Sinopsis Korean Drama : Beautiful World Episode 03 – 1

Sinopsis Korean Drama : Beautiful World Episode 03 – 1
Images by : jTBC
Semua karakter, organisasi, tempat, kasus, dan insiden dalam drama ini fiktif

Sun Ho berdiri di sebuah gedung kosong dan menatap ke sebuah arah.
“Sun Ho-ah, ini aku ibumu,” terdengar suara In Ha.


Itu adalah suaranya ketika melihat bayi Sun Ho. Moo Jin juga ada di sana dan melihat anaknya yang baru lahir. Mereka sangat bahagia karena anak mereka lahir dengan sehat.
Kita kembali ke scene awal. Ki Chan memukul Sun Ho berulang kali. Terdengar juga suara Young Chul dan Sung Jae. Itulah video yang di kirimkan pada In Ha.


Dan kita melihat In Ha dan Moo Jin yang menjaga dan membesarkan Sun Ho dengan sepenuh hati. Mereka membesarakan Sun Ho dengan segala yang terbaik yang mereka miliki. Mereka sangat menyanyangi Sun Ho.
Dan melihat video Sun Ho yang di hajar oleh teman-temannya, tentu sangat menyayat hati In Ha. Anak yang di besarkannya dengan penuh kasih sayang, malah di hajar oleh orang-orang yang bukan siapa-siapa itu. Hanya sebatas ucapan ‘teman’.
Saat itu, Sun Ho sempat melawan dan hendak memukul wajah Young Chul. Tapi, melihat wajah Young Chul yang ketakutan, Sun Ho jadi tidak tega untuk memukulnya. Akan tetapi, tidak demikian dengan Ki Chan, dia malah terus memukul Sun Ho tanpa ampun. Dia bahkan menyebut dirinya sebagai Captain America.

Sun Ho berusaha melawan, tapi tentu saja 3 lawan 1, dia akan kalah. Young Chul yang penakut juga terus menendang Sun Ho yang tidak perdaya sambil terus berteriak kalau dia tidak bodoh. Sun Ho memohon agar mereka berhenti, tapi teriakannya percuma saja.
In Ha menangis histeris. Dia teringat saat mencuci baju Sun Ho yang sangat kotor dan Sun Ho berbohong kalau dia bermain bola. Dan saat In Ha melihat pipi Sun Ho yang terluka, Sun Ho berbohong kalau dia terjatuh saat bermain bola.
In Ha menjerit histeris. Dia benar-benar tidak tahu kalau putranya di perlakukan seperti ini! Teriakannya membangunkan Moo Jin. Moo Jin jelas kaget melihat teriakan histeris In Ha dan bertanya ada apa?
“Kenapa kau tidak mengangkatnya? Kenapa kau tidak mengangkat teleponnya?” teriak In Ha penuh rasa frustasi. “Dia di pukuli! Kenapa kau tidak mengangkatnya?!” teriak In Ha terus menerus. “Kenapa? Kau harusnya menelponnya! Kenapa kau tidak menelponnya balik?! Kenapa?! KENAPA?!!”
--
Moo Jin sudah melihat video itu. Dia duduk sendirian dalam gelap di tengah ruang tamu. Matanya tampak penuh kemarahan, kesedihan dan kekecewaan pada dirinya sendiri. Air matanya menetes. Dan dia mengepalkan tangannya dengan sangat sangat erat, berusaha untuk tidak berteriak meluapkan rasa frustasinya.
Soo Ho melihatnya dari pintu kamar tidurnya.
Bulan Merah
Esok hari,
Pagi-pagi, In Ha sudah pergi ke rumah Seok Hee. Dengan penuh amarah dia menekan bel rumah berulang kali. Seok Hee membuka pintu dan terkejut karena yang datang adalah In Ha. Dia bertanya, “Ada masalah apa?”
In Ha langsung masuk ke dalam rumah Seok Hee. Seok Hee bingung dan bertanya apa terjadi sesuatu pada Sun Ho?
“Bawa Young Chul padaku,” ujar In Ha penuh amarah.
“Kenapa kau ingin bertemu dengannya?”
“Aku ingin mengatakan sesuatu.”
“Mengenai apa?”
In Ha menatap Seok Hee, “Apa yang kau katakan kepada ibu anak-anak kemarin malam?”
Mendengar pertanyaan In Ha, mata Seok Hee jadi bergetar takut, “Apa yang anak-anak katakan padamu?”
“Kau mencoba menutupinya?” tanya In Ha lagi.
Flashback
Saat Seok Hee menemui ibu Ki Chan dan ibu Sung Jae kemari malam. Ibu Ki Chan menyuruh Seok Hee untuk menutup mulut dan berpura-pura tidak tahu masalah ini. Anak-anak sudah menghapus video tersebut dan juga semua itu hanya candaan.
“Itu bukan candaan. Mari kita kasih tahu yang sebenarnya pada ibu Sun Ho dan meminta pengampunan,” pinta Seok Hee.
“Kenapa kau membuat semuanya semakin rumyan?” marah ibu Ki Chan.
“Bagaimana jika nantinya dia tahu?”
“Kita akan mengurusnya nanti.”
“Jantungku terasa akan melompat keluar setiap kali melihatnya. Aku merasa sangat bersalah hingga tidak bisa berdiri.”
“Jadi kenapa? Sejujurnya saja ya, aku tidak percaya padamu. Aku tidak melihat video itu.”
“Ibu Ki Chan (Ji Hye)!” marah Seok Hee.
“Jika kau mau minta maaf, sebut saja nama putramu. Aku akan membuatmu menerima akibatnya jika membuat Ki Chan terlibat!”
“Aku rasa kita harus membicarakannya dengan anak kita terlebih dahulu,” saran ibu Sung Jae.
“Mereka akan bilang kalau itu hanya candaan.”
“Kalau begitu, kita harus mempercayai mereka. Aku rasa Anda juga harus percaya pada putra Anda juga,” balas ibu Sung Jae.
“Apa kau menyuruhku untuk percaya pada kebohongan?”
“Masalahmu jika kau berpikir kalau itu adalah kebohongan. Jika orang tua tidak percaya pada anak sendiri, anak akan kehilangan kepercayaan diri dan nilai mereka akan menurun.”
Mendengar ucapan ibu Sung Jae, ibu Ki Chan langsung setuju. Dia percaya pada putranya.
End
Mengingat hal itu, Seok Hee jadi berpura-pura tidak mengerti maksud perkataan In Ha. In Ha terus mendesaknya, karena dia yakin kalau Seok Hee pasti tahu.
“Manusia… memang sangat menakutkan!” ujar In Ha dengan suara bergetar. “Kau tahu selama ini dan kau masih menenangkanku dan menunjukkan kepedulianmu. Bagaimana bisa kalian semua melakukan ini padaku?!” teriaknya penuh frustasi.
“Apa yang kau bicarakan?!”
“Young Chul dimana? Young Chul!” teriak In Ha dan mulai mencari Young Chul.
Young Chul yang tidak tahu yang terjadi, dengan santainya keluar dari kamarnya. Begitu melihat Young Chul, In Ha langsung memegang kerah bajunya, “Young Chul, kenapa kau melakukan itu pada Sun Ho-ku?”
Young Chul ini memang penakut, baru melihat In Ha saja, dia sudah menunduk ketakutan. Argggh, sudah penakut malah ikutan membully karena ada dukungan dari orang kuat.
Seok Hee berusaha menenangkan In Ha dan memintanya untuk bicara saja dengannya.
“Aku melihat video-nya! Jangan mencoba berbohong,” teriak In Ha.
“Bisa nggak kau berhenti?I kau masuk ke dalam kamarmu,” ujar Seok Hee.
“Young Chul! Bagaimana bisa kau melakukan hal yang begitu mengerikan itu?! Apa dia mengganggumu atau apa?!” marah In Ha.
“Itu hanya candaan,” jawab Young Chul ketakutan.
“Apa?!” terkejut In Ha, mendengar jawaban Young Chul.
“Itu hanya permainan. Itu hanya candaan,” ulang Young Chul.

In Ha benar-benar marah mendengarnya. Dia memukul kepala Young Chul dengan emosi. Melihat kepala anaknya di pukul, Seok Hee langsung melindungi Young Chul. Dia memarahi In Ha karena sudah memukul kepala anaknya dan ikut berkata kalau semua yang di lakukan Young Chul hanyalah candaan!
“Anak laki-laki biasa bermain kasar sesekali!” teriak Seok Hee. “Bagaimana bisa kau memukul anak orang lain?”
In Ha kehabisan kata-kata. Dia tertawa seperti kehilangan akal.
“Maaf,” sadar Seok Hee. “Bukan itu maksudku.”
In Ha menangis dan memukul dadanya penuh kesakitan. Dia memilih pergi dari sana karena percuma saja bicara pada mereka.
“In Ha-ah,” panggil Seok Hee.
“Jangan berani-beraninya… kau menyebut namaku,” tekan In Ha penuh amarah dan emosi.
Setelah In Ha pergi keluar dari rumahnya, Seok Hee terduduk dan menangis.
Di luar, In Ha berusaha keras menahan air matanya. Dadanya sakit menahan semua perasaannya.
--
In Ha sudah pulang ke rumah. Dan dia melihat ponselnya berada di atas meja. Soo Ho keluar dari kamarnya dan langsung bertanya darimana saja In Ha? In Ha berbohong kalau dia hanya keluar sebentar. Dia bertanya pada Soo Ho, dimana ayah?
“Dia keluar.”
“Kemana?”
“Tidak tahu. Dia tidak bilang apa-apa.”
In Ha mengambil ponselnya dari atas meja. Soo Ho menatap ponsel tersebut.
“Ada yang ingin ibu katakan.”

“Aku mau ke kamar mandi,” hindari Soo Ho. Di dalam kamar mandi, dia melihat pantulan dirinya di cermin. Matanya tampak penuh kemarahan.
--
Moo Jin ternyata pergi ke kantor polisi untuk menemui det. Park.
--
Joon Seok membaca pesan di group. Ki Chan, Sung Jae dan Young Chul sedang panik karena takut di tangka polisi jika ketahuan. Tapi, mereka kemudian berkata kalau mereka tidak bersalah karena tidak melakukan apapun. Mereka dengan tegas berkata kalau semua yang mereka lakukan hanya candaan. Dan di tambah lagi mereka masih di bawah umur dan orang tua mereka pasti akan membantu.
 Membaca semua pesan tersebut, Joon Seok tampak khawatir.
Joon Seok menemui Eun Joo di dapur.
“Ibu, ada sesuatu yang belum ku beritahu,” ujar Joon Seok.
--
Moo Jin memperlihatkan video Sun Ho yang di keroyok kepada det. Park. Dia juga memberikan sebuah kertas kecil pada det. Park.
“Kau bilang kau tidak tahu siapa yang mengirim pesan ini?” tanya det. Park memastikan.
“Ya. Aku sudah mencoba menelpon, tapi ponselnya mati. Aku rasa mungkin itu salah seorang teman Sun Ho. Aku sudah mengecheck dengan guru wali kelasnya, Dan tidak ada satupun siswa di kelas yang menggunakan nomor itu.”
“Oh , benarkah.”
“Bisakah kau melakukan investigasi ulang?” tanya Moo Jin.
“Tidak, ini tidak akan menjadi investigasi ulang. Petugas polisi sekolah akan menangani kasus ini dan mulai melakukan investigasi resmi terkait tindak kekerasan di sekolah.”
“Bukankah departemen kriminal yang akan menangani hal ini?”
“Komite Kekerasan Sekolah akan segera mengadakan rapat. Jadi, petugas polisi yang bertugas akan bekerja sama dengan komite untuk menyelidiki apa yang terjadi berdasarkan video ini.”
“Tapi, bagaimana jika ternyata Sun Ho tidak sendirian di atap dan dia terjatuh dari atap karena mencoba melarikan diri dari kekerasan, maka itu akan menjadi kejahatan, bukan hanya tindak kekerasan di sekolah!” marah Moo Jin.
“Tapi tidak ada bukti yang membuktikan hal tersebut! Tunggu saja dan lihat apa yang komite putuskan …”
“Aku ingin departemen kriminal yang mengivestigasi kasus ini,” tegas Moo Jin.
“Jika mereka menemukan hal lain yang membuat mereka berpikir kalau itu bisa saja adalah tindakan kejahatan, maka kasus itu kana segera di serahkan ke departemen kriminal, dan itulah saat kami akan mulai menginvestigasi.”
Moo Jin benar-benar marah karena dia kan sudah memperlihatkan video tersebut. Det. Park juga berkeras karena video itu hanya membuktikan kalau ada kekerasan di sekolah. Dan itu mungkin membuktikan kalau Sun Ho memilih bunuh diri karena di bully. Tapi itu tidak membuktikan kalau mungkin saja ada orang lain di TKP atau seseorang yang mendorongnya dari atap. Itu tidak bisa membuktikan kalau mungkin saja ada tindak kejahatan kriminal.   
Moo Jin benar-benar speechless, dan dia pergi dengan penuh amarah.
--
Di dalam mobilnya, wajah Moo Jin benar-benar tampak marah.

Flashback
Saat itu Sun Ho datang ke ruang kerjanya, tapi Moo Jin terlalu sibuk untuk menyelesaikan pekerjaannya.
“Kenapa kau belum tidur?” tanya Moo Jin.
“Aku keluar untuk minum,” jawab Sun Ho. “Bagaimana jika kita makan tteokbokki?”
“Ini sudah tengah malam.”
“Ada tempat yang buka dari pagi sampai malam.”
“Kau lapar?”
“Aku hanya ingin jalan-jalan dengan ayah.”
“Lain kali saja. Aku harus menyelesaikan ini lain kali.”
Sun Ho tampak kecewa dan berjalan masuk ke dalam kamar. Moo Jin heran dan bertanya, bukankah Sun Ho bilang mau minum? Sun Ho dengan gugup membenarkan dan berjalan ke arah dapur. Moo Jin tidak menyadari hal tersebut dan menasehati Sun Ho agar belajar lebih giat agar mendapat nilai yang lebih bagus, terutama di pelajaran matematika.
End

Mengingat hal itu, membuat Moo Jin semakin sedih. Saat itu, ada seseorang yang memarahinya karena tidak jalan juga saat lampu jalan sudah berubah hijau. Mungkin karena emosi yang sudah di tahannya selama ini, Moo Jin kali ini segera mengejar mobil tersebut dan menghentikannya paksa di tengah jalan.
Dia menarik kerah baju pengemudi tersebut dan menyuruhnya keluar. Pengemudi itu sedikit takut dan mendorong Moo Jin kemudian kabur. Moo JIn berteriak frustasi, apa salahnya? Apa?!
Dan apa yang di lakukan oleh Moo Jin, sedikit membuat jalanan menjadi kaget.
--

