Sinopsis
Korean Drama : Beautiful World Episode 02 – 1
Images by : jTBC
Semua karakter, organisasi, tempat,
kasus, dan insiden dalam drama ini fiktif
Detektif
Park berjalan keluar gedung apartemen sambil merokok. Petugas di sana
menegurnya untuk tidak merokok di lingkungan tersebut. In Ha keluar
mengejarnya. Saking terburu-buru, In Ha sampai mengenakan sebelah sepatu yang
berbeda dengan yang lainnya.
“Semuanya
terlalu sibuk hari itu, jadi saya tidak terlalu memperhatikan. Tapi pada hari
kecelakaan Sun Ho, Anda kan bilang CCTV sekolah tidak berfungsi. Benar kan?,”
ujar In Ha.
--
Di
dalam gelap, seorang wanita berambut pendek, bergaun hitam dan mengenakan
sepatu hak seorang wanita tiba di lingkungan sekolah. Dan dia melihat tubuh
seorang siswa terbaring di lantai. Langkah kaki wanita itu melambat, dia
berjalan mendekati tubuh yang terbaring tersebut.
Semakin
dekat, dan … dia jatuh terduduk sambil berteriak keras.
Kamera
perlahan mendekat, memperlihatkan tubuh siswa itu yang bersimbah darah. Itu
adalah Joon Seok!
Dan
semua itu hanyalah mimpi Eun Joo. Dia terbangun dengan nafas memburu. Itu benar-benar
mimpi yang sangat buruk!
--
“Bukankah
terlalu aneh untuk di sebut kebetulan? Coba pikirkan! Bukan hanya ponsel yang
hilang, tapi CCTV juga mati? Terlalu banyak kebetulan yang terjadi di satu hari,”
jelas In Ha.
“Kami
menemukan banyak hal seperti itu selama investigasi. Di beberapa kasus,
kecelakaan bahkan terjadi di titik buta.”
“Bagaimana
jika Sun Ho tidak sendirian? Itu mungkin membuktikan kalau seseorang bersama dengannya,”
ngotot In Ha.
Moo
Jin ikutan keluar dari apartemen. Detektif Park juga kesal karena menurut penyelidikan
hasilnya sudah pasti. In Ha masih ngotot kalau mungkin ada seseorang di sana.
“Apa
kau berpikir TKP telah di palsukan?”
“Aku
bukannya bilang begitu. Aku hanya mengatakan kemungkinan.”
“Kau
tidak bisa mengganggu kasus ini dengan imajinasi liarmu itu!” marah det. Park.
In
Ha juga ikut marah, meminta agar det. Park menyelidiki kasus ini dengan serius.
Moo Jin berusaha menenangkan istrinya. Tapi, In Ha tidak bisa di tenangkan. Dia
ingin det. Park menyelidiki alasan kenapa anaknya bunuh diri, jika benar. Dia ingin
di lakukan investigasi ulang.
Detektif
Park benar-benar kesal dengan kekeraskepalaan In Ha. Mereka saling berdebat. Moo
Jin terus berusaha menenangkan In Ha.
“Jika
kau tidak akan melakukan pekerjaanmu, maka kami yang akan mengurus masalah ini
dengan cara kami sendiri. Kami akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tidak
peduli seberapa lamapun itu, 100 tahun atau 1000 tahun, tidak, bahkan setelah
aku matipun, aku akan menemukan kebenarannya dan membuktikan padamu betapa
tidak kompentennya kau sebagai polisi,” tekad In Ha.
In
Ha berbalik pergi dengan mengepalkan tangannya dengan sangat kuat. Dia benar-benar
serius dengan tekadnya tersebut.
Det.
Park berkomentar pada Moo Jin kalau In Ha sangatlah emosional.
“Tidak
ada orang tua yang tidak akan melakukan apapun untuk anak mereka,” ujar Moo
Jin, juga berusaha menahan amarah pada det. Park. “Kau bisa pergi sekarang.”
In
Ha berjalan menuju apartemennya, dan dia malah mendengarkan beberapa tetangganya
sedang bergossip mengenai Sun Ho. Mereka mengatakan kalau mati otak itu sama
saja dengan Sun Ho telah mati. Mereka merasa kasihan, tapi juga lega karena Sun
Ho melompat dari atap gedung sekolahnya. Jika Sun Ho melompat dari apartemen
mereka, harga apartemen mereka tentu akan jatuh. Tidak hanya itu, mereka bahkan
berharap keluarga In Hao dan Moo Jin akan pindah dari lingkungan mereka.
