Network : iQiyi iQiyi
Luo
Jing berputar- putar seperti menari sambil tersenyum dengan lebar. Dia
menikmati butiran es seperti salju yang di buat oleh Jiang untuknya. Dan
melihat itu dari atas, Jiang juga tersenyum dengan lebar. Lalu dia pun
membiarkan para bawahannya yang terus mengipas- ngipaskan es untuk Luo Jing.
Sementara dia berbalik dan pergi.
Jiang
menghampiri Luo Jing, dan bertanya bagaimana, karena dia telah membuat sesuatu
yang tidak mungkin untuk Luo Jing. Dan Luo Jing tersenyum berterima kasih,
“Kamu begitu kaya, tampan, dan tidak ada yang tidak mungkin. Tuan Jiang.”
“Aku
masih punya sesuatu yang lain untukmu,” kata Jiang. Lalu dia mengeluarkan tusuk
rambut berwarna putih yang telah lama dibeli dan di simpannya untuk Luo Jing.
Luo
Jing mengingat tusuk rambut itu, dan tersenyum. Jiang lalu memegang tangan Luo
Jing, dan memberikan tusuk rambut putih itu. “Jika aku bilang, aku tidak pernah
ingin dia mencari mu. Akankah kamu percaya?” tanya Jiang.
“Mengapa?”
balas Luo Jing, bingung.
Tepat
disaat itu, Wu Mei datang menaiki kuda. Dan melihat nya, Luo Jing langsung
tersenyum lebar. Namun ketika Wu Mei sudah mendekat, dia langsung memalingkan
wajah nya sambil tersenyum kecil. Lalu Jiang mengatakan bahwa Wu Mei sudah
kalah.
“Aku
tahu,” kata Wu Mei pada Jiang. “Kembalilah denganku,” kata Wu Mei kepada Luo
Jing sambil langsung menarik tangannya.
“Lepaskan
aku. Aku tidak akan pergi,” balas Luo Jing. Tapi Wu Mei menarik tangannya
dengan kuat dan membawa nya naik ke atas kuda. Dan tanpa sengaja, tusuk rambut
putih yang sedang Luo Jing pegang terlepas dan terjatuh dari genggamannya.
Melihat itu, Jiang merasa sedih.
“Berjanjilah
padaku. Baik- baik padanya,” kata Jiang kepada Wu Mei. Dan tanpa menjawab, Wu
Mei langsung mengendarai kudanya pergi. Lalu Jiang menunduk dan mengambil tusuk
rambut putih yang sekarang sudah patah, akibat terjatuh.
“Ini
adalah hadiah pertama ku, tapi aku, Jiang Xuan Yun, tidak bisa memberikannya.
Tapi sekarang, selama dia bahagia, maka itu bagus,” gumam Jiang, tegar.
Dengan
masih kesal, Luo Jing menanyakan, bukankah Wu Mei sengaja mengusirnya. Dan Wu
Mei menyuruh Luo Jing untuk tidak berpikir berlebihan, karena sekarang dia sudah
datang untuk menjemput Luo Jing. Kemudian Wu Mei menjelaskan bahwa selama Luo
Jing tidak membuatnya khawatir lagi, maka dia tidak akan sombong.
Seorang
gadis muda lewat, dan menawarkan bunga kepada Wu Mei serta Luo Jing. Dan karena
Luo Jing tampak tertarik pada bunga itu, maka Wu Mei pun turun dari atas kuda,
dan membeli semua bunga itu.
“Saya
berharap Anda berdua hidup bahagia bersamanya dan harmonis di dalam
pernikahan,” kata si Gadis muda. Dan Wu Mei tersenyum mengelus kepalanya. Lalu
dia memberikan semua bunga itu kepada Luo Jing.
“Dalam
situasi ini, haruskah aku bersikap sopan dan bertindak sedikit tersentuh?”
tanya Luo Jing, tanpa mengambil bunga itu.
“Aku
hanya merasa bahwa di kediaman ku kekurangan beberapa bunga, jadi aku
menyuruhmu mengambil ini untuk dekorasi,” balas Wu Mei, dengan sikap jaim.
“Aku
baru saja sembuh. Jika aku memegangnya, dan tidak sengaja menjatuhkannya di
perjalanan. Maka kamu akan menghukum ku lagi. Dan aku tidak akan bisa
menyelamatkan hidup ku ini. Jadi aku tidak berani memegangnya,” balas Luo Jing,
bersikap jual mahal.
Mendengar
itu, Wu Mei tampak kecewa, dan menurunkan tangannya yang terlurur untuk
memberikan bunga pada Luo Jing. Tapi Luo Jing dengan cepat merebutnya, dan
memegangnya, lalu dia tersenyum lebar sambil mencium bunga- bunga itu. Dan
melihat itu, Wu Mei tersenyum.
Dengan
sikap perhatian, Wu Mei kemudian menanyakan kondisi tubuh Luo Jing, apakah
sudah baikan atau belum, lalu dia mengajak Luo Jing untuk pergi memeriksanya.
Tapi Luo Jing langsung membalas dengan menanyakan, bukankah Wu Mei senang bila
dia sakit, jadi mengapa Wu Mei merasa khawatir padanya sekarang.
“Maaf,”
kata Wu Mei, pelan. Dan Luo Jing tersenyum menggodanya, dia berpura- pura tidak
mendengar perkataan Wu Mei barusan.
Karena
merasa malu, maka Wu Mei pun langsung mengalihkan pembicaraan, dia mengajak Luo
Jing untuk pergi ke pasar malam yang berada di depan jalan. Dan sebelum Luo
Jing menjawab, dia langsung menarik kuda yang Luo Jing naikin.
Dipasar
malam. Luo Jing menunjuk semua makanan yang diinginkan nya. Dan dengan
perhatian, Wu Mei pun membelikan semua makanan yang Luo Jing inginkan. Menerima
semua itu, Luo Jing tersenyum senang.
Lalu
ketika mereka akan melewati sebuah lapak perhiasan, Luo Jing meminta agar Wu
Mei memegangin semua barangnya, dan dia turun dari atas kuda. Kemudian dia
mengambil kembali semua makanan yang di titipnya pada Wu Mei. Dan mulai
melihat- lihat perhiasan yang dijual dilapak perhiasan.
Luo
Jing tertarik pada salah satu kalung yang di jual disana, dan dia memberikan
tatapan seperti menginginkan kalung itu pada Wu Mei. Tapi Wu Mei tidak mau
membelikannya, karena dia memiliki harga diri sebagai Pangeran, jadi dia tidak
mau membeli barang yang tidak jelas siapa yang membuatnya, serta dia juga
memiliki banyak perhiasan bagus di kediamannya.
Mendengar
itu, Luo Jing merasa sedikit kecewa. Namun dia tetap mengikuti Wu Mei yang
berjalan pergi.
Wu
Mei membawa Luo Jing masuk ke sebuah bangunan, dan naik ke lantai dua. Disana
Luo Jing merasa senang serta takjub, karena dari tempatnya sekarang, dia bisa
melihat keramaian orang yang berada dibawah. Saking senangnya, Luo Jing tidak
sengaja bertabrakan dengan Wu Mei yang berdiri disampingnya. Dan Wu Mei
mengatai Luo Jing, ‘Wanita bodoh’.
“Mengapa
kamu terus menghinaku sih?” keluh Luo Jing, dengan sedikit cemberut.
Wu
Mei memberitahu kalau dia sedang berpikir, Luo Jing pasti belum pernah
berciuman. Dan mendengar itu, Luo Jing pun berniat untuk menggoda Wu Mei, dia
mengatakan bahwa dia sudah pernah berciuman dengan Jack. Mendengar itu, Wu Mei
pun merasa terkejut sekaligus cemburu, dan dia menahan Luo Jing di dekat pagar
beranda.
“Beritahu
aku dengan jelas sekarang,” ancam WU Mei.
“Aku
tidak mau,” balas Luo Jing.
Wu
Mei memegang pinggang Luo Jing dan menarik nya semakin mendekat. Lalu dia
mengancam, apakah Luo Jing mau memberitahu nya atau tidak. Dan Luo Jing pun
menyerah, dan mengatakan dengan suara pelan,”Jack… itu seekor anjing,” kata Luo
Jing lalu dia tersenyum.
“Bagus.
Berani kamu mengerjaiku?” kata Wu Mei dengan geram. Lalu sebelum Luo Jing
sempat membalas, dia langsung menempelkan bibirnya ke bibir Luo Jing. Dan
merasakan itu, Luo Jing pun menutup matanya.
Luo
Jing menikmati ciuman dari Wu Mei itu. Dan saking menikmatinya, tangannnya
menjadi lemas, sehingga bunga yang digenggam nya pun terjatuh dilantai.
Xi
Que membantu Luo Jing untuk membersihkan diri dengan bersih. Dan bersiap-siap.
Sementara
didalam kamar. Wu Mei menunggu dengan cemas. Dan karena saking tidak tenangnya,
dia menyuruh seseorang untuk membawa kan wine. Lalu setelah wine yang
dimintanya datang, dia langsung meminum semuanya.
Kepala
pelayan memberitahukan kedatangan Luo Jing yang akan memasuki ruangan. Lalu dia
membuka kan pintu untuk Luo Jing. Dan ketika Luo Jing telah masuk ke dalam,
dengan gugup, Luo Jing bertanya- tanya, apakah dia benar- benar akan melakukan
nya didalam game. Dan dia merasa sedikit bersemangat serta sedikit takut.
Namun
betapa mengecewakannya. Sangat, sangat mengecewakan. Ketika dia membuka tirai
yang menutupi tempat tidur. Dia melihat Wu Mei yang sedang tertidur dengan
sangat pulas. Hingga mendengkur juga.
Pagi
hari. Ketika terbangun, Wu Mei tersenyum sambil memandang ke sebelah nya. Tapi
Luo Jing tidak ada, dan melihat itu dia bertanya- tanya kemana Luo Jing. Lalu
tiba- tiba kepalanya terasa sedikit sakit, dan dia teringat kejadian semalam.
Flash
back
Saking
gugupnya. Wu Mei menghabiskan semua wine yang diberikan kepadanya. Lalu setelah
dia menghabiskan semua itu, dia langsung tertidur dengan pulas.
Flash
back end
Mengingat
itu, Wu Mei menghela nafas. Merasa menyesal.
Tags:
Unique Lady
Lanjut..........
ReplyDeleteUp Next
ReplyDeleteLanjuuttt
ReplyDelete