Sinopsis Lakorn : Krong Karm Episode 3 - part 9



Krong Karm Episode 3 – part 9
Network : Channel 3

Renu membawa ketiga temannya, berjalan- jalan di sekitar Chum Saeng. Dan sambil berjalan- jalan, mereka mengobrol. Tim menanyakan mengapa Renu berpenampilan sangat lusuh, dan tinggal di dekat kandang babi yang berbau seperti kotoran, kepadahal Renu adalah menantu anak tertua. Dan Renu diam, tidak bisa menjawab.

“Oh ya. Minggu lalu, aku bertemu E’Yoi dan suami nya di kereta. Dia tidak bisa mengenaliku. Ketika kami sampai di Chum Saeng. Mereka melangkah keluar, dan aku tidak bisa menahan diri, jadi aku menendang mereka jatuh dari kereta dengan cepat,” kata Tim sambil tertawa senang.

“Pantas aja, aku melihatnya pincang selama beberapa hari. Apakah itu karena kamu? Tanya Renu. Dan Tim tertawa.

Renu mengajak ketiga temannya datang ke tempat Mao untuk makan. Dan disana, Mao sedikit kebingungan, saat melihat teman- teman Renu yang sangat heboh sekali. Dan Renu pun memperkenalkan mereka semua.


“Sepertinya aku pernah melihatmu di suatu tempat,” kata Mao sambil memperhatikan wajah Tim secara dekat.

“Wajahku memang terkenal, P’Mao!” balas Tim sambil tertawa. Dan Mao merasa heran, bagaimana bisa Tim mengetahui namanya. Tapi Tim mengalihkan pembicaraan dengan bercanda.

Ketiga teman Renu, senang melihat Mao yang tampak kebingungan. Jadi dengan sengaja, mereka membayar menggunakan uang besar. Dan lalu ketika Mao menanyakan apa mereka tidak memiliki uang kecil. Mereka pun menjawab bahwa jika Mao tidak punya kembaliannya, maka mereka akan mengambil pisang goreng Mao secara gratis. Dan dengan panik, Mao pun segera menghitung uang yang dimilikinya.

“Tempat apa yang membuatmu begitu kaya? Sehingga kamu punya 100 baht seperti ini,” tanya Mao sambil menghitung uang yang dimilikinya.


“Apa kamu benar- benar ingin tahu?” tanya Tim. Lalu mereka menggoyang kan pinggul mereka dengan sikap menggoda, “Kami menjual ‘sawah mini’ kami di Takli! Apakah kamu mau datang dan menjual bersama kami?” canda Tim.

“Pergi, pergi, bibi!” canda Renu sambil menyenggol bahu Mao.

“Oi. Oi. Apakah kamu bercanda. Bagaimana saya bisa menjual wanita tua! Sesuatu yang dulu keras sekarang semuanya lembek,” balas Mao. Dan mereka semua tertawa.

Ditempat makan. Renu menceritakan mengenai pernikahan Atong kepada ketiga temannya, karena mereka penasaran, setelah mendengar perkataan Mao kepada nya sebelum mereka semua pergi dari sana.


“Rumah kayu 2 lantai di tepi sungai dengan pagar putih, kan?” tanya Tim. Dan Renu langsung membalas bagaimana Tim bisa tahu. “Aku tahu setiap detail rumah itu. Karena dulu itu milik ku. Aku tinggal dan tumbuh disana. Semua yang ada disana adalah milikku,” cerita Tim.

Tim menceritakan, dulu dia baru tahu bahwa dia tipu, setelah polisi datang dan mengusir mereka meninggalkan rumah itu, karena rumah itu telah di ubah nama pemiliknya oleh Yoi. Dan dia tidak akan pernah bisa melupakan kejadian itu.

“Dia memiliki hati binatang yang kejam, melakukan itu pada keluargamu!” komentar Nom.


Dari cerita yang serius, Tim mengalihkan pembicaraan menjadi lebih santai. Dia mengatakan bahwa sebenarnya setelah selesai dari sini, dia akan segera kembali ke Tahkli, tapi sekarang dia mengubah pikirannya dan ingin bersenang- senang. Dan dia mengajak semuanya untuk datang bersama nya ke pesta pernikahan anak Yoi, yaitu Atong. Dan dengan bersemangat, semuanya mengiyakan. Sementara Renu, ketika dia mendengar pembicaraan mereka, dia hanya diam saja.