In
Ha benar-benar marah mendengarnya dan hendak melabrak tetangga-tetangganya tersebut.
Tapi, belum sempat dia melakukannya, Moo Jin muncul dan menahan In Ha. In Ha
hanya bisa menangis penuh kesedihan. Moo Jin menatap nanar pada In Ha, dia merasakan
hal yang sama. Dia menggenggam tangan In Ha dengan kuat, dan bersama dengan In
Ha mereka melewati tetangga-tetangga yang bergossip tersebut.
--
Di
dalam rumah, Moo Jin menyuru In Ha untuk beristirahat dulu. Tapi, In Ha
berpura-pura kuat. Dia mengeluarkan barang-barang Sun Ho dari dalam kotak
kardus yang di berikan det. Park tadi. Dia juga membahas mengenai menu makan
malam dan juga bertanya kapan Moo Jin akan kembali bekerja. Moo Jin berkata dia
akan kembali bekerja 2 hari lagi.
Saat
itu, In Ha melihat sepatu Sun Ho. Dia merasa heran, apa kaki Sun Ho sebesar ini?
dia seharusnya membelikan Sun Ho sepatu baru. Dan pertahanan In Ha kembali
runtuh. Dia kembali menangis histeris sambil mendekap sepatu Sun Ho. Tangisannya
sangat keras dan menyayat hati.
--
Eun
Joo membongkar lemari bajunya. Dia seolah mencari-cari sebuah baju.
--
In
Ha meletakkan barang-barang Sun Ho di kamar Sun Ho. Dan matanya menatap kepada
baju Sun Ho yang tergantung di dinding.
--
Eun
Joo menemukan baju yang di carinya. Dan dia langsung merogoh-rogoh kantong baju
tersebut, mencari sesuatu.
--
In
Ha menyentuh baju Sun Ho yang tergantung. Ada sebuah kancing di baju itu yang
hilang.
--
Eun
Joo menemukan sesuatu di kantong bajunya tersebut. Semua kancing. Di kancing itu
ada ukiran S.A.
Menginjak
bayangan
Eun
Joo segera berlari ke dalam kamar mandi, dan membuang kancing itu ke dalam
kloset, kemudian membilas-nya. Setelah itu dengan panik, dia mencuci tangannya
dengan sabun, dengan penuh ketakutan.
“Apa
yang kau lakukan?” tanya Jin Pyo yang melihat kelakuan aneh istrinya. “Kenapa
kau sangat terkejut?”
“Aku
tidak terkejut. Kenapa kau sudah pulang jam segini?” bantah Eun Joo, dan
mengelap tangannya yang basah di rok bajunya.
“Kau
bertingkah tidak seperti biasanya.”
“Maksudnya?”
tanya Eun Joo dengan gugup.
“Gunakan
handuk.”
Eun
Joo langsung mengambil handuk yang ada di sebelahnya dan mengelap tangannya. Jin
Pyo memberitahu kalau dia akan bermain golf sore ini, jadi dia menyuruh Eun Joo
untuk mempacking barangnya. Eun Joo mengiyakan dan berjalan keluar kamar mandi.
Saat
Eun Joo sudah keluar kamar mandi, mata Jin Pyo melihat ada kancing di kloset
kamar mandi. Kancing tersebut belum terbuang dari kloset.
--
In
Ha menatap baju Sun Ho, dan memegang di bagian baju yang tidak ada kancingnya. Jelas,
kancing itu putus karena benangnya putus.
Moo
Jin masuk ke dalam kamar. Dia memberitahu In Ha kalau ponsel Sun Ho terdaftar
dengan namanya, jadi dia bisa mengecheck riwayat telepon di ponsel Sun Ho jika
membawa KTP-nya.
“Benarkah?
Bagaimana dengan pesan SNS-nya?”
“Kita
butuh bantuan polisi untuk hal itu. Dan juga mengenai telepon masuk. Setidaknya,
kita bisa tahu siapa yang dia telepon. Ayo mulai dari itu.”
Moo
Jin melihat selimut Sun Ho di atas tempat tidur berantakan, jadi dia membereskannya.