Det. Park melihat kertas kecil yang Moo Jin berikan tadi. Itu adalah nomor telepon dari orang yang mengirimkan video tersebut : 010-4060-6563. Dan Det. Park meminta rekannya untuk menyelidiki itu nomor siapa dan dia juga ingin memeriksa CCTV di sekitar sekolah di hari Sun Ho bunuh diri.
“Kenapa kita harus melakukannya? Ini bahkan bukan kasus kita,” protes temannya.
Tapi, det. Park mengabaikan perkataan rekannya tersebut dan menyuruhnya untuk memberikan rekaman CCTV di akademi juga. Setelah itu, det. Park pergi keluar.
--
Jin Pyo, Eun Joo dan Joon Seok duduk bersama di meja makan. Eun Joo memberitahu kalau anak itu bernama Ki Chan dan terus saja berkata kalau Joon Seok yang membuat mereka melakukannya.
“Apa itu benar?” tanya Jin Pyo.
“Tidak. Aku hanya bilang pada mereka kalau game Avengers sangat populer akhir-akhir ini. Dan mereka bilang ingin mencobanya. Tapi, aku tidak ikut melakukannya,” jelas Joon Seok.
“Jadi, apa yang kau khawatirkan?”
“Dia tidak ada di dalam video tersebut, tapi dia juga ada di sana ketika mereka melakukannya. Jika anak lain menyatakan kalau Joon Seok yang membuat mereka melakukannya…” jelas Eun Joo.
“Katakan saja yang sebenarnya ketika kau bicara dengan gurumu,” potong Jin Pyo. “Bilang kalau kau ada di sana dan tahu mengenai video tersebut.”
“Sayang…”
“Tidak, tunggu dulu. Kau hanya harus memberitahu pak Lee sebelum anak lain melapor,” lanjut Jin Pyo.
“Itu mungkin akan membuat Joon Seok dalam masalah,” ujar Eun Joo takut.
“Kau mungkin akan jatuh karena tersandung batu ketika mencoba menghindari kerikil. Sekarang, orang tua Sun Ho sudah melihat video tersebut, dan Komite Kekerasan Sekolah akan segera mengadakan rapat. Mencoba menutupi hal ini mungkin malah akan membuat segalanya menjadi tidak terkendali.”
“Tetap saja tidak perlu bagi Joon Seok yang mengatakan hal ini duluan. Kita lihat saja apa yang terjadi dulu…”
“Daripada mengatakan kebohongan yang pasti akan terungkap, dia harus mendapat kepercayaan mereka dengan jujur mengenai hal ini,” jelas Jin Pyo. Dia kemudian melihat Joon Seok dan mengatakan hal ini : “Yang paling penting yang harus kau ingat, kau tidak hanya bersahabat dengan Sun Ho tapi juga dekat dengan anak-anak yang membully Sun Ho. Kau berpikir kalau apa yang mereka lakukan pada Sun Ho keterlaluan, tapi kau tidak yakin apakah itu tindak kekerasan atau hanya prank. Sebenarnya, kau berpikir kalau candaan mereka sedikit kelewat batas, hanya setelah Sun Ho mencoba bunuh diri, kau ingat hari mereka merekam aksi bully itu. Tapi kau tidak bisa memberanikan dirimu untuk bicara pada orang dewasa. Kenapa? Karena itu terasa seperti kau menjebak teman-temanmu. Itulah yang terjadi, mengerti?”
“Ya,” jawab Joon Seok.
“Semua yang kau lakukan hanyalah mencoba mempertahankan persahabatanmu, benar?”
Joon Seok diam, dan bingung.
“Itulah yang kau lakukan,” tekan Jin Pyo.
“Ya, ayah benar,” jawab Joon Seok dan tersenyum. “Terimakasih, ayah.”
“Apa yang ku lakukan hanyalah mengatur ulang pikiranmu,” ujar Jin Pyo.
Joon Seok tersenyum, seolah memang tidak bersalah lagi. Dia menatap Eun Joo dengan mata berbinar dan berkata akan bersiap ke sekolah. Eun Joo sendiri tampak terkejut dengan perkatan suaminya dan perubahan sikap Joon Seok.     
Setelah Joon Seok naik ke kamarnya, dan Eun Joo hendak kembali ke dapur, Jin Pyo tiba-tiba bertanya, siapa yang kira-kira mengirimkan video itu pada orang tua Sun Ho dan apa tujuannya? Eun Joo dengan tenang menjawab, dia juga tidak tahu. Dan Jin Pyo menatapnya.
Eun Joo melampiaskan rasa frustasinya dengan mencincang sayur. Dia tampak benar-benar stress.
 --

Moo Jin pulang dan Joon Ha langsung bertanya, apakah akan di adakan investigasi ulang? Moo Jin tidak menjawab dan bertanya ada dimana In Ha? In Ha ada di dapur.
“Soo Ho menelponku. Dia bilang kalau dia merasa kalau In Ha tidak boleh di tinggalkan seorang diri.”
“Soo Ho yang bilang?”
“Ya,” benarkan Joon Ha. “Aku rasa dia dalam keadaan shock. Dia tidak bicara sama sekali.”
Moo Jin mengangguk mengerti. Dia kemudian menemui In Ha. In Ha menyuruhnya untuk makan. Sementara itu, Joon Ha pamit untuk menjaga toko. Sebelum pergi, dia meminta In Ha untuk tetap bersemangat.
Moo Jin duduk di meja makan dan melihat In Ha yang makan dengan lahap. In Ha menyuruh Moo Jin untuk makan walaupun merasa tidak bisa makan karena mereka tetap harus kuat. Tidak ada orang lain yang akan bertarung jika bukan mereka.
Moo Jin memberitahu In Ha kalau kasus ini akan di serahkan ke departemen tindak kekerasan sekolah. In Ha merespon biasa, dengan mengatakan : “Baguslah, aku tidak suka detektif sebelumnya.”
“Apa kau memberitahu Soo Ho mengenai hal itu?”
“Ya. Dia akan tahu cepat atau lambat.”
“Kau tidak menunjukkan video itu kan padanya, kan?”
“Bagaimana bisa aku membiarkannya melihat video itu,” jawab In Ha. Dan menyelesaikan makanannya.
Tapi, dia merasa mual dan berlari ke kamar mandi. In Ha memuntahkan kembali semua yang di makannya tadi. Moo Jin hanya bisa menepuk-nepuk punggungnya saja.
--
Seok Hee ke depan rumah In Ha. Dia hendak menekan bel rumah, tapi tidak bisa. Dia merasa sangat takut. Dan tiba-tiba saja dia mendapat telepon dari ibu Ki Chan.

Ibu Ki Chan bersama dengan suaminya dalam sebuah mobil. Ibu Ki Chan memarahi Seok Hee karena ingin ke rumah Sun Ho. Seok Hee menjelaskan kalau In Ha sudah tahu semuanya. Apa mereka tidak akan meminta maaf?
“Meminta maaf sama saja dengan mengakui kalau itu hal yang salah! Ini hanya candaan anak-anak. Sun Ho juga tahu. Sejujurnya, bagaimana kita bisa tahu jika Sun Ho mencoba bunuh diri karena alasan lain? jangan lakukan hal bodoh. Mari bertemu dan bicara!”
Di kursi belakang, Ki Chan sedang duduk dengan santai dan bermain game di ponselnya. Selesai bicara dengan Seok Hee, ibu dan ayah mulai bertengkar. Ayah menyuruh ibu mencari pengacara hebat untuk menangani hal ini. Uang bukan masalah, asal bisa mendapat yang terbaik.