Malam hari. Renu menyiapkan kue untuk dijual besok. Dan sambil menyiapkan kue- kue nya, Renu mengingat perkataan Tim di tempat makan tadi siang.


“Setelah pesta pernikahan Atong. E’Yoi akan melanjutkan serangannya padamu! Waspadalah terhadap itu!” kata Tim. Karena Renu telah menghina Yoi dengan tidur di depan tokonya. Jadi Yoi pasti tidak menerima itu, dan akan melakukan sesuatu pada Renu nantinya.

“Bisakah dia melakukan hal seperti itu?” tanya Nom, tidak percaya.


“Hohoh. P’! Saya mengenalnya lebih baik daripada siapapun. Dia berdarah sangat dingin, biadab,” kata Tim.

Mendengar itu, Renu tidak terlalu takut, karena yang paling ditakutinya adalah Chai meninggalkannya. Lalu Renu menanyakan kepada Nom, apakah Chai ada mengunjungin bar. Dan melihat betapa posesif nya Renu, mereka tertawa dan sedikit mempermainkan Renu.


“E’Renu, dengarkan aku. Aku tidak melihatnya di bar kita. Tapi bagaimana dengan bar lain? Aku tidak tahu,” kata Tim. Lalu dia mengingatkan Renu untuk mempersiapkan hati, mana tahu terjadi sesuatu yang tidak diingkan, karena Chai adalah pria yang tampan.

“Sekarang, satu-satunya hal yang membuat ku bertahan adalah P’Chai. Tetapi jika P’Chai berhenti mencintaiku, aku tidak tahu untuk apa aku bertahan,” balas Renu.

Mengingat semua obrolan itu, Renu merasa sedih dan khawatir.


Dini hari. Renu melihat dengan sedih, toko Yoi yang sedang tutup.


Dirumah keluarga Philai. Seluruh keluarga berkumpul. Disana Atong serta Philai memberikan penghormatan kepada kedua orang tua masing – masing, dan bertukar cincin. Walaupun sebenarnya, Atong tidak menginginkan pernikahan ini, tapi dia berusaha untuk bersikap baik dan tersenyum kepada Philai.

Namun Philai dengan jelas menampakan ketidak sukaan dan ketidak senangannya kepada Atong. Sehingga Atong pun berhenti tersenyum kepadanya. Lalu setelah semua selesai, mereka berfoto bersama.


“Bu! Aku berjanji akan mengunjungin mu setiap tahun. Aku tidak akan melupakan masalah itu, rasa sakit yang kita derita. Orang- orang yang melakukan ini pada kita. Mereka harus menerima karma yang pantas mereka terima. Betapa terlukanya kita. Mereka harus disakiti seratus, seribu, bahkan lebih banyak. Bagaima keluarga kita hancur. Keluarga Bae E’Yoi harus terkutuk juga!” gumam Tim dengan penuh kebencian didalam pikirannya. Setelah mengunjungin makam Ibunya.


Ditempat makan. Ketiga teman Renu mengatakan simpati mereka kepada Renu yang harus hidup susah disini, dengan berjualan setiap pagi. Dan mereka menanyakan kenapa Renu tidak pulang saja bersama mereka.

Renu menolak untuk pulang bersama mereka. Alasannya adalah walaupun sebenarnya dia bisa mendapatkan lebih banyak uang di Takli, tapi dia tidak pernah bahagia. Sebaliknya, ketika dia di Chumsaeng, walaupun dia sangat lelah hanya untuk beberapa baht saja, tapi ntah mengapa dia merasa bahagia.

Dan mereka semua menghormati keputusan Renu.


Ketika pulang ke rumah, dan melihat pintu rumah terbuka lebar. Renu langsung mengambil sebuah bangku keci dan berjalan perlahan. Takut ada pencuri di dalam rumahnya. Tapi ternyata, orang yang berada didalam rumah adalah Chai.


Dengan senang, Renu langsung memeluk Chai dengan erat. “P’Chai!” katanya. Dan Chai mengelus kepalanya dengan sayang.

1 Comments

Previous Post Next Post