In Ha yang melihatnya, menyuruh Moo Jin untuk tidak usah membereskannya. Itu karena
dia ingat perkataan Sun Ho di hari itu yang berkata kalau kamarnya tidak usah
di bersihkan, karena dia yang akan merapikannya.
“Biarkan
saja itu. Sun Ho yang akan membersihkannya,” ujar In Ha.
Moo
Jin mengerti dan meletakkan kembali selimut itu. Dia kemudian berkata akan keluar
dulu.
Setelah
Moo Jin keluar, dia teringat suatu hal lagi. Hari itu kan Sun Ho berbalik ke
kamar dengan terburu-buru dan memasukkan sebuah buku di dalam tasnya. In Ha
langsung membongkar, mencari buku yang Sun Ho bawa hari itu. Tapi, tidak ketemu.
--
Eun
Joo sedang membantu Jin Pyo memakai baju. Dan Jin Pyo memberitahu kalau alasan
Sun Ho mencoba bunuh diri adalah karena stress mengenai nilainya.
“Apa
orang tua Sun Ho menerima hasil penyelidikan itu?” tanya Eun Joo.
“Mereka
protes mengatakan kalau kami mengubur kebenarannya. Mereka mungkin akan protes
di luar sekolah dengan lilin.”
“Kalau
begitu, itu akan membuat sekolah dalam posisi sulit.”
“Lilin
akan mati dengan sedikit angin. Polisi juga sudah menutup kasus ini. kenapa? Ada
yang mengganggumu?”
“Tidak.
Hanya saja, dia temanku.”
“Jauhi
keluarga itu untuk sementara ini. Kesialan itu sangat menular. Kau juga akan
merasa tidak nyaman berada di sekitar In Ha.”
“Apa
maksudmu?”
“Seperti
yang kau katakan, kau pasti merasa buruk pada temanmu.”
Eun
Joo diam. Berusaha untuk tersenyum.
--
Moo
Jin menatap sepatu Sun Ho. Tiba-tiba, In Ha berlari keluar dan memberitahu
kalau buku catatan Sun Ho tidak ada. Padahal, Sun Ho membawa buku itu dalam tas-nya
pagi itu. Moo Jin bertanya, buku catatan apa?
“Itu
bukan buku catatan seperti biasanya. Itu terlihat seperti… aku rasa itu diary. Sun
Ho suka menulis diary.”
“Kau
yakin itu hilang?”
“Ya.
Bukan hanya ponselnya saja yang hilang.”
“Apa
mungkin itu tertinggal di loker-nya?”
Mendengar
hal itu, In Ha jadi ingin langsung ke sekolah untuk memeriksa loker Sun Ho. Tapi,
baru juga mau pergi, dia menerima telepon dari guru wali kelas Soo Ho.
--
In
Ha dan Moo Jin tiba di sekolah dan menemui guru wali kelas Soo Ho. Itu karena
Soo Ho bertengkar dengan temannya. Soo Ho tidak memberitahu alasannya, dan Jung
Mi (teman yang Soo Ho pukul) mengatakan kalau Soo Ho tiba-tiba memukulnya. Dan juga
ibu Jung Mi datang di saat dia belum selesai bicara dengan mereka.
Di
dalam ruangan, ibu Jung Mi berteriak marah-marah pada Soo Ho yang menatap tajam
padanya. In Ha dan Moo Jin masuk.
“Aku
tidak melakukan hal yang salah,” tegas Soo Ho.
Ibu
Jung Mi semakin kesal. Moo Jin berusaha membujuk Soo Ho untuk meminta maaf. In Ha
langsung meminta izin untuk bicara berdua dengan Soo Ho. Mereka setidaknya
harus tahu alasan Soo Ho dan Jung Mi bertengkar. Ibu Jung Mi tidak peduli, karena
walau sudah tahu alasannya, baginya Soo Ho tetap harus minta maaf.
“Aku
ingin ahjumma untuk minta maaf terlebih dahulu,” ujar Soo Ho tiba-tiba. “Jika
Anda minta maaf duluan, aku juga akan minta maaf.”
“Apa?!”
marah Ibu Jung Mi. Semua juga kaget mendengarnya.
“Ayahku
tidak pernah selingkuh dari ibuku. Dan ibuku bukanlah psikopat.”
“Apa
yang kau katakan?”
