokok. Petugas di sana menegurnya untuk tidak merokok di lingkungan tersebut. In Ha keluar mengejarnya. Saking terburu-buru, In Ha sampai mengenakan sebelah sepatu yang berbeda dengan yang lainnya.
“Semuanya terlalu sibuk hari itu, jadi saya tidak terlalu memperhatikan. Tapi pada hari kecelakaan Sun Ho, Anda kan bilang CCTV sekolah tidak berfungsi. Benar kan?,” ujar In Ha.
--
Di dalam gelap, seorang wanita berambut pendek, bergaun hitam dan mengenakan sepatu hak seorang wanita tiba di lingkungan sekolah. Dan dia melihat tubuh seorang siswa terbaring di lantai. Langkah kaki wanita itu melambat, dia berjalan mendekati tubuh yang terbaring tersebut.
Semakin dekat, dan … dia jatuh terduduk sambil berteriak keras.
Kamera perlahan mendekat, memperlihatkan tubuh siswa itu yang bersimbah darah. Itu adalah Joon Seok!
Dan semua itu hanyalah mimpi Eun Joo. Dia terbangun dengan nafas memburu. Itu benar-benar mimpi yang sangat buruk!
--

“Bukankah terlalu aneh untuk di sebut kebetulan? Coba pikirkan! Bukan hanya ponsel yang hilang, tapi CCTV juga mati? Terlalu banyak kebetulan yang terjadi di satu hari,” jelas In Ha.
“Kami menemukan banyak hal seperti itu selama investigasi. Di beberapa kasus, kecelakaan bahkan terjadi di titik buta.”
“Bagaimana jika Sun Ho tidak sendirian? Itu mungkin membuktikan kalau seseorang bersama dengannya,” ngotot In Ha.
Moo Jin ikutan keluar dari apartemen. Detektif Park juga kesal karena menurut penyelidikan hasilnya sudah pasti. In Ha masih ngotot kalau mungkin ada seseorang di sana.
“Apa kau berpikir TKP telah di palsukan?”
“Aku bukannya bilang begitu. Aku hanya mengatakan kemungkinan.”
“Kau tidak bisa mengganggu kasus ini dengan imajinasi liarmu itu!” marah det. Park.
In Ha juga ikut marah, meminta agar det. Park menyelidiki kasus ini dengan serius. Moo Jin berusaha menenangkan istrinya. Tapi, In Ha tidak bisa di tenangkan. Dia ingin det. Park menyelidiki alasan kenapa anaknya bunuh diri, jika benar. Dia ingin di lakukan investigasi ulang.
Detektif Park benar-benar kesal dengan kekeraskepalaan In Ha. Mereka saling berdebat. Moo Jin terus berusaha menenangkan In Ha.
“Jika kau tidak akan melakukan pekerjaanmu, maka kami yang akan mengurus masalah ini dengan cara kami sendiri. Kami akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tidak peduli seberapa lamapun itu, 100 tahun atau 1000 tahun, tidak, bahkan setelah aku matipun, aku akan menemukan kebenarannya dan membuktikan padamu betapa tidak kompentennya kau sebagai polisi,” tekad In Ha.
In Ha berbalik pergi dengan mengepalkan tangannya dengan sangat kuat. Dia benar-benar serius dengan tekadnya tersebut.
Det. Park berkomentar pada Moo Jin kalau In Ha sangatlah emosional.
“Tidak ada orang tua yang tidak akan melakukan apapun untuk anak mereka,” ujar Moo Jin, juga berusaha menahan amarah pada det. Park. “Kau bisa pergi sekarang.”

In Ha berjalan menuju apartemennya, dan dia malah mendengarkan beberapa tetangganya sedang bergossip mengenai Sun Ho. Mereka mengatakan kalau mati otak itu sama saja dengan Sun Ho telah mati. Mereka merasa kasihan, tapi juga lega karena Sun Ho melompat dari atap gedung sekolahnya. Jika Sun Ho melompat dari apartemen mereka, harga apartemen mereka tentu akan jatuh. Tidak hanya itu, mereka bahkan berharap keluarga In Hao dan Moo Jin akan pindah dari lingkungan mereka.

