Images by : jTBC
Semua karakter, organisasi,
tempat, kasus, dan insiden dalam drama ini fiktif
Sun Ho berdiri di sebuah gedung kosong dan menatap ke sebuah arah.
“Sun Ho-ah, ini aku ibumu,” terdengar suara In Ha.
Itu adalah suaranya ketika melihat bayi Sun Ho. Moo Jin juga ada
di sana dan melihat anaknya yang baru lahir. Mereka sangat bahagia karena anak
mereka lahir dengan sehat.
Kita kembali ke scene awal. Ki Chan memukul Sun Ho berulang kali. Terdengar
juga suara Young Chul dan Sung Jae. Itulah video yang di kirimkan pada In Ha.
Dan kita melihat In Ha dan Moo Jin yang menjaga dan membesarkan
Sun Ho dengan sepenuh hati. Mereka membesarakan Sun Ho dengan segala yang
terbaik yang mereka miliki. Mereka sangat menyanyangi Sun Ho.
Dan melihat video Sun Ho yang di hajar oleh teman-temannya, tentu
sangat menyayat hati In Ha. Anak yang di besarkannya dengan penuh kasih sayang,
malah di hajar oleh orang-orang yang bukan siapa-siapa itu. Hanya sebatas
ucapan ‘teman’.
Saat itu, Sun Ho sempat melawan dan hendak memukul wajah Young Chul.
Tapi, melihat wajah Young Chul yang ketakutan, Sun Ho jadi tidak tega untuk
memukulnya. Akan tetapi, tidak demikian dengan Ki Chan, dia malah terus memukul
Sun Ho tanpa ampun. Dia bahkan menyebut dirinya sebagai Captain America.
Sun Ho berusaha melawan, tapi tentu saja 3 lawan 1, dia akan
kalah. Young Chul yang penakut juga terus menendang Sun Ho yang tidak perdaya
sambil terus berteriak kalau dia tidak bodoh. Sun Ho memohon agar mereka berhenti,
tapi teriakannya percuma saja.
In Ha menangis histeris. Dia teringat saat mencuci baju Sun Ho
yang sangat kotor dan Sun Ho berbohong kalau dia bermain bola. Dan saat In Ha
melihat pipi Sun Ho yang terluka, Sun Ho berbohong kalau dia terjatuh saat
bermain bola.
In Ha menjerit histeris. Dia benar-benar tidak tahu kalau putranya
di perlakukan seperti ini! Teriakannya membangunkan Moo Jin. Moo Jin jelas
kaget melihat teriakan histeris In Ha dan bertanya ada apa?
“Kenapa kau tidak mengangkatnya? Kenapa kau tidak mengangkat
teleponnya?” teriak In Ha penuh rasa frustasi. “Dia di pukuli! Kenapa kau tidak
mengangkatnya?!” teriak In Ha terus menerus. “Kenapa? Kau harusnya menelponnya!
Kenapa kau tidak menelponnya balik?! Kenapa?! KENAPA?!!”
--
Moo Jin sudah melihat video itu. Dia duduk sendirian dalam gelap
di tengah ruang tamu. Matanya tampak penuh kemarahan, kesedihan dan kekecewaan
pada dirinya sendiri. Air matanya menetes. Dan dia mengepalkan tangannya dengan
sangat sangat erat, berusaha untuk tidak berteriak meluapkan rasa frustasinya.
Soo Ho melihatnya dari pintu kamar tidurnya.
Bulan Merah
Esok hari,
Pagi-pagi, In Ha sudah pergi ke rumah Seok Hee. Dengan penuh amarah
dia menekan bel rumah berulang kali. Seok Hee membuka pintu dan terkejut karena
yang datang adalah In Ha. Dia bertanya, “Ada masalah apa?”
In Ha langsung masuk ke dalam rumah Seok Hee. Seok Hee bingung dan
bertanya apa terjadi sesuatu pada Sun Ho?
“Bawa Young Chul padaku,” ujar In Ha penuh amarah.
“Kenapa kau ingin bertemu dengannya?”
“Aku ingin mengatakan sesuatu.”
“Mengenai apa?”
In Ha menatap Seok Hee, “Apa yang kau katakan kepada ibu anak-anak
kemarin malam?”
Mendengar pertanyaan In Ha, mata Seok Hee jadi bergetar takut, “Apa
yang anak-anak katakan padamu?”
“Kau mencoba menutupinya?” tanya In Ha lagi.
Flashback
Saat
Seok Hee menemui ibu Ki Chan dan ibu Sung Jae kemari malam. Ibu Ki Chan
menyuruh Seok Hee untuk menutup mulut dan berpura-pura tidak tahu masalah ini.
Anak-anak sudah menghapus video tersebut dan juga semua itu hanya candaan.
“Itu
bukan candaan. Mari kita kasih tahu yang sebenarnya pada ibu Sun Ho dan meminta
pengampunan,” pinta Seok Hee.
“Kenapa
kau membuat semuanya semakin rumyan?” marah ibu Ki Chan.
“Bagaimana
jika nantinya dia tahu?”
“Kita
akan mengurusnya nanti.”
“Jantungku
terasa akan melompat keluar setiap kali melihatnya. Aku merasa sangat bersalah
hingga tidak bisa berdiri.”
“Jadi
kenapa? Sejujurnya saja ya, aku tidak percaya padamu. Aku tidak melihat video
itu.”
“Ibu
Ki Chan (Ji Hye)!” marah Seok Hee.
“Jika
kau mau minta maaf, sebut saja nama putramu. Aku akan membuatmu menerima akibatnya
jika membuat Ki Chan terlibat!”
“Aku
rasa kita harus membicarakannya dengan anak kita terlebih dahulu,” saran ibu
Sung Jae.
“Mereka
akan bilang kalau itu hanya candaan.”
“Kalau
begitu, kita harus mempercayai mereka. Aku rasa Anda juga harus percaya pada
putra Anda juga,” balas ibu Sung Jae.
“Apa
kau menyuruhku untuk percaya pada kebohongan?”
“Masalahmu
jika kau berpikir kalau itu adalah kebohongan. Jika orang tua tidak percaya pada
anak sendiri, anak akan kehilangan kepercayaan diri dan nilai mereka akan
menurun.”
Mendengar
ucapan ibu Sung Jae, ibu Ki Chan langsung setuju. Dia percaya pada putranya.
End
Mengingat hal itu, Seok Hee jadi berpura-pura tidak mengerti maksud
perkataan In Ha. In Ha terus mendesaknya, karena dia yakin kalau Seok Hee pasti
tahu.
“Manusia… memang sangat menakutkan!” ujar In Ha dengan suara
bergetar. “Kau tahu selama ini dan kau masih menenangkanku dan menunjukkan
kepedulianmu. Bagaimana bisa kalian semua melakukan ini padaku?!” teriaknya
penuh frustasi.
“Apa yang kau bicarakan?!”
“Young Chul dimana? Young Chul!” teriak In Ha dan mulai mencari Young
Chul.
Young Chul yang tidak tahu yang terjadi, dengan santainya keluar
dari kamarnya. Begitu melihat Young Chul, In Ha langsung memegang kerah
bajunya, “Young Chul, kenapa kau melakukan itu pada Sun Ho-ku?”
Young Chul ini memang penakut, baru melihat In Ha saja, dia sudah
menunduk ketakutan. Argggh, sudah penakut malah ikutan membully karena ada dukungan
dari orang kuat.
Seok Hee berusaha menenangkan In Ha dan memintanya untuk bicara
saja dengannya.
“Aku melihat video-nya! Jangan mencoba berbohong,” teriak In Ha.
“Bisa nggak kau berhenti?I kau masuk ke dalam kamarmu,” ujar Seok
Hee.
“Young Chul! Bagaimana bisa kau melakukan hal yang begitu mengerikan
itu?! Apa dia mengganggumu atau apa?!” marah In Ha.
“Itu hanya candaan,” jawab Young Chul ketakutan.
