Sinopsis
Korean Drama : Beautiful World Episode 09 – 1
Images
by : jTBC
Semua karakter, organisasi, tempat, kasus, dan
insiden dalam drama ini fiktif
Kembali ke
adegan saat Sun Ho bertemu dengan Joon Seok di atap sekolah.
Sebelum Joon Seok datang, Sun Ho
sudah terlebih dahulu tiba. Dia membuka ponselnya dan menyalakan recorder. Dia akan
merekam pembicaraannya dengan Joon Seok.
Joon Seok tiba dan langsung
menghampirinya, “Kau bilang tahu semuanya? Apa maksudmu? Apa hubunganku dengan
Da Hee yang cuti dari sekolah? Apa yang ku lakukan padanya?” tanya Joon Seok
dengan marah.
“Kau benar-benar tidak tahu?”
“Tidak. Makanya aku bertanya!”
“Dia (Da Hee) mencoba bunuh diri
karena kau!” teriak Sun Ho. “Dia mencoba bunuh diri karena yang kau lakukan. Tapi,
kau tidak tahu yang kau lakukan? Dasar pengecut!”
“Tidak bisa di percaya.”
“Apa? Hanya itu reaksimu?!,” ujar
Sun Ho penuh amarah.
Joon Seok malah tetap tenang. Dia
berkata kalau hanya mempermainkan Da Hee. Karena gadis itu adalah gadis yang
Sun Ho sukai tapi malah menyukainya. Jadi, dia ingin mengganggu. Itulah kenapa
dia bersenang-senang dengannya dan kemudian mencampakkannya. Tapi, gadis itu
malah merengek padanya di telepon dan berkata itu salah Joon Seok dan dia akan
mati. Tapi pada akhirnya apa? Da Hee kan tidak mati. Dia masih hidup dan
baik-baik saja.
Sun Ho sangat marah mendengar
ucapan Joon Seok yang tanpa rasa bersalah dan memukul pipi-nya. Joon Seok jadi
emosi juga.
“Kau bukan manusia. Kau gila!”
umpat Sun Ho.
“Jangan kelewatan batas!”
“Katakan yang sebenarnya!”
“Apa yang sebenarnya?!”
“Semuanya. Katakan yang sebenarnya.
Kau melakukan pelecehan seksual pada Da Hee dan mengancamnya. Beritahukan
semuanya kapada orang dewasa. Jika kau tidak melakukannya, aku yang akan melakukannya.
Da Hee terus menutup mulutnya karena takut pada ayahmu, tapi aku akan
membujuknya.”
Joon Seok tampak terkejut, “Da
Hee bilang begitu? Kalau aku melecehkannya? Ini benar-benar gila! Hey, kau
percaya itu? kau percaya padanya?”
“Kau pengecut,” umpat Sun Ho.
“Tidak. Aku tidak pernah
menyentuhnya. Da Hee berbohong,” tegas Joon Seok.
“Aku ingin memberimu kesempatan
terakhir. Kau sudah habis!” Sun Ho tidak percaya pada Joon Seok. Dia beranjak
pergi.
“Aku bilang tidak melakukannya!”
teriak Joon Seok frustasi. “Itu tidak benar. Da Hee berbohong. Dia berbohong
padamu agar kau membalasku. Mari kita telepon Da Hee dan tanya padanya
sekarang,” saran Joon Seok. Dia tampak benar-benar ketakutan.
“Kau kelihatannya mengira kalau Da
Hee tidak akan bicara, tapi kau salah. Jika Da Hee tetap bungkam, aku akan memberitahu
orang tua Da Hee,” tegas Sun Ho.
“Aku sudah bilang, aku tidak
melakukannya!” teriak Joon Seok, tampak frustasi. “Tidak kah kau percaya
padaku?! Tidakkah kau percaya pada temanmu?!” teriak Joon Seok.
“Teman? Aku bukan temanmu. Kau
menganggapku remeh. Kau mengira aku penurut karena aku tahan padamu.”
“Kau tahan padaku?”
“Ya, aku bertahan padamu. Kau
tahu kenapa aku melakukan itu padamu? Karena aku mengira kita adalah teman.
Yang lain mungkin tidak mengerti kau, tapi aku bisa. Aku ingin percaya kalau
kau bukanlah yang terburuk.”
Joon Seok menangis.
“Kau pengecut. Pengecut yang
terburuk. Kau… sampah!” ujar Sun Ho.
“Benar! Aku melakukannya. Itu
yang ingin kau dengar, kan?!” teriak Joon Seok, mungkin sudah lelah berkata
tidak. Dan mungkin karena dia emosi mendengar perkataan Sun Ho.
Dan begitu mendengar ucapan Joon
Seok, Sun Ho langsung menghajarnya. Mereka terlibat perkelahian, dan saat
itulah kancing baju Sun Ho terlepas. Saat perkelahian itu, Joon Seok lah yang terpojok.
“Kenapa kau melakukannya? Kenapa?!”
teriak Sun Ho.
“Tidak, itu bukan aku!” teriak Joon
Seok balik dan mendorong Sun Ho.
Tapi, Sun Ho terus bertanya
alasan Joon Seok menyakiti Da Hee. Joon Seok terus berteriak kalau dia tidak
melakukannya!
Dan itulah
rekaman yang di dengar oleh Eun Joo. Air matanya menetes, air mata ketakutan.
--
In Ha
melihat rekaman CCTV itu dan mengenali mobil yang menuju arah belakang gedung
sekolah adalah Eun Joo. Eun Joo ada di sana malam itu.
--
Eun Joo masih
terus mendengar rekaman tersebut. Dia tampak tertekan usai mendengar rekaman
itu. Dan saat itulah, Jin Pyo yang baru pulang dan mencari rercorder itu,
melihat Eun Joo yang memegang recorder itu di tangannya.
--
In Ha
menyadari kalau Eun Joo bukan ingin menyembunyikan fakta kalau Joon Seok adalah
ketua gang. Tapi, fakta yang lebih buruk lagi. Eun Joo tahu apa yang terjadi
malam itu. Dia yakin akan hal itu. Eun Joo sudah berbohong kalau dia langsung
pulang ke rumah dengan Joon Seok malam itu. Dia tidak akan berbohong, jika
tidak ada yang harus di sembunyikannya.
Moo Jin juga
sama shock-nya dengan In Ha. Tapi, dia meminta In Ha untuk tidak langsung
membuat kesimpulan tanpa bukti. Tanpa bukti, Eun Joo akan selalu bisa
menghindar. Yang harus mereka lakukan terlebih dahulu adalah memeriksa apakah
benar itu mobil Eun Joo, dan jika ya, mereka harus menemukan bukti lainnya atau
saksi.
--
“Berapa lama…
kau sudah sadar?” tanya Eun Joo.
“Shin Dae Gil
menelponku malam itu.”
Flashback
Setelah Eun Joo pergi dari TKP,
Dae Gil menelpon Jin Pyo dan memberitahu yang terjadi.
End
“Dia bilang
kalau ada kecelakaan, dan kau memintanya untuk menutupi hal tersebut. Dia tidak
bisa percaya padamu. Kau hanyalah ibu yang lemah yang melakukan sesuatu mengerikan
tanpa berpikir untuk melindungi putramu. Dia bisa menebak hal itu.”
“Apa yang
kau pikirkan? Aku ketakutan kalau kau akan mengetahui hal itu. Kau melihatku menderita
karena ketakutan. Apa itu menyenangkan bagimu? Apa kau mengejekku? Aku menggunakan
topeng dan mencoba menenangkan dan menunjukkan kepedulianku pada In Ha. Itu pasti
terlihat menjijikan bagimu. Kau adalah pria yang mengerikan,” ujar Eun Joo.
“Aku hanya
melakukannya untukmu. Kau tidak ingin aku tahu.”
“Demiku? Bagaimana
bisa kau melakukan itu ketika kau yang terjadi selama ini?! kenapa kau tidak
pernah memberitahuku!” teriak Eun Joo.
“Kau tidak
pernah datang padaku!” balas Jin Pyo, berteriak. “Ketika kau harus melindungi
Joon Seok, kau tidak mencariku. Orang pertama yang harusnya kau pikirkan dan
datangi adalah aku. Tapi kau mencoba menyembunyikannya dariku. Kau tahu bagaimana
perasaanku? ‘Kau bukanlah suami ataupun
ayah. Oh Jin Pyo, kau hanyalah pria yang tinggal bersama kami. Tidak lebih,
tidak kurang.’ Kau membuatnya jelas hari itu.”
“Tidak.”
“Aku
menunggu. Aku menunggu kau memberitahuku. Aku memberimu kesempatan, berulang
kali,” ujar Jin Pyo. Saat dia menyindir Eun Joo berulang kali, tapi Eun Joo
terus berpura-pura tidak tahu apapun. “Mengapa kau tidak memberitahuku? Mengapa?!”
“Aku takut. Kalau…
kau akan membenci Joon Seok. Kalau kau akan meragukannya selamanya daripada
memilih untuk mempercayainya. Aku sangat takut atas apa yang sudah ku lakukan,
hingga tidak berani memberitahumu. Aku benar-benar mengira kalau itu adalah
kecelakaan.”
--
Joon Seok
mengajak Young Chul untuk bertemu di atap akademi. Saat melihat Young Chul,
Joon Seok memasang senyum palsu-nya.
--
“Maksudmu,
kau tidak mempercayai Joon Seok sekarang?” tanya Jin Pyo.
“Aku tidak
tahu. Kau juga mendengarnya. Kau juga mendengar apa yang sudah Joon Seok
katakan.”
“Joon Seok
menyangkal melakukannya.”
“Bagaimana kalau
Sun Ho benar?”
“Sun Ho juga
di tipu. Dia seharusnya mempercayai Joon Seok,” tegas Jin Pyo.
“Tidak, Sun
Ho bisa saja benar. Itulah mengapa … itulah mengapa Joon Seok…” Eun Joo tidak
tahu harus bagaimana mengatakannya. “Ini salahku. Aku tidak tahu kalau Sun Ho
masih hidup. Aku mengira dia sudah meninggal. Aku merasa kalau orang-orang tidak
akan percaya itu adalah kecelakaan. Aku tidak bisa membiarkan hidup Joon Seok
hancur. Aku benar-benar mengira kalau itu adalah kecelakaan. Aku seharusnya
menelpon ambulans. Itu yang harusnya ku lakukan.”
“Itu semua
sudah berlalu.”
“Aku tidak
bisa hidup seperti ini lagi,” ratap Eun Joo. “Setiap hari terasa seperti penderitaan.
Aku merasa tidak bisa hidup lagi.”
“Jadi mau
bagaimana? Apa kau akan pergi dan meminta pengampunan dari mereka? Kau akan
menyerahkan Joon Seok ke kantor polisi sendiri? Pergi dan lakukan jika kau bisa,”
tegas Jin Pyo. “Serahkan ini (recorder) kepada polisi. Segalanya akan berakhir
sekali kau menyerahkan ini pada polisi. Tapi, jika kau tidak bisa melakukannya,
percaya saja pada Joon Seok. Teruslah berpikir kalau itu adalah kecelakaan. Itu bukanlah apa-apa tapi
hanya sebuah kecelakaan.”
“Bagaimana
bisa aku melakukan itu? Aku sudah tahu segalanya. Bagaimana bisa aku melakukannya
ketika aku tahu yang sebenarnya? Apa kau bisa melakukannya?”
“Saat kau
membuat itu menjadi bunuh diri, itu bukanlah lagi kecelakaan. Tidak peduli
apapun kebenarannya, yang lebih penting adalah apa yang kau percayai. Yang kau
percayai adalah kebenaran. Kebenaran itu adalah apa yang kita percayai, pikirkan
dan katakan,” tekan Jin Pyo.
--
In Ha mash
berada di kamar Sun Ho, sementara Moo Jin pergi ke suatu tempat dengan menaiki
mobil. Soo Ho baru pulang dan melihat ibunya berada di kamar Sun Ho. Dia juga
melihat ada tanaman kaktus di dalam kamar itu. Soo Ho memuji duri kaktus yang
terlihat indah. Terasa lembut dan juga hangat.
--
“Kita harus
mempercayai Joon Seok. Mereka tidak akan bisa membuktikan apapun.”
“Bagaimana
jika… Da Hee mengatakan sesuatu?”
“Aku sudah
bilang, dia itu berbohong!”
“Bagaimana
bisa kau seyakin itu?”
“Apapun yang
dia katakan, itu tidak ada hubungannya dengan Joon Seok. Joon Seok tidak
melakukan hal yang salah. Itu hanya sebuah kecelakaan dan kesalahan. Kau juga
harus mempercayai hal itu. Itulah yang harus kau katakan dan percayai.”
Bukan hanya
itu, Jin Pyo juga menyuruh Eun Joo tidak memberitahu mengenai rekaman itu pada
Joon Seok. Mereka tidak boleh membiarkan Joon Seok tahu kalau ada rekaman pembicaraannya
dengan Soo Ho, dan kalau mereka sudah tahu yang sebenarnya. Karena jika Joon
Seok tahu, dia pasti akan merasa goyah dan hancur. Dan segalanya akan berada di
luar kendali mereka. Dan untuk Eun Joo, dia memperingati jangan pernah menemui
keluarga Soo Ho dan memohon pengampunan. Yang harus Eun Joo lakukan hanyalah
terus hidup dalam penderitaan.
“Kaulah
orang yang telah membuat penderitaan ini. Jadi, tahanlah semuanya! Aku tidak
akan membiarkan kesalahanmu membuatku kehilangan segala yang telah ku capai
dengan susah!” tegas Eun Joo.
“Apa kau di
ancam? Oleh orang yang memberikan rekaman itu.”
“Aku sudah
mengurusnya. Dia tidak akan berani mengancamku lagi.”
Eun Joo
menghela nafas dalam. Kakinya bahkan terasa lemas hingga dia tidak bisa
berdiri.
--
Det. Park dan
det. Kim menunggu di depan rumah Dae Gil. Mereka mengintai anak Dae Gil, mr. Ice,
yang pasti akan bisa membawa mereka kepada tersangka narkoba yang mereka incar.
Anak Dae Gil kan banyak hutang dan juga kecanduan narkoba, jadi dia pasti
membutuhkan Dae Gil dan akan datang mencari Dae Gil.
“Berapa banyak
hutang anaknya?” tanya det. Park.
“Dia mungkin
berhutang banyak uang karena Ki Deok Cheol.”
“Seorang
satpam tidak akan mampu membayar seluruh hutang itu.”
“Tentu saja.
Bahkan rumah yang di tinggalinya sekarang, bukanlah rumahnya sendiri. Aku cukup
yakin kalau dia sudah menghabiskan semua uang pensiun-nya untuk Mr. Ice.”
--
Moo Jin
ternyata pergi menemui supir penjual tteokbokki yang waktu itu bilang
sepertinya melihat mobil di gerbang belakang saat hari kejadian. Moo Jin menemuinya
untuk bertanya, apa dia ingat warna mobil dan jenis mobil yang terparkir saat
itu?
“Aku rasa
itu warna putih.”
“Modelnya?”
“Aku tidak tahu.
Tapi satu hal yang pasti, itu mobil mahal.”
Moo Jin
menunjukkan mobil Eun Joo yang terekam CCTV, “Apa ini mobilnya?”
“Aku tidak
yakin,” ujar penjual itu. Moo Jin membesarkan gambar mobil itu dan meminta
penjual itu untuk melihatnya lebih dekat. “Aku rasa iya.”
“Benarkah?”
“Ya, rasanya
familiar.”
“Bisakah kau
mengatakannya pada polisi?”
“Aku tidak
begitu yakin apakah ingatanku benar atau tidak.”
“Jika kau setidaknya
memberitahu polisi apa yang kau ingat, itu akan sangat membantu kami.
Tolonglah, pak!”
“Baiklah. Itu
juga bukan hal yang sulit,” setujui penjual itu. Moo Jin menundukkan kepalanya,
berterimakasih.
--
In Ha melihat
sebuah buku novel yang ada di kamar Sun Ho : The Catcher in the Rye, Penulis : J.D. Salinger.
Dia membawa novel
itu keluar kamar, dan membacanya di ruang tamu. Saat dia membuka lembaran-demi lembaran
novel, dia menemukan beberapa kalimat yang di stabillo oleh Sun Ho. Buku novel
ini juga adalah buku yang Sun Ho berikan pada Dong Hee hari itu.
Dan inilah
kalimat dalam novel yang Sun Ho tandai.
Ini karena semua ibu itu sedikit
gila. Semua ibu ingin mendengar cerita anak-anak mereka dahulu.
Pendidikan sekolah
membuat Anda tahu ukuran pikiran seseorang...
Uang selalu membuat
orang menderita pada akhirnya.
Orang dewasa selalu
merasa dirinya benar. Orang dewasa tidak tahu apa pun.
Aku lebih sakit melihat
Mercutio dibunuh.
Ciri-ciri manusia yang
tidak dewasa adalah ingin mati dengan terhormat karena satu alasan.