“Aku
ingin Anda minta maaf karena sudah bilang kalau oppa-ku mencoba bunuh diri karena
orang tua kami.”
“Aigo,
aku benar-benar tidak tahu apa yang kau katakan.”
“Apa
kau bohong?” tanya Soo Ho dan menatap tajam pada Jung Mi. Jung Mi sendiri
menunduk dengan ketakutan. “Kau bilang padaku kalau kau mendengarnya dari
Ibu-mu.”
“Soo
Ho, apapun alasannya, kau tetap salah karena memukul temanmu. Dan juga, kau
perempuan,” ujar ibu Jung Mi, tetap menolak anaknya di persalahkan.
Giliran
In Ha yang angkat bicara. Jadi, kalau anak laki-laki yang memukul, apa itu tidak
masalah? Dia tidak mau bicara lagi dengan ibu Jung Mi, dan menyuruh Soo Ho
untuk berdiri saja (pergi dari ruangan itu).
Ibu
Jung Mi tidak terima dan malah menghina In Ha. Dia dan In Ha saling berdebat. Moo
Jin juga jadi marah dan menyuruh ibu Jung Mi untuk jangan asal bicara. In Ha
menyuruh Moo Jin untuk membawa In Ha keluar saja.
Di
luar, Moo Jin berusaha merangkul Soo Ho, tapi Soo Ho malah menghindar.
Guru
wali kelas (Nn. Ham Young Joo) dan Jung Mi juga ikutan keluar ruangan. Jadi, di
dalam ruangan BK sekarang hanya ada In Ha dan ibu Jung Mi.
Di
dalam ibu Jung Mi marah-marah. Tapi, In Ha menghadapinya dengan tenang. Dia bertanya,
apa Ibu Jung Mi senang membicarakan masalah yang di hadapi keluarga orang lain?
Mereka berdebat dengan sangat a lot. Dan Ibu Jung Mi malah mengancam akan
melaporkan masalah ini kepada Komite Kekerasan Sekolah.
“Kau
tahu apa yang sudah kau lakukan pada putriku, Soo Ho? Kau membuatnya tidak
percaya dengan orang dewasa. Dan kau membuatnya mencurigai dan membenci
temannya.”
“Apa
yang ingin kau katakan?”
“Kita
berkata pada anak-anak kita untuk membantu orang dan peduli pada teman ketika
berada dalam waktu yang sulit. Tapi, kau membuatnya percaya kalau semua itu hanyalah
kebohongan. Dan kau membuat berpikir kalau orang-orang tidak peduli dengan
masalah orang lain. Tidak, bahkan lebih parah, kau menunjukkan padanya kalau
orang sebenarnya suka melihat masalah orang lain sebagai hal menyenangkan untuk
di tonton dan mengajarkannya untuk tidak percaya pada orang lain. Kau
membuatnya berpikir lebih banyak orang jahat daripada orang baik. Komentar jahat
yang kau ucapkan tanpa berpikir itu… menyakiti putriku hingga aku tidak bisa
menjelaskannya. Luka di wajah putrimu akan bisa di obati, tapi luka emosional Soo
Ho… tidak akan bisa hilang. Dia biasanya percaya pada orang dan berpikir kalau
persahabatan adalah hal paling hebat di dunia ini, itu lah apa yang putriku
percayai. Tapi, kau membuat persahabatan mereka berdua dan kepercayaan mereka hilang.
Ah. Kau ingin melaporkan hal ini ke Komite Kekerasan Sekolah? Kau harus malu
pada dirimu sendiri.”
Usai
mengatakan hal itu, In Ha keluar dari ruangan tersebut. Sementara ibu Jung Mi
masih tetap menggerutu menyebut In Ha wanita tidak tahu malu.
Nn.
Ham bertanya keadaan In Ha, dan In Ha menjawab kalau dia baik-baik saja. Nn.
Ham memberitahu juga kalau Moo Jin membawa Soo Ho keluar.
“Aku
minta maaf. Aku harusnya lebih perhatian,” ujar Nn. Ham.
“Tidak.
Aku lah yang harusnya minta maaf,” ujar In Ha.
Dia
melihat Jung Mi yang berdiri dan terus menundukkan kepala. In Ha menghampirinya,
“Aku minta maaf. Soo Ho mungkin melewati masa sulit karena oppa-nya. Dapatkah
kau memahaminya sedikit? Aku minta maaf mewakilinya.”
Jung
Mi menangis, “Tidak. Aku seharusnya tidak mengatakan hal itu. Aku minta maaf.”
“Tidak,
itu bukan salahmu,” tenangkan In Ha dan memeluk Jung Mi. “Biarkan aku minta
maaf mewakili semua orang dewasa. Itu kesalahan kami.”
Ibu
Jung Mi keluar dan melihat hal tersebut. Dia kehilangan kata-kata. Tidak tahu
harus berbuat apa.
--
Di
luar, Moo Jin mencoba bicara dengan Soo Ho. Dia mengerti apa yang Soo Ho
rasakan. Tapi, itu bukan berarti Soo Ho tidak salah. Menggunakan kekerasan pada
kekerasan hanya akan menyakiti semua orang. Dan Soo Ho akan menjadi orang yang
sama.
“Kenapa
Ayah selalu merasa bersalah? Kenapa selalu meminta maaf. Apa Ayah akan tetap
seperti ini jika mendengar apa yang ku dengar?”
“Aku
tentu akan marah. Tapi, tidak peduli apapun yang orang katakan selama kita tahu
itu tidak benar, abaikan saja. Abaikan mereka. Kau orang yang dermawan. Terkadang,
kalah berarti menang.”
“Kalah
hanyalah tetap kalah. Itulah kenapa oppa kalah. Itu juga apa yang selalu dia
katakan : Tetap positif. Kalah artinya
menang. Itulah kenapa dia kalah. Tapi, aku tidak ingin hidup seperti itu. Aku
akan membuat mereka membayar apa yang telah mereka lakukan,” tegas Soo Ho dan
meninggalkan Moo Jin.
Moo
Jin terdiam, mengingat sebuah kenangan.
Flashback
Moo Jin sedang berjalan-jalan bersama
dengan Sun Ho. Saat itu, Moo Jin terjatuh karena di tabrak oleh seorang pria
yang menggunakan sepatu roda. Tapi, yang menabrak malah memarahi Moo Jin. Dan dengan
tetap tersenyum, Moo Jin meminta maaf pada orang tersebut.
Sun Ho marah melihat hal tersebut.
Setelah orang itu pergi, Sun Ho bertanya, “Kenapa ayah yang minta maaf?”
“Apa?”
“Dia orang yang menabrakmu.”
“Tidak ada hal bagus yang datang
dari bertengkar. Dan kalah juga artinya menang.”
“Tapi, jika ayah minta maaf, dia
tidak akan tahu kalau yang dia lakukan salah.”
“Aku yakin dia tahu. Dia hanya
tidak berhati-hati,” jawab Moo Jin sambil tertawa.
End
Moo
Jin berjalan sendirian mengikuti Soo Ho. Soo Ho mampir ke toko roti ibunya, dan
di sambut oleh Joon Ha. Tampaknya, Soo Ho masih marah pada Moo Jin hingga tidak
mau menatap Moo Jin.
Moo
Jin berdiri di depan toko. Dan tiba-tiba saja muncul Eun Joo yang menyapanya. Dia
menanyakan keadaan Sun Ho.
“In
Ha ada di sekolah sekarang.”
“Dia
di sekolah?” tanya Eun Joo dengan gugup.
--
In
Ha masih di sekolah bersama dengan Jin Woo. Saat itu jam pulang sekolah. Dan
dia melihat Joon Seok, jadi dia menghampiri Joon Seok. Di sana juga ada Ki Chan,
Sung Jae, dan Young Chul. Dengan takut, mereka menyapa In Ha. In Ha meminta
waktu sebentar untuk bicara dengan mereka, tapi mereka semua membuat alasan
ingin ke tempat les. In Ha berusaha membujuk, dan Joon Seok setuju.
In
Ha masuk ke dalam kelas, dan Jin Woo menunjukkan loker Sun Ho. Di dalam kelas
masih ada Dong Hee. Di loker Sun Ho, banyak tertempel post-it dari teman-teman
berharap kesembuhannya.
“Code
password loker hanya di bagi dengan guru wali kelas,” ujar Jin Woo dan membuka loker
Sun Ho.
Saat
Jin Woo menekan kode password, In Ha melihatnya dan bergumam kalau itu adalah
tanggal ulang tahunnya.