“Apa?!” terkejut In Ha, mendengar jawaban Young Chul.
“Itu hanya permainan. Itu hanya candaan,” ulang Young Chul.
In Ha benar-benar marah mendengarnya. Dia memukul kepala Young
Chul dengan emosi. Melihat kepala anaknya di pukul, Seok Hee langsung
melindungi Young Chul. Dia memarahi In Ha karena sudah memukul kepala anaknya
dan ikut berkata kalau semua yang di lakukan Young Chul hanyalah candaan!
“Anak laki-laki biasa bermain kasar sesekali!” teriak Seok Hee. “Bagaimana
bisa kau memukul anak orang lain?”
In Ha kehabisan kata-kata. Dia tertawa seperti kehilangan akal.
“Maaf,” sadar Seok Hee. “Bukan itu maksudku.”
In Ha menangis dan memukul dadanya penuh kesakitan. Dia memilih pergi
dari sana karena percuma saja bicara pada mereka.
“In Ha-ah,” panggil Seok Hee.
“Jangan berani-beraninya… kau menyebut namaku,” tekan In Ha penuh amarah
dan emosi.
Setelah In Ha pergi keluar dari rumahnya, Seok Hee terduduk dan
menangis.
Di luar, In Ha berusaha keras menahan air matanya. Dadanya sakit
menahan semua perasaannya.
--
In Ha sudah pulang ke rumah. Dan dia melihat ponselnya berada di
atas meja. Soo Ho keluar dari kamarnya dan langsung bertanya darimana saja In
Ha? In Ha berbohong kalau dia hanya keluar sebentar. Dia bertanya pada Soo Ho, dimana
ayah?
“Dia keluar.”
“Kemana?”
“Tidak tahu. Dia tidak bilang apa-apa.”
In Ha mengambil ponselnya dari atas meja. Soo Ho menatap ponsel
tersebut.
“Ada yang ingin ibu katakan.”
“Aku mau ke kamar mandi,” hindari Soo Ho. Di dalam kamar mandi,
dia melihat pantulan dirinya di cermin. Matanya tampak penuh kemarahan.
--
Moo Jin ternyata pergi ke kantor polisi untuk menemui det. Park.
--
Joon Seok membaca pesan di group. Ki Chan, Sung Jae dan Young Chul
sedang panik karena takut di tangka polisi jika ketahuan. Tapi, mereka kemudian
berkata kalau mereka tidak bersalah karena tidak melakukan apapun. Mereka
dengan tegas berkata kalau semua yang mereka lakukan hanya candaan. Dan di
tambah lagi mereka masih di bawah umur dan orang tua mereka pasti akan membantu.
Membaca semua pesan tersebut,
Joon Seok tampak khawatir.
Joon Seok menemui Eun Joo di dapur.
“Ibu, ada sesuatu yang belum ku beritahu,” ujar Joon Seok.
--
Moo Jin memperlihatkan video Sun Ho yang di keroyok kepada det. Park.
Dia juga memberikan sebuah kertas kecil pada det. Park.
“Kau bilang kau tidak tahu siapa yang mengirim pesan ini?” tanya
det. Park memastikan.
“Ya. Aku sudah mencoba menelpon, tapi ponselnya mati. Aku rasa
mungkin itu salah seorang teman Sun Ho. Aku sudah mengecheck dengan guru wali
kelasnya, Dan tidak ada satupun siswa di kelas yang menggunakan nomor itu.”
“Oh , benarkah.”
“Bisakah kau melakukan investigasi ulang?” tanya Moo Jin.
“Tidak, ini tidak akan menjadi investigasi ulang. Petugas polisi
sekolah akan menangani kasus ini dan mulai melakukan investigasi resmi terkait tindak
kekerasan di sekolah.”
“Bukankah departemen kriminal yang akan menangani hal ini?”
“Komite Kekerasan Sekolah akan segera mengadakan rapat. Jadi,
petugas polisi yang bertugas akan bekerja sama dengan komite untuk menyelidiki
apa yang terjadi berdasarkan video ini.”
“Tapi, bagaimana jika ternyata Sun Ho tidak sendirian di atap dan
dia terjatuh dari atap karena mencoba melarikan diri dari kekerasan, maka itu
akan menjadi kejahatan, bukan hanya tindak kekerasan di sekolah!” marah Moo
Jin.
“Tapi tidak ada bukti yang membuktikan hal tersebut! Tunggu saja
dan lihat apa yang komite putuskan …”
“Aku ingin departemen kriminal yang mengivestigasi kasus ini,”
tegas Moo Jin.
“Jika mereka menemukan hal lain yang membuat mereka berpikir kalau
itu bisa saja adalah tindakan kejahatan, maka kasus itu kana segera di serahkan
ke departemen kriminal, dan itulah saat kami akan mulai menginvestigasi.”
Moo Jin benar-benar marah karena dia kan sudah memperlihatkan
video tersebut. Det. Park juga berkeras karena video itu hanya membuktikan
kalau ada kekerasan di sekolah. Dan itu mungkin membuktikan kalau Sun Ho memilih
bunuh diri karena di bully. Tapi itu tidak membuktikan kalau mungkin saja ada
orang lain di TKP atau seseorang yang mendorongnya dari atap. Itu tidak bisa
membuktikan kalau mungkin saja ada tindak kejahatan kriminal.
Moo Jin benar-benar speechless, dan dia pergi dengan penuh amarah.
--
Di dalam mobilnya, wajah Moo Jin benar-benar tampak marah.
Flashback
Saat
itu Sun Ho datang ke ruang kerjanya, tapi Moo Jin terlalu sibuk untuk menyelesaikan
pekerjaannya.
“Kenapa
kau belum tidur?” tanya Moo Jin.
“Aku
keluar untuk minum,” jawab Sun Ho. “Bagaimana jika kita makan tteokbokki?”
“Ini
sudah tengah malam.”
“Ada
tempat yang buka dari pagi sampai malam.”
“Kau
lapar?”
“Aku
hanya ingin jalan-jalan dengan ayah.”
“Lain
kali saja. Aku harus menyelesaikan ini lain kali.”
Sun
Ho tampak kecewa dan berjalan masuk ke dalam kamar. Moo Jin heran dan bertanya,
bukankah Sun Ho bilang mau minum? Sun Ho dengan gugup membenarkan dan berjalan
ke arah dapur. Moo Jin tidak menyadari hal tersebut dan menasehati Sun Ho agar
belajar lebih giat agar mendapat nilai yang lebih bagus, terutama di pelajaran
matematika.
End
Mengingat hal itu, membuat Moo Jin semakin sedih. Saat itu, ada
seseorang yang memarahinya karena tidak jalan juga saat lampu jalan sudah
berubah hijau. Mungkin karena emosi yang sudah di tahannya selama ini, Moo Jin
kali ini segera mengejar mobil tersebut dan menghentikannya paksa di tengah
jalan.
Dia menarik kerah baju pengemudi tersebut dan menyuruhnya keluar. Pengemudi
itu sedikit takut dan mendorong Moo Jin kemudian kabur. Moo JIn berteriak
frustasi, apa salahnya? Apa?!
Dan apa yang di lakukan oleh Moo Jin, sedikit membuat jalanan
menjadi kaget.
--
Det. Park melihat kertas kecil yang Moo Jin berikan tadi. Itu adalah
nomor telepon dari orang yang mengirimkan video tersebut : 010-4060-6563. Dan Det.
Park meminta rekannya untuk menyelidiki itu nomor siapa dan dia juga ingin
memeriksa CCTV di sekitar sekolah di hari Sun Ho bunuh diri.
“Kenapa kita harus melakukannya? Ini bahkan bukan kasus kita,”
protes temannya.
Tapi, det. Park mengabaikan perkataan rekannya tersebut dan
menyuruhnya untuk memberikan rekaman CCTV di akademi juga. Setelah itu, det. Park
pergi keluar.
--
Jin Pyo, Eun Joo dan Joon Seok duduk bersama di meja makan. Eun Joo
memberitahu kalau anak itu bernama Ki Chan dan terus saja berkata kalau Joon
Seok yang membuat mereka melakukannya.
“Apa itu benar?” tanya Jin Pyo.
“Tidak. Aku hanya bilang pada mereka kalau game Avengers sangat
populer akhir-akhir ini. Dan mereka bilang ingin mencobanya. Tapi, aku tidak ikut
melakukannya,” jelas Joon Seok.
“Jadi, apa yang kau khawatirkan?”
“Dia tidak ada di dalam video tersebut, tapi dia juga ada di sana
ketika mereka melakukannya. Jika anak lain menyatakan kalau Joon Seok yang
membuat mereka melakukannya…” jelas Eun Joo.
“Katakan saja yang sebenarnya ketika kau bicara dengan gurumu,”
potong Jin Pyo. “Bilang kalau kau ada di sana dan tahu mengenai video tersebut.”
“Sayang…”
“Tidak, tunggu dulu. Kau hanya harus memberitahu pak Lee sebelum
anak lain melapor,” lanjut Jin Pyo.
“Itu mungkin akan membuat Joon Seok dalam masalah,” ujar Eun Joo
takut.
“Kau mungkin akan jatuh karena tersandung batu ketika mencoba menghindari
kerikil. Sekarang, orang tua Sun Ho sudah melihat video tersebut, dan Komite
Kekerasan Sekolah akan segera mengadakan rapat. Mencoba menutupi hal ini
mungkin malah akan membuat segalanya menjadi tidak terkendali.”
“Tetap saja tidak perlu bagi Joon Seok yang mengatakan hal ini
duluan. Kita lihat saja apa yang terjadi dulu…”
“Daripada mengatakan kebohongan yang pasti akan terungkap, dia
harus mendapat kepercayaan mereka dengan jujur mengenai hal ini,” jelas Jin
Pyo. Dia kemudian melihat Joon Seok dan mengatakan hal ini : “Yang paling
penting yang harus kau ingat, kau tidak hanya bersahabat dengan Sun Ho tapi
juga dekat dengan anak-anak yang membully Sun Ho. Kau berpikir kalau apa yang
mereka lakukan pada Sun Ho keterlaluan, tapi kau tidak yakin apakah itu tindak
kekerasan atau hanya prank. Sebenarnya,
kau berpikir kalau candaan mereka sedikit kelewat batas, hanya setelah Sun Ho mencoba
bunuh diri, kau ingat hari mereka merekam aksi bully itu. Tapi kau tidak bisa
memberanikan dirimu untuk bicara pada orang dewasa. Kenapa? Karena itu terasa
seperti kau menjebak teman-temanmu. Itulah yang terjadi, mengerti?”
“Ya,” jawab Joon Seok.
“Semua yang kau lakukan hanyalah mencoba mempertahankan
persahabatanmu, benar?”
Joon Seok diam, dan bingung.
“Itulah yang kau lakukan,” tekan Jin Pyo.
“Ya, ayah benar,” jawab Joon Seok dan tersenyum. “Terimakasih,
ayah.”
“Apa yang ku lakukan hanyalah mengatur ulang pikiranmu,” ujar Jin
Pyo.
Joon Seok tersenyum, seolah memang tidak bersalah lagi. Dia
menatap Eun Joo dengan mata berbinar dan berkata akan bersiap ke sekolah. Eun
Joo sendiri tampak terkejut dengan perkatan suaminya dan perubahan sikap Joon
Seok.
Setelah Joon Seok naik ke kamarnya, dan Eun Joo hendak kembali ke
dapur, Jin Pyo tiba-tiba bertanya, siapa yang kira-kira mengirimkan video itu
pada orang tua Sun Ho dan apa tujuannya? Eun Joo dengan tenang menjawab, dia
juga tidak tahu. Dan Jin Pyo menatapnya.
Eun Joo melampiaskan rasa frustasinya dengan mencincang sayur. Dia
tampak benar-benar stress.
--
Moo Jin pulang dan Joon Ha langsung bertanya, apakah akan di adakan
investigasi ulang? Moo Jin tidak menjawab dan bertanya ada dimana In Ha? In Ha ada
di dapur.
“Soo Ho menelponku. Dia bilang kalau dia merasa kalau In Ha tidak
boleh di tinggalkan seorang diri.”
“Soo Ho yang bilang?”
“Ya,” benarkan Joon Ha. “Aku rasa dia dalam keadaan shock. Dia tidak
bicara sama sekali.”
Moo Jin mengangguk mengerti. Dia kemudian menemui In Ha. In Ha
menyuruhnya untuk makan. Sementara itu, Joon Ha pamit untuk menjaga toko. Sebelum
pergi, dia meminta In Ha untuk tetap bersemangat.
Moo Jin duduk di meja makan dan melihat In Ha yang makan dengan lahap.
In Ha menyuruh Moo Jin untuk makan walaupun merasa tidak bisa makan karena mereka
tetap harus kuat. Tidak ada orang lain yang akan bertarung jika bukan mereka.
Moo Jin memberitahu In Ha kalau kasus ini akan di serahkan ke departemen
tindak kekerasan sekolah. In Ha merespon biasa, dengan mengatakan : “Baguslah,
aku tidak suka detektif sebelumnya.”
“Apa kau memberitahu Soo Ho mengenai hal itu?”
“Ya. Dia akan tahu cepat atau lambat.”
“Kau tidak menunjukkan video itu kan padanya, kan?”
“Bagaimana bisa aku membiarkannya melihat video itu,” jawab In Ha.
Dan menyelesaikan makanannya.
Tapi, dia merasa mual dan berlari ke kamar mandi. In Ha
memuntahkan kembali semua yang di makannya tadi. Moo Jin hanya bisa
menepuk-nepuk punggungnya saja.
--
Seok Hee ke depan rumah In Ha. Dia hendak menekan bel rumah, tapi tidak
bisa. Dia merasa sangat takut. Dan tiba-tiba saja dia mendapat telepon dari ibu
Ki Chan.
Ibu Ki Chan bersama dengan suaminya dalam sebuah mobil. Ibu Ki Chan
memarahi Seok Hee karena ingin ke rumah Sun Ho. Seok Hee menjelaskan kalau In
Ha sudah tahu semuanya. Apa mereka tidak akan meminta maaf?
“Meminta maaf sama saja dengan mengakui kalau itu hal yang salah! Ini
hanya candaan anak-anak. Sun Ho juga tahu. Sejujurnya, bagaimana kita bisa tahu
jika Sun Ho mencoba bunuh diri karena alasan lain? jangan lakukan hal bodoh. Mari
bertemu dan bicara!”
Di kursi belakang, Ki Chan sedang duduk dengan santai dan bermain
game di ponselnya. Selesai bicara dengan Seok Hee, ibu dan ayah mulai
bertengkar. Ayah menyuruh ibu mencari pengacara hebat untuk menangani hal ini. Uang
bukan masalah, asal bisa mendapat yang terbaik.
Sung Jae di antar oleh ibunya ke sekolah. Sebelum Sung Jae masuk ke
dalam gerbang, ibu nya bertanya memastikan kalau Sung Jae sudah memberitahu
mereka semuanya kan? Sung Jae membenarkan. Ibu menyuruhnya untuk tidak khawatir
karena mereka yang akan menanganinya. Jadi, Sung Jae fokus saja belajar.
“Baik. Maaf ibu,” ujar Sung Jae.
“Tidak apa-apa. Semua orang pernah berbuat kesalahan. Yang terpenting
tidak melakukannya lagi. Jangan lupa yang ayah katakan. Masuklah dan angkat kepalamu,”
ujar Ibu.
Dan Sung Jae masuk ke sekolah dengan perasaan lega.