Orang yang akan
dicintai Tuhan pasti orang yang memainkan genderang dalam orkestra.
Kamu ke mana dengan
siapa?
Aku tidak bersama
siapa-siapa. Hanya aku, diriku, sendirian.
Kamu
mau tahu hal yang ingin kulakukan? Aku selalu membayangkan sekelompok anak berlarian
dan bersenang-senang di lahan gandum hitam nan luas. Ada ribuan anak-anak
kecil, dan satu-satunya orang dewasa adalah aku. Aku hanya berdiri di samping
jurang curam. Tugasku mengawasi anak-anak itu agar mereka tidak jatuh ke jurang
itu. Karena anak-anak itu hanya bermain tanpa banyak berpikir. Jadi, kapan pun
itu terjadi, aku akan muncul dengan tiba-tiba dan menangkap anak itu agar dia
tidak jatuh. Itulah yang ingin kulakukan seharian. Dengan kata lain, aku akan
menjadi penjaga di lahan gandum hitam. Kedengarannya memang konyol. Tapi aku
menjadi seperti itu meski kedengarannya bodoh.
Moo Jin berada
di rumah sakit. Menggenggam tangan Sun Ho dan berharap agar Sun Ho dapat tersadar.
Benar-benar berharap.
Dong Soo
belajar di kamarnya, dan sesekali melirik Dong Hee yang sedang membaca buku. Dong
Hee membaca buku novel yang Sun Ho berikan. Dan dia ingat saat dia makan sendirian
di kampus, Soo Ho datang padanya. Duduk di depannya, tersenyum dan makan bersamanya.
Saat itu,
semua anak melihat mereka. Dan kita melihat kalau Young Chul pun sedikit di asingkan, karena dia juga duduk sendirian.
Da Hee pergi
ke toko bunga yang biasa Sun Ho datangi. Dia berdiri di depan toko itu dan
melihat ke dalamnya. Ahjussi toko bunga melihatnya, dan saat dia keluar, Da Hee
berlari pergi.
In Ha
menangis membaca apa yang menjadi keinginan Sun Ho.
-Sang Penangkap-
Eun Joo tidak
bisa tenang. Dia memilih meminum obat penenang. Sebenarnya, dia hendak meminum
obat itu dengan alkohol, tapi dia mengurungkan niatnya.
Joon Seok
pulang setelah bicara dengan Young Chul. Dia protes karena Eun Joo tidak
mengangkat telepon dan membiarkannya menunggu di tempat les. Eun Joo dengan
gugup berkata kalau dia lupa dan tidak dengar suara telepon.
“Apa terjadi
sesuatu?” tanya Joon Seok cemas.
“Tidak ada.”
Dia mendekati
Eun Joo untuk memeriksa apakah Eun Joo sakit, tapi ibunya malah melangkah
sedikit menjauh seolah takut. Eun Joo berbohong kalau dia hanya mengalami gangguan
pencernaan dan merasa tidak enak badan.
“Apa ibu
sudah minum obat?”
“Gantilah
bajumu. Kamu harus makan malam,” ujar Eun Joo tanpa menjawab pertanyaan Joon
Seok.
Joon Seok
tidak bertanya apapun lagi dan hanya masuk ke dalam kamarnya. Jin Pyo memperhatikannya
dari ruang kerjanya.
--
Joon Ha
berada sendirian di toko Hoho. Jam sudah menunjukkan pulu 20.45. dan dia
menelpon Jin Woo, memina bertemu. Dia ingin meminta tolong sesuatu.
Dan mereka
bertemu. Jin Woo membawa Joon Ha ke sebuah restoran.
“Ini
tempatnya, bukan?” tanya Joon Ha.
“Ya, tapi
kita tidak boleh di sini tanpa bilang kepada mereka.”
“Mereka
tidak menjawab teleponku. Aku bertanya karena aku tahu mereka tidak mau bicara
kepadaku. Pasti mereka tidak akan mengusir guru mereka sendiri.”
Jin Woo
tampak ragu.
Mereka masuk
ke dalam restoran, dan ternyata itu adalah restoran keluarga Da Hee. Mereka ke
sana untuk menemui ibu dan ayah Da Hee.
--
In Ha
mengajak Seok Hee bertemu di taman dekat apartemen mereka. Seok Hee bingung,
kenapa In Ha tidak datang saja ke rumahnya? In ha menjawab kalau dia ingin
bicara berdua saja dengan Seok Hee.