In Ha benar-benar marah mendengarnya dan hendak melabrak tetangga-tetangganya tersebut. Tapi, belum sempat dia melakukannya, Moo Jin muncul dan menahan In Ha. In Ha hanya bisa menangis penuh kesedihan. Moo Jin menatap nanar pada In Ha, dia merasakan hal yang sama. Dia menggenggam tangan In Ha dengan kuat, dan bersama dengan In Ha mereka melewati tetangga-tetangga yang bergossip tersebut.
--

Di dalam rumah, Moo Jin menyuru In Ha untuk beristirahat dulu. Tapi, In Ha berpura-pura kuat. Dia mengeluarkan barang-barang Sun Ho dari dalam kotak kardus yang di berikan det. Park tadi. Dia juga membahas mengenai menu makan malam dan juga bertanya kapan Moo Jin akan kembali bekerja. Moo Jin berkata dia akan kembali bekerja 2 hari lagi.

Saat itu, In Ha melihat sepatu Sun Ho. Dia merasa heran, apa kaki Sun Ho sebesar ini? dia seharusnya membelikan Sun Ho sepatu baru. Dan pertahanan In Ha kembali runtuh. Dia kembali menangis histeris sambil mendekap sepatu Sun Ho. Tangisannya sangat keras dan menyayat hati.
--
Eun Joo membongkar lemari bajunya. Dia seolah mencari-cari sebuah baju.
--
In Ha meletakkan barang-barang Sun Ho di kamar Sun Ho. Dan matanya menatap kepada baju Sun Ho yang tergantung di dinding.
--
Eun Joo menemukan baju yang di carinya. Dan dia langsung merogoh-rogoh kantong baju tersebut, mencari sesuatu.
--

In Ha menyentuh baju Sun Ho yang tergantung. Ada sebuah kancing di baju itu yang hilang.
--
Eun Joo menemukan sesuatu di kantong bajunya tersebut. Semua kancing. Di kancing itu ada ukiran S.A.
Menginjak bayangan

Eun Joo segera berlari ke dalam kamar mandi, dan membuang kancing itu ke dalam kloset, kemudian membilas-nya. Setelah itu dengan panik, dia mencuci tangannya dengan sabun, dengan penuh ketakutan.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Jin Pyo yang melihat kelakuan aneh istrinya. “Kenapa kau sangat terkejut?”

“Aku tidak terkejut. Kenapa kau sudah pulang jam segini?” bantah Eun Joo, dan mengelap tangannya yang basah di rok bajunya.
“Kau bertingkah tidak seperti biasanya.”
“Maksudnya?” tanya Eun Joo dengan gugup.
“Gunakan handuk.”
Eun Joo langsung mengambil handuk yang ada di sebelahnya dan mengelap tangannya. Jin Pyo memberitahu kalau dia akan bermain golf sore ini, jadi dia menyuruh Eun Joo untuk mempacking barangnya. Eun Joo mengiyakan dan berjalan keluar kamar mandi.
Saat Eun Joo sudah keluar kamar mandi, mata Jin Pyo melihat ada kancing di kloset kamar mandi. Kancing tersebut belum terbuang dari kloset.
--
In Ha menatap baju Sun Ho, dan memegang di bagian baju yang tidak ada kancingnya. Jelas, kancing itu putus karena benangnya putus.
Moo Jin masuk ke dalam kamar. Dia memberitahu In Ha kalau ponsel Sun Ho terdaftar dengan namanya, jadi dia bisa mengecheck riwayat telepon di ponsel Sun Ho jika membawa KTP-nya.
“Benarkah? Bagaimana dengan pesan SNS-nya?”
“Kita butuh bantuan polisi untuk hal itu. Dan juga mengenai telepon masuk. Setidaknya, kita bisa tahu siapa yang dia telepon. Ayo mulai dari itu.”           

Moo Jin melihat selimut Sun Ho di atas tempat tidur berantakan, jadi dia membereskannya. In Ha yang melihatnya, menyuruh Moo Jin untuk tidak usah membereskannya. Itu karena dia ingat perkataan Sun Ho di hari itu yang berkata kalau kamarnya tidak usah di bersihkan, karena dia yang akan merapikannya.
“Biarkan saja itu. Sun Ho yang akan membersihkannya,” ujar In Ha.
Moo Jin mengerti dan meletakkan kembali selimut itu. Dia kemudian berkata akan keluar dulu.