--
Jin Pyo sedang berteleponan dan berkata kalau mereka akan
mengikuti sesuai peraturan yang berlaku. Dan juga ini hanyalah tindak kekerasan
kecil di sekolah. Jangan membuatnya semakin buruk dengan mencoba menutupinya. Dan
juga datanglah ke kantornya setelah bertemu dengan orang tua Sun Ho.
Eun Joo kemudian berkomentar kalau keadaan sekolah pasti akan
kacau. Tapi, setelah di pikirkan lagi, dia merasa lega karena keluarga Sun Ho
tahu hal ini jadi mereka tidak akan terlalu bingung.
“Karena kau sangat peduli pada mereka, kenapa tidak mengunjunginya
saja dan mengatakan semuanya,” ujar Jin Pyo dengan sinis.
“Apa maksudmu?”
“Aku sudah menjelaskannya tadi. Daripada mengatakan kebohongan
yang tidak bisa di tutupi, kita harus menutup kebohongan besar dengan sedikit
kejujuran.”
“Apa maksudmu?”
“Kau pergilah menemui In Ha sebelum orang lain melakukannya dan
memberitahunya kalau Joon Seok juga ada di sana.”
“Lalu, apa maksudmu dengan ‘kebohongan besar’?”
Jin Pyo tidak menjawab. Dia tiba-tiba memanggil supirnya mendekat
dan menamparnya. Alasannya karena dia kan sudah bilang kalau pintu mobil harus
terbuka saat menunggunya. Melihat hal itu, tangan Eun Joo bergetar ketakutan.
“Aku yakin kalau anak-anak mengatakan yang sebenarnya. Joon Seok
adalah dalang semuanya,” ujar Jin Pyo.
“Itukah ‘kebohongan besar’ yang kau maksudkan?”
“Apa masih ada hal lain yang harus kita sembunyikan?”
“Sayang… apa kau tidak percaya pada Joon Seok?” tanya In Ha,
tampak terkejut.
“Aku tidak mempercayai siapapun,” tekan Jin Pyo. “Ini bukan
kesalahan Joon Seok. Ketua yang memberikan perintah, terserah pada bawahan
untuk menurutinya atau tidak. Aku akan makan malam dengan kepala polisi. Jangan
menungguku.”
In Ha hanya diam dan melihat Jin Pyo yang berjalan masuk ke dalam
mobil.
--
Soo Ho pergi ke kelas Sun Ho. Dan dia menatap Young Chul dengan
penuh kebencian. Bukan hanya Young Chul tapi juga Ki Chan dan Sung Jae. Dia berjalan
masuk dengan tangan mengepal. Tapi, dia kemudian mengurungkan niatnya dan berjalan
keluar kelas lagi.
Di luar, Dong Hee menunggunya. Saat Soo Ho berjalan melewatinya,
Dong Hee bertanya, “Kau adik Sun Ho, kan?”
Sun Ho melihat tag nama Dong Hee, dan mengangguk membenarkan.
“Sun Ho, bagaimana keadaannya? Apa dia masih belum sadar? Dapatkah
aku menjenguknya?”
“Dia akan di pindahkan ke kamar rawat biasa 2 hari lagi,” beritahu
Soo Ho.
“Dia sudah sadar?”
“Belum. Tapi, dia sedikit lebih baik.”
“Benarkah?” tanya Dong Hee dengan senang. “Syukurlah.”
“Oppa benar,” ujar Soo Ho. “Oppa bilang kalau kau adalah hantu (julukan
Dong Hee) baik. Kau adalah orang pertama di seluruh sekolah ini yang
menunjukkan kepedulianmu. Orang lain hanya penasaran, tapi tidak benar-benar peduli.
Kau bisa menjenguknya,” ujar Soo Ho dan berbalik pergi. Tapi, dia tiba-tiba
berbalik lagi, “Apa mungkin kau tahu dimana Da Hee tinggal?”
Dong Hee mengangguk.
“Dimana?”
--
Saat masih jam pelajaran, Soo Ho diam-diam bolos dari sekolah. Dae
Gil melihatnya keluar dari pagar sekolah dan hanya diam saja.
Tags:
Beautiful World