Loker
Sun Ho terbuka. Dan di pintu loker bagian dalam, Sun Ho memasang foto keluarga
mereka. Mata In Ha mulai berkaca-kaca. Dong Hee melihatnya dan berjalan
melewatinya untuk keluar kelas. Dia tidak mengatakan apapun. Jin Woo
menatapnya.
Di
luar kelas, Joon Seok dkk masih menunggu In Ha. Mereka merasa cemas, bagaimana
jika ponsel Sun Ho ada di dalam loker? Joon Seok mengintip dari sela pintu
kelas.
--
Moo
Jin pergi ke toko kartu dan meminta riwayat panggilan ponsel Sun Ho. Dia berterimakasih
atas data yang di terimanya.
“Apa
mungkin untuk mencari tahu lokasi terakhir ponsel itu terdeteksi?” tanya Moo
Jin.
“Ya,”
jawab petugas.
--
In
Ha tidak menemukan diary Sun Ho di dalam loker, jadi dia menanyakannya kepada
Jin Woo.
“Anda
yakin itu diary?”
“Aku
tidak yakin 100 persent. Tapi, yang jelas buku itu berbeda dari buku
catatannya. Ada banyak hal yang tidak bisa ku mengerti tapi… mereka bilang butuh
bukti unutk melakukan investigasi ulang kasus ini. Tolong aku, Pak Lee.”
Jin
Woo meminta maaf karena tidak bisa membantu banyak. In Ha memohon agar Jin Woo
mencoba bertanya lagi pada anak-anak.
--
Petugas
memberitahu kalau lokasi terakhir ponsel itu terlacak adalah dekat dengan SMP
Seah. Mereka tidak bisa mendapatkan posisi pastinya, tapi sinyal terakhir
adalah di sekitar SMP Seah.
“Kapan?”
“Jam
9.39 malam.”
--
In
Ha bicara dengan Joon Seok dkk, sementara Jin Woo menunggu di depan kelas. Tapi,
ya tentu percuma saja, In Ha tidak akan mendapatkan apapun mengenai Sun Ho dari
mereka.
“Joon
Seok. Kau yang paling dekat dengan Sun Ho. Apa kau mendengar sesuatu darinya? Tidak
masalah. Apapun yang kau dengar.”
“Kami
tidak punya kesempatan bicara akhir-akhir ini.”
“Kenapa?
Ada terjadi sesuatu di antara kalian?”
“Bukan
seperti itu. Itu terjadi begitu saja.”
“Jadi,
kau tidak bicara dengannya hari itu?”
“Ya.
Aku minta maaf,” jawab Joon Seok sambil menangis. Semua teman-temannya
menatapnya.
In
Ha benar-benar frustasi, hanya mereka teman Sun Ho. Jika mereka tidak tahu
apapun, siapa lagi yang bisa tahu. Mereka semua serentak meminta maaf, dan
hanya terus mengulangi kata-kata tersebut.
In
Ha jadi tidak enak karena merasa seperti sudah membebankan mereka. Pas sekali,
In Ha mendapat telepon dari Moo Jin jadi dia berbalik untuk mengangkat.
Setelah
In Ha berbalik, Joon Seok langsung menghapus air matanya seolah tidak ada yang
terjadi. Ki Chan sampai bergumam kalau Joon Seok benar-benar bermuka dua.
--
Moo
Jin menelpon dari dalam mobilnya. Dia memberitahu In Ha kalau panggilan
terakhir Sun Ho adalah ke nomor yang belakang terakhirnya – 4297. Sun Ho
menelpon nomor itu 3 kali di hari tersebut.
“4297?
Baik, aku akan memeriksanya,” ujar In Ha.
Perkataan
In Ha tersebut terdengar oleh Joon Seok dkk.
“Dan
juga…,” sambung Moo Jin.
“Apa
lagi?”
“Tidak
ada. Kita akan bicarakan hal ini di rumah,” ujar Moo Jin.
Selesai
menerima telepon Moo Jin, In Ha langsung ingin menanyakan nomor telepon itu
pada Jin Woo, tapi sebelum itu dia ingin menanyakan pada Joon Seok dkk. Apa mereka
tahu nomor seseorang yang belakangnya 4297?
Belum
sempat Joon Seok dkk menjawab, Sang Bok sudah muncul dan marah karena In Ha
menginterogasi anak-anak.
Tags:
Beautiful World