Setelah Moo Jin keluar, dia teringat suatu hal lagi. Hari itu kan Sun Ho berbalik ke kamar dengan terburu-buru dan memasukkan sebuah buku di dalam tasnya. In Ha langsung membongkar, mencari buku yang Sun Ho bawa hari itu. Tapi, tidak ketemu.
--
Eun Joo sedang membantu Jin Pyo memakai baju. Dan Jin Pyo memberitahu kalau alasan Sun Ho mencoba bunuh diri adalah karena stress mengenai nilainya.
“Apa orang tua Sun Ho menerima hasil penyelidikan itu?” tanya Eun Joo.
“Mereka protes mengatakan kalau kami mengubur kebenarannya. Mereka mungkin akan protes di luar sekolah dengan lilin.”
“Kalau begitu, itu akan membuat sekolah dalam posisi sulit.”
“Lilin akan mati dengan sedikit angin. Polisi juga sudah menutup kasus ini. kenapa? Ada yang mengganggumu?”
“Tidak. Hanya saja, dia temanku.”
“Jauhi keluarga itu untuk sementara ini. Kesialan itu sangat menular. Kau juga akan merasa tidak nyaman berada di sekitar In Ha.”
“Apa maksudmu?”
“Seperti yang kau katakan, kau pasti merasa buruk pada temanmu.”
Eun Joo diam. Berusaha untuk tersenyum.
--

Moo Jin menatap sepatu Sun Ho. Tiba-tiba, In Ha berlari keluar dan memberitahu kalau buku catatan Sun Ho tidak ada. Padahal, Sun Ho membawa buku itu dalam tas-nya pagi itu. Moo Jin bertanya, buku catatan apa?
“Itu bukan buku catatan seperti biasanya. Itu terlihat seperti… aku rasa itu diary. Sun Ho suka menulis diary.”
“Kau yakin itu hilang?”
“Ya. Bukan hanya ponselnya saja yang hilang.”
“Apa mungkin itu tertinggal di loker-nya?”
Mendengar hal itu, In Ha jadi ingin langsung ke sekolah untuk memeriksa loker Sun Ho. Tapi, baru juga mau pergi, dia menerima telepon dari guru wali kelas Soo Ho.
--
In Ha dan Moo Jin tiba di sekolah dan menemui guru wali kelas Soo Ho. Itu karena Soo Ho bertengkar dengan temannya. Soo Ho tidak memberitahu alasannya, dan Jung Mi (teman yang Soo Ho pukul) mengatakan kalau Soo Ho tiba-tiba memukulnya. Dan juga ibu Jung Mi datang di saat dia belum selesai bicara dengan mereka.
Di dalam ruangan, ibu Jung Mi berteriak marah-marah pada Soo Ho yang menatap tajam padanya. In Ha dan Moo Jin masuk.

Ibu Jung Mi mulai memarahi keluarga Soo Ho. Moo Jin mencoba meminta maaf dengan sopan. Tapi, Ibu Jung Mi malah semakin kelewatan dengan menyalahkan Soo Ho dan terus menyuruh Soo Ho minta maaf. Moo Jin mencoba menyuruh Soo Ho untuk meminta maaf.
“Aku tidak melakukan hal yang salah,” tegas Soo Ho.
Ibu Jung Mi semakin kesal. Moo Jin berusaha membujuk Soo Ho untuk meminta maaf. In Ha langsung meminta izin untuk bicara berdua dengan Soo Ho. Mereka setidaknya harus tahu alasan Soo Ho dan Jung Mi bertengkar. Ibu Jung Mi tidak peduli, karena walau sudah tahu alasannya, baginya Soo Ho tetap harus minta maaf.
“Aku ingin ahjumma untuk minta maaf terlebih dahulu,” ujar Soo Ho tiba-tiba. “Jika Anda minta maaf duluan, aku juga akan minta maaf.”
“Apa?!” marah Ibu Jung Mi. Semua juga kaget mendengarnya.
“Ayahku tidak pernah selingkuh dari ibuku. Dan ibuku bukanlah psikopat.”
“Apa yang kau katakan?”
“Aku ingin Anda minta maaf karena sudah bilang kalau oppa-ku mencoba bunuh diri karena orang tua kami.”
“Aigo, aku benar-benar tidak tahu apa yang kau katakan.”
“Apa kau bohong?” tanya Soo Ho dan menatap tajam pada Jung Mi. Jung Mi sendiri menunduk dengan ketakutan. “Kau bilang padaku kalau kau mendengarnya dari Ibu-mu.”
“Soo Ho, apapun alasannya, kau tetap salah karena memukul temanmu. Dan juga, kau perempuan,” ujar ibu Jung Mi, tetap menolak anaknya di persalahkan.
Giliran In Ha yang angkat bicara. Jadi, kalau anak laki-laki yang memukul, apa itu tidak masalah? Dia tidak mau bicara lagi dengan ibu Jung Mi, dan menyuruh Soo Ho untuk berdiri saja (pergi dari ruangan itu).
Ibu Jung Mi tidak terima dan malah menghina In Ha. Dia dan In Ha saling berdebat. Moo Jin juga jadi marah dan menyuruh ibu Jung Mi untuk jangan asal bicara. In Ha menyuruh Moo Jin untuk membawa In Ha keluar saja.
Di luar, Moo Jin berusaha merangkul Soo Ho, tapi Soo Ho malah menghindar.
Guru wali kelas (Nn. Ham Young Joo) dan Jung Mi juga ikutan keluar ruangan. Jadi, di dalam ruangan BK sekarang hanya ada In Ha dan ibu Jung Mi.
Di dalam ibu Jung Mi marah-marah. Tapi, In Ha menghadapinya dengan tenang. Dia bertanya, apa Ibu Jung Mi senang membicarakan masalah yang di hadapi keluarga orang lain? Mereka berdebat dengan sangat a lot. Dan Ibu Jung Mi malah mengancam akan melaporkan masalah ini kepada Komite Kekerasan Sekolah.
“Kau tahu apa yang sudah kau lakukan pada putriku, Soo Ho? Kau membuatnya tidak percaya dengan orang dewasa. Dan kau membuatnya mencurigai dan membenci temannya.”
“Apa yang ingin kau katakan?”
“Kita berkata pada anak-anak kita untuk membantu orang dan peduli pada teman ketika berada dalam waktu yang sulit. Tapi, kau membuatnya percaya kalau semua itu hanyalah kebohongan. Dan kau membuat berpikir kalau orang-orang tidak peduli dengan masalah orang lain. Tidak, bahkan lebih parah, kau menunjukkan padanya kalau orang sebenarnya suka melihat masalah orang lain sebagai hal menyenangkan untuk di tonton dan mengajarkannya untuk tidak percaya pada orang lain. Kau membuatnya berpikir lebih banyak orang jahat daripada orang baik. Komentar jahat yang kau ucapkan tanpa berpikir itu… menyakiti putriku hingga aku tidak bisa menjelaskannya. Luka di wajah putrimu akan bisa di obati, tapi luka emosional Soo Ho… tidak akan bisa hilang. Dia biasanya percaya pada orang dan berpikir kalau persahabatan adalah hal paling hebat di dunia ini, itu lah apa yang putriku percayai. Tapi, kau membuat persahabatan mereka berdua dan kepercayaan mereka hilang. Ah. Kau ingin melaporkan hal ini ke Komite Kekerasan Sekolah? Kau harus malu pada dirimu sendiri.”
Usai mengatakan hal itu, In Ha keluar dari ruangan tersebut. Sementara ibu Jung Mi masih tetap menggerutu menyebut In Ha wanita tidak tahu malu.
Nn. Ham bertanya keadaan In Ha, dan In Ha menjawab kalau dia baik-baik saja. Nn. Ham memberitahu juga kalau Moo Jin membawa Soo Ho keluar.
“Aku minta maaf. Aku harusnya lebih perhatian,” ujar Nn. Ham.
“Tidak. Aku lah yang harusnya minta maaf,” ujar In Ha.