Sung Jae di antar oleh ibunya ke sekolah. Sebelum Sung Jae masuk ke dalam gerbang, ibu nya bertanya memastikan kalau Sung Jae sudah memberitahu mereka semuanya kan? Sung Jae membenarkan. Ibu menyuruhnya untuk tidak khawatir karena mereka yang akan menanganinya. Jadi, Sung Jae fokus saja belajar.
“Baik. Maaf ibu,” ujar Sung Jae.
“Tidak apa-apa. Semua orang pernah berbuat kesalahan. Yang terpenting tidak melakukannya lagi. Jangan lupa yang ayah katakan. Masuklah dan angkat kepalamu,” ujar Ibu.
Dan Sung Jae masuk ke sekolah dengan perasaan lega.
--
Jin Pyo sedang berteleponan dan berkata kalau mereka akan mengikuti sesuai peraturan yang berlaku. Dan juga ini hanyalah tindak kekerasan kecil di sekolah. Jangan membuatnya semakin buruk dengan mencoba menutupinya. Dan juga datanglah ke kantornya setelah bertemu dengan orang tua Sun Ho.
Eun Joo kemudian berkomentar kalau keadaan sekolah pasti akan kacau. Tapi, setelah di pikirkan lagi, dia merasa lega karena keluarga Sun Ho tahu hal ini jadi mereka tidak akan terlalu bingung.
“Karena kau sangat peduli pada mereka, kenapa tidak mengunjunginya saja dan mengatakan semuanya,” ujar Jin Pyo dengan sinis.
“Apa maksudmu?”
“Aku sudah menjelaskannya tadi. Daripada mengatakan kebohongan yang tidak bisa di tutupi, kita harus menutup kebohongan besar dengan sedikit kejujuran.”
“Apa maksudmu?”
“Kau pergilah menemui In Ha sebelum orang lain melakukannya dan memberitahunya kalau Joon Seok juga ada di sana.”
“Lalu, apa maksudmu dengan ‘kebohongan besar’?”

Jin Pyo tidak menjawab. Dia tiba-tiba memanggil supirnya mendekat dan menamparnya. Alasannya karena dia kan sudah bilang kalau pintu mobil harus terbuka saat menunggunya. Melihat hal itu, tangan Eun Joo bergetar ketakutan.
“Aku yakin kalau anak-anak mengatakan yang sebenarnya. Joon Seok adalah dalang semuanya,” ujar Jin Pyo.
“Itukah ‘kebohongan besar’ yang kau maksudkan?”
“Apa masih ada hal lain yang harus kita sembunyikan?”
“Sayang… apa kau tidak percaya pada Joon Seok?” tanya In Ha, tampak terkejut.
“Aku tidak mempercayai siapapun,” tekan Jin Pyo. “Ini bukan kesalahan Joon Seok. Ketua yang memberikan perintah, terserah pada bawahan untuk menurutinya atau tidak. Aku akan makan malam dengan kepala polisi. Jangan menungguku.”
In Ha hanya diam dan melihat Jin Pyo yang berjalan masuk ke dalam mobil.
--

Soo Ho pergi ke kelas Sun Ho. Dan dia menatap Young Chul dengan penuh kebencian. Bukan hanya Young Chul tapi juga Ki Chan dan Sung Jae. Dia berjalan masuk dengan tangan mengepal. Tapi, dia kemudian mengurungkan niatnya dan berjalan keluar kelas lagi.
Di luar, Dong Hee menunggunya. Saat Soo Ho berjalan melewatinya, Dong Hee bertanya, “Kau adik Sun Ho, kan?”
Sun Ho melihat tag nama Dong Hee, dan mengangguk membenarkan.
“Sun Ho, bagaimana keadaannya? Apa dia masih belum sadar? Dapatkah aku menjenguknya?”
“Dia akan di pindahkan ke kamar rawat biasa 2 hari lagi,” beritahu Soo Ho.
“Dia sudah sadar?”
“Belum. Tapi, dia sedikit lebih baik.”
“Benarkah?” tanya Dong Hee dengan senang. “Syukurlah.”
“Oppa benar,” ujar Soo Ho. “Oppa bilang kalau kau adalah hantu (julukan Dong Hee) baik. Kau adalah orang pertama di seluruh sekolah ini yang menunjukkan kepedulianmu. Orang lain hanya penasaran, tapi tidak benar-benar peduli. Kau bisa menjenguknya,” ujar Soo Ho dan berbalik pergi. Tapi, dia tiba-tiba berbalik lagi, “Apa mungkin kau tahu dimana Da Hee tinggal?”
Dong Hee mengangguk.
“Dimana?”
--

Saat masih jam pelajaran, Soo Ho diam-diam bolos dari sekolah. Dae Gil melihatnya keluar dari pagar sekolah dan hanya diam saja.

Post a Comment

Previous Post Next Post