--
Joon Ha dan
Jin Woo bicara dengan kedua orang tua Da Hee. Joon Ha memberitahu kalau dari
riwayat telepon, Sun Ho menelpon 3 kali di hari kejadian itu. Dan sepertinya, ada
hubungannya dengan orang yang di temui Sun Ho malam itu.
“Dia tidak
ada hubungannya. Jika itu alasanmu ke sini, tidak ada yang bisa kujelaskan,
jadi, silakan pergi.”
“Aku sudah
bilang Sun Ho bukan bunuh diri, Biarkan aku menemui Da Hee sekali saja agar
bisa kubuktikan bahwa Sun Ho tidak bersalah.”
“Siapa
bilang dia tidak bersalah?!” teriak ibu Da Hee. Dan ayah Da Hee juga tidak
tampak suka membahas mengenai Sun Ho. “Siapa bilang dia tidak bersalah? Da Hee
sedang sakit. Berhentilah mengganggunya.”
“Mengganggunya?”
Joon Ha sedikit tersinggung mendengarnya. “Kenapa kamu sangat membenci Sun Ho? Dia
pernah salah apa kepada kalian?”
“Jika tidak
tahu apa-apa, lebih baik diam! Apa yang ingin kamu buktikan sampai harus kasar
begini? Dengar, ya. Kamu tidak tahu...”
Tapi belum sempat
dia menyelesaikan kalimatnya, suaminya memotong ucapannya. Dan ayah Da Hee
meminta agar Joon Ha dan Jin Woo pergi. Mereka tidak mau mengatakan apapun.
--
Joon Ha dan
Jin Woo akhirnya pergi dan memilih untuk minum soju. Joon Ha menggerutu karena
dia tidak mengerti alasan orang tua Da Hee begitu membenci Sun Ho. Jika Sun Ho
ada perbuat salah, seharusnya mereka memberitahu alasannya. Apa Jin Woo
benar-benar tidak tahu alasannya?
“Aku sudah
tanya kepada murid-murid, tapi sepertinya tidak banyak yang terjadi di antara
mereka. Da Hee dan Sun Hoo sama-sama murid baik,” jawab Jin Woo.
“Sepertinya
kamu tidak begitu mengenal murid-muridmu.”
“Sepertinya
begitu. Aku memang tidak tahu apa pun soal mereka,” sesal Jin Woo.
“Jangan
salahkan dirimu sendiri,” ujar Joon Ha dan lanjut minum.
“Kamu juga
sudah harus berhenti, Bibinya Sun Ho.”
“Namaku Kang
Joon Ha,” perkenalkan Joon Ha. “Bukan Bibinya Sun Ho.”
“Di
sekolahku yang pertama, ada anak yang suka dirisak. Jadi, aku mencoba untuk
berunding dengan para perisak itu. Kukira jika mereka berdamai akan lebih baik daripada
kasus ini diserahkan kepada Komite Kekerasan Sekolah,” cerita Jin Woo, yang
sudah mabuk.
“Apa mereka
berdamai?”
“Ya! Mereka
saling meminta maaf dan berbaikan. Besoknya si perisak kembali ke sekolah
bersama orang tuanya dan bilang aku menuduh si perisak dengan paksaan. Kepala
sekolah memperingatkanku atas cara mengajarku yang salah.”
“Konyol
sekali.”
“Memang
konyol.”
“Tapi,
pensiunmu tetap aman,” komentar Joon Ha lagi.
“Siapa yang
mau mengamankannya? Begitu kamu melawan para atasan, kamu juga akan menghadapi
masalah.” (benar. Tempat kerja itu udah kayak medan perang. Banyak orang yang
cari muka pada para atasan untuk bertahan).
“Tiap hari
aku membuat adonan sebesar tubuhku, dan yang kudapat hanyalah sakit bahu dan
punggung. Isi rekening bank-ku juga tetap kosong karena harga bahan roti terus
saja berubah-ubah.”
“Tapi kamu
mengerjakan apa yang kamu sukai,” komentr Jin Woo.
“Memangnya
kamu tidak suka mengajar?”
“Menjadi
guru memang cita-citaku.”
“Cita-citamu
sudah terwujud.”
“Benar. Aku
ingin menjadi guru yang baik. Tapi sekarang, aku hanya sekadar mencari nafkah.”
“Apa yang
lebih penting dari itu? Bisa mencari nafkah dari pekerjaan yang kamu sukai, kamu
beruntung.”
“Jika
cita-citamu hanya untuk mencari nafkah, itu cita-cita yang menyedihkan.”
“Kamu
seperti anak manja yang sedang merajuk. Siapa yang membuatmu tidak menjadi guru
yang baik? Apa surat peringatan itu membuatmu patah semangat? Berhentilah
membuat alasan, dan jadilah guru yang baik,” saran Joon Ha. “Seorang guru yang
hidup untuk murid-muridnya. Bukan guru yang siswanya ada untuk dirinya, tapi
dia harus ada untuk muridnya. Bukankah guru yang baik seharusnya begitu?”
Dan Jin Woo
memikirkan ucapan Joon Ha tersebut.
--
Seok Hee
sudah pulang ke rumahnya dan melihat Young Chul yang sedang menonton video dari
ponselnya sambil makan cemilan.
Flashback
In Ha memberitahu Seok Hee kalau
Young Chul sudah berbohong. Dia bukannya ingin membongkar kalau Joon Seok adalah
pemimpinnya, karena baginya itu sudah tidak penting. Tapi yang membuatnya
penasaran adalah, apa alasan Young Chul berbohong.
“Sepertinya dia memang lebih
akrab dengan Joon Seok,” ujar Seok Hee.
“Aku sudah dengar itu. Menurut
teman-teman sekelasnya, setelah kejadian Sun Ho, Young Chul dan Joon Seok makin
dekat. Setelah aku dengar itu, aku berpikir Young Chul menyembunyikan sesuatu
tentang Sun Ho.”
Seok Hee hendak langsung pulang
untuk menanyai Young Chul, tapi In Ha melarang. Dia yakin kalau Young Chul
tidak akan mengatakan yang sebenarnya jika di tanyai.
End
Seok Hee
masuk ke dalam kamar Young Chul. Dan mengajaknya berbincang. Dia memancing
dengan berkata kalau dia mendengar Sun Ho ingin menemui seseorang di malam
kejadian itu, dan dia jadi penasaran, siapa orang yang Joon Seok hendak temui? Mungkin
saja Young Chul tahu.
“Siapa yang
bilang Sun Ho ingin menemui seseorang?” tanya Young Chul, cemas.
“Jadi, dia
memang ingin menemui seseorang?” tanya Seok Hee.
Mata Young
Chul langsung tampak panik. Dan Seok Hee menyadari hal itu.
“Kamu tahu. Kamu
tahu, bukan? Siapa yang mau dia temui? Jawab ibu,” desak Seok Hee.
“Tidak tahu.”
“Masalah ini
sangat penting. Jika ada yang mendorong Sun Ho dari atap, berarti ini
pembunuhan. Jika kamu merahasiakannya, artinya kamu juga penjahat.”
“Ibu yakin Sun
Ho bukan berusaha bunuh diri?” tanya Young Chul, cemas.
“Itu aneh. Tidak
ada surat wasiat, dan ponselnya hilang. Ceritakan semua yang kamu tahu.”
Young Chul
jadi ragu, tapi dia teringat pertemuannya dengan Joon Seok di atap akademi tadi.
Flashback
Joon Seok mengingatkan Young Chul
untuk tidak lupa janji mereka. Mengenai Sun Ho yang mengajak Joon Seok bertemu,
tapi Joon Seok tidak pergi.
“Jangan khawatir. Aku tidak
seperti Ki Chan,” yakinkan Young Chul.
“Kamulah yang bisa kuandalkan
saat ini. Orang lain hanya pecundang,” puji Joon Seok.
End
Dan karena
mengingat hal itu, Young Chul berkata kalau dia tidak tahu apapun. Dan saat
Seok Hee memaksanya, Young Chul langsung berteriak berkata kalau dia tidak tahu
apapun. Dan meminta Seok Hee untuk berhenti memaksanya.
Dia bahkan keluar
kamar dan membanting pintu.
--
In Ha kemballi
melihat CCTV dan terlihat memikirkan sesuatu.
Saat Moo Jin
pulang, dia masuk ke dalam kamar dan melihat In Ha yang sudah tertidur dengan
memegang novel milik Sun Ho.
Tags:
Beautiful World
Lanjut.....
ReplyDelete