Dia melihat Jung Mi yang berdiri dan terus menundukkan kepala. In Ha menghampirinya, “Aku minta maaf. Soo Ho mungkin melewati masa sulit karena oppa-nya. Dapatkah kau memahaminya sedikit? Aku minta maaf mewakilinya.”
Jung Mi menangis, “Tidak. Aku seharusnya tidak mengatakan hal itu. Aku minta maaf.”
“Tidak, itu bukan salahmu,” tenangkan In Ha dan memeluk Jung Mi. “Biarkan aku minta maaf mewakili semua orang dewasa. Itu kesalahan kami.”
Ibu Jung Mi keluar dan melihat hal tersebut. Dia kehilangan kata-kata. Tidak tahu harus berbuat apa.
--
Di luar, Moo Jin mencoba bicara dengan Soo Ho. Dia mengerti apa yang Soo Ho rasakan. Tapi, itu bukan berarti Soo Ho tidak salah. Menggunakan kekerasan pada kekerasan hanya akan menyakiti semua orang. Dan Soo Ho akan menjadi orang yang sama.
“Kenapa Ayah selalu merasa bersalah? Kenapa selalu meminta maaf. Apa Ayah akan tetap seperti ini jika mendengar apa yang ku dengar?”
“Aku tentu akan marah. Tapi, tidak peduli apapun yang orang katakan selama kita tahu itu tidak benar, abaikan saja. Abaikan mereka. Kau orang yang dermawan. Terkadang, kalah berarti menang.”
“Kalah hanyalah tetap kalah. Itulah kenapa oppa kalah. Itu juga apa yang selalu dia katakan : Tetap positif. Kalah artinya menang. Itulah kenapa dia kalah. Tapi, aku tidak ingin hidup seperti itu. Aku akan membuat mereka membayar apa yang telah mereka lakukan,” tegas Soo Ho dan meninggalkan Moo Jin.
Moo Jin terdiam, mengingat sebuah kenangan.
Flashback
Moo Jin sedang berjalan-jalan bersama dengan Sun Ho. Saat itu, Moo Jin terjatuh karena di tabrak oleh seorang pria yang menggunakan sepatu roda. Tapi, yang menabrak malah memarahi Moo Jin. Dan dengan tetap tersenyum, Moo Jin meminta maaf pada orang tersebut.
Sun Ho marah melihat hal tersebut. Setelah orang itu pergi, Sun Ho bertanya, “Kenapa ayah yang minta maaf?”
“Apa?”
“Dia orang yang menabrakmu.”
“Tidak ada hal bagus yang datang dari bertengkar. Dan kalah juga artinya menang.”
“Tapi, jika ayah minta maaf, dia tidak akan tahu kalau yang dia lakukan salah.”
“Aku yakin dia tahu. Dia hanya tidak berhati-hati,” jawab Moo Jin sambil tertawa.
End
Moo Jin berjalan sendirian mengikuti Soo Ho. Soo Ho mampir ke toko roti ibunya, dan di sambut oleh Joon Ha. Tampaknya, Soo Ho masih marah pada Moo Jin hingga tidak mau menatap Moo Jin.
Moo Jin berdiri di depan toko. Dan tiba-tiba saja muncul Eun Joo yang menyapanya. Dia menanyakan keadaan Sun Ho.
“In Ha ada di sekolah sekarang.”
“Dia di sekolah?” tanya Eun Joo dengan gugup.
--

In Ha masih di sekolah bersama dengan Jin Woo. Saat itu jam pulang sekolah. Dan dia melihat Joon Seok, jadi dia menghampiri Joon Seok. Di sana juga ada Ki Chan, Sung Jae, dan Young Chul. Dengan takut, mereka menyapa In Ha. In Ha meminta waktu sebentar untuk bicara dengan mereka, tapi mereka semua membuat alasan ingin ke tempat les. In Ha berusaha membujuk, dan Joon Seok setuju.

In Ha masuk ke dalam kelas, dan Jin Woo menunjukkan loker Sun Ho. Di dalam kelas masih ada Dong Hee. Di loker Sun Ho, banyak tertempel post-it dari teman-teman berharap kesembuhannya.
“Code password loker hanya di bagi dengan guru wali kelas,” ujar Jin Woo dan membuka loker Sun Ho.
Saat Jin Woo menekan kode password, In Ha melihatnya dan bergumam kalau itu adalah tanggal ulang tahunnya.

Loker Sun Ho terbuka. Dan di pintu loker bagian dalam, Sun Ho memasang foto keluarga mereka. Mata In Ha mulai berkaca-kaca. Dong Hee melihatnya dan berjalan melewatinya untuk keluar kelas. Dia tidak mengatakan apapun. Jin Woo menatapnya.
Di luar kelas, Joon Seok dkk masih menunggu In Ha. Mereka merasa cemas, bagaimana jika ponsel Sun Ho ada di dalam loker? Joon Seok mengintip dari sela pintu kelas.
--
Moo Jin pergi ke toko kartu dan meminta riwayat panggilan ponsel Sun Ho. Dia berterimakasih atas data yang di terimanya.
“Apa mungkin untuk mencari tahu lokasi terakhir ponsel itu terdeteksi?” tanya Moo Jin.
“Ya,” jawab petugas.
--
In Ha tidak menemukan diary Sun Ho di dalam loker, jadi dia menanyakannya kepada Jin Woo.
“Anda yakin itu diary?”
“Aku tidak yakin 100 persent. Tapi, yang jelas buku itu berbeda dari buku catatannya. Ada banyak hal yang tidak bisa ku mengerti tapi… mereka bilang butuh bukti unutk melakukan investigasi ulang kasus ini. Tolong aku, Pak Lee.”
Jin Woo meminta maaf karena tidak bisa membantu banyak. In Ha memohon agar Jin Woo mencoba bertanya lagi pada anak-anak.
--
Petugas memberitahu kalau lokasi terakhir ponsel itu terlacak adalah dekat dengan SMP Seah. Mereka tidak bisa mendapatkan posisi pastinya, tapi sinyal terakhir adalah di sekitar SMP Seah.
“Kapan?”
“Jam 9.39 malam.”
--

In Ha bicara dengan Joon Seok dkk, sementara Jin Woo menunggu di depan kelas. Tapi, ya tentu percuma saja, In Ha tidak akan mendapatkan apapun mengenai Sun Ho dari mereka.
“Joon Seok. Kau yang paling dekat dengan Sun Ho. Apa kau mendengar sesuatu darinya? Tidak masalah. Apapun yang kau dengar.”
“Kami tidak punya kesempatan bicara akhir-akhir ini.”
“Kenapa? Ada terjadi sesuatu di antara kalian?”
“Bukan seperti itu. Itu terjadi begitu saja.”
“Jadi, kau tidak bicara dengannya hari itu?”
“Ya. Aku minta maaf,” jawab Joon Seok sambil menangis. Semua teman-temannya menatapnya.
In Ha benar-benar frustasi, hanya mereka teman Sun Ho. Jika mereka tidak tahu apapun, siapa lagi yang bisa tahu. Mereka semua serentak meminta maaf, dan hanya terus mengulangi kata-kata tersebut.
In Ha jadi tidak enak karena merasa seperti sudah membebankan mereka. Pas sekali, In Ha mendapat telepon dari Moo Jin jadi dia berbalik untuk mengangkat.

Setelah In Ha berbalik, Joon Seok langsung menghapus air matanya seolah tidak ada yang terjadi. Ki Chan sampai bergumam kalau Joon Seok benar-benar bermuka dua.
--

Moo Jin menelpon dari dalam mobilnya. Dia memberitahu In Ha kalau panggilan terakhir Sun Ho adalah ke nomor yang belakang terakhirnya – 4297. Sun Ho menelpon nomor itu 3 kali di hari tersebut.
“4297? Baik, aku akan memeriksanya,” ujar In Ha.
Perkataan In Ha tersebut terdengar oleh Joon Seok dkk.
“Dan juga…,” sambung Moo Jin.
“Apa lagi?”
“Tidak ada. Kita akan bicarakan hal ini di rumah,” ujar Moo Jin.  
Selesai menerima telepon Moo Jin, In Ha langsung ingin menanyakan nomor telepon itu pada Jin Woo, tapi sebelum itu dia ingin menanyakan pada Joon Seok dkk. Apa mereka tahu nomor seseorang yang belakangnya 4297?
Belum sempat Joon Seok dkk menjawab, Sang Bok sudah muncul dan marah karena In Ha menginterogasi anak-anak.

Post a Comment

Previous Post Next Post