Network : iQiyi iQiyi
Xiu
Wen mengobati tubuh Yi Yi yang terluka. Dan disaat itu, Pria bertopeng datang.
Melihat itu, dengan emosi Xiu Wen langsung mendekatinya. “Aku telah
memperingatkanmu. Jangan membuat dia melakukan hal yang berbahaya lagi,” teriak
Xiu Wen.
“Mengapa?
Kamu merasa bersalah? Jika bukan karena kamu, aku tidak akan melakukan rencana
ini,” balas si Pria bertopeng.
Xiu
Wen marah, karena Yi Yi adalah orangnya. Sehingga jika si Pria bertopeng bertindak
sembarangan seperti ini, maka Pria bertopeng tidak akan pernah mendapatkan yang
diinginkannya. Mendengar itu, si Pria bertopeng marah, tapi dia tidak berani
melakukan apapun.
“Apa
kamu pikir aku akan mati tanpamu? Dulu, siapa yang datang mencariku, dan
meminta pertolongan untuk balas dendam? Dan siapa yang mengatakan, mereka akan
melakukan apapun yang ku katakan. Tapi sekarang disini kamu mempertanyakan ku? Biar kuberitahu, jika bukan karena kamu masih berharga
untukku, maka aku sudah membunuh mu sejak lama. Pangeran persia ku,” kata si
Pria bertopeng, mengintimidasi. Dan Xiu Wen terdiam.
Si Pria bertopeng menjelaskan bahwa semakin hari Luo Jing
dan Wu Mei semakin dekat. Dan itu bisa membuat kekuatan Perdana Mentri semakin
bertambah. Tapi Xiu Wen malah tidak bisa melakukan apapun sendirian. Bahkan
sekarang, Xiu Wen malah bersikap lunak terhadap pelayan kecil, yaitu Yi Yi.
Jadi bagaimana bisa Xiu Wen memenuhi misinya. Dan karena itulah, maka si Pria
bertopeng menyuruh Xiu Wen untuk tetap tinggal di tempat itu, dan merenung kan
semuanya. Lalu dia pergi meninggalkan mereka.
“Ya. Kalau terlalu lemah lembut seperti ini. Bagaimana
bisa aku mengembalikan sebuah bangsa? Apa yang harus ku lakukan?” pikir Xiu
Wen, merenungkan.
Para pelayan menggosipi tentang hubungan Luo Jing dan Wu
Mei yang sedari tadi belum ada keluar dari dalam kamar. Dan ketika Kepala
Pelayan datang, mereka semua pun langsung diam. Namun saat melihat Kepala
Pelayan yang juga tampak tertarik pada hubungan Luo Jing serta Wu Mei, mereka
semua tertawa kecil.
Didepan cermin. Luo Jing mengeluhkan tentang Wu Mei yang
semalam tertidur begitu lelap begitu saja, kepadahal dia sudah merasa sangat
gugup dalam mempersiapkan dirinya. Tepat disaat itu, Wu Mei datang dan
mengejutkannya, dengan tiba- tiba mengulurkan gunting kecil didepannya.
“Apakah kamu membutuhkan ini?” tanya Wu Mei.
“Siapa yang akan memotong rambut mereka, jika mereka
tidak bisa menyisirnya dengan baik,”balas Luo Jing.
Wu Mei meletakan gunting kecil itu diatas meja rias. Lalu
dia mengambil sisir yang sedang Luo Jing pegang dan menyisirkan rambut Luo
Jing. Dan merasakan itu, Luo Jing bertanya- tanya, mengapa Wu Mei menjadi
begitu perhatian dan lembut padanya, tidak seperti biasanya.
“Aku... punya pertanyaan,” kata Wu Mei dengan pelan,
memulai pembicaraan. “Aku... kemarin malam, ketika aku mabuk. Apa kita ada
melakukan ‘itu’?” tanya Wu Mei, pelan.
“Aih, kamu masih bisa bicara. Itu semua salah kamu,”
keluh Luo Jing dengan kesal, mengingat Wu Mei yang malah ketiduran duluan
semalam.
Zhang Ji datang, dan dengan sikap jaim, Wu Mei pun
langsung berhenti menyisiri rambut Luo Jing. Dan bertanya ada apa. Lalu Zhang
Jin pun memberitahu bahwa hari ini adalah hari untuk berkunjung ke rumah Fei
Yu. Dan Wu Mei pun mengerti, lalu dia menyuruh Zhang Ji untuk mempersiapkan
semuanya.
“Jadi
kemarin malam, apa kami ada melakukan ‘itu’?” pikir Wu Mei, masih penasaran.
Luo Jing berdandan dengan cantik. Dan menemui Wu Mei yang
telah menunggu. Lalu dengan mesra dia menggandeng lengan Wu Mei. Dan mereka pun
berangkat bersama ke kediaman Perdana Mentri, Fei Yu.
Sesampainya di kediaman Fei Yu. Mereka berdua memberikan
hormat dengan sopan yang telah menantikan mereka. Dan dengan gembira Fei Yu
menyambut mereka berdua, tapi dia merasa heran ketika tidak melihat Xiu Wen
ikut datang. Jadi Fei Yu pun bertanya. Dan Luo Jing dengan bingung
memperhatikan sekelilingnya, lalu dia menjawab bahwa dia telah mengusir Xiu
Wen.
Mengetahui hal itu, Fei Yu tampak marah dan bingung.
“Kamu yang memilihnya untuk menemanin mu setelah kamu menikah. Bagaimana bisa
kamu melepaskannya begitu saja?”
Wu Mei maju mendekati Fei Yu dan memberitahu bahwa dialah
yang telah mengusir Xiu Wen. Dan mendengar itu, Fei Yu langsung tertawa dan
bersikap sopan. “Liu Xiu Wen pasti ada melakukan kesalahan ya. Jadi Yang Mulia
membuat keputusan seperti itu. Silahkan masuk kedalam Yang Mulia,” katanya
dengan ramah.
Kedua saudara Luo Jing datang mendekati Luo Jing. Mereka
membangga- bangga kan suami mereka, dan hampir bertengkar gara- gara itu. Dan
Luo Jing pun langsung menengahi dan menghentikan mereka berdua. Lalu dia pun
pergi meninggalkan mereka bersama dengan Xi Que.
Dan setelah Luo Jing pergi,
mereka berdua kembali bertengkar, membanggakan suami mana yang lebih baik.
Diruangan pertemuan. Luo Jing duduk sambil bertopang
dagu, dan karena merasa sangat ngantuk dia pun tertidur. Dan hampir saja, dia
jatuh mengenai meja. Untungnya, Wu Mei dengan segera menopang dagunya.
“Jika kamu ngantuk, maka silahkan kembali ke kamar dan
beristirahat,” kata Wu Mei dengan lembut. Dan Luo Jing tersenyum.
Luo Jing kemudian mengundurkan diri kepada Fei Yu. Dan
pergi bersama dengan Xi Que untuk kembali ke dalam kamar. Aementara Wu Mei
tetap berada di dalam ruangan untuk mengobrol bersama dengan Fei Yu.
Fei Yu mengatakan bahwa dia merasa sangat bahagia melihat
Wu Mei dan Luo Jing yang hubungan nya harmonis dan saling menghormati satu sama
lain. Dan mendengar itu, Wu Mei tersenyum. Lalu tiba- tiba saja, Fei Yu kembali
berbicara dengan membawa nama Ibu Wu Mei.
“Jika Yang Mulia Permaisuri yang terdulu masih hidup, dan
melihat ini, dia pasti akan sangat bahagia. Sayangnya...” kata Fei Yu, seolah
sedih.
“Ayah mertua. Apa ada perkembangan dari masalah Ibuku?”
tanya Wu Mei, serius.
“Pada tahun itu, setiap orang yang tau apapun, semuanya
dihukum mati. Aku masih ingat, Pelayan yang melayanin ku saat itu, Xiao Cui,
dia memiliki adik kecil, Xiao Die. Kebetulan, dia adalah pelayan Yang Mulia
Permaisuri terdahulu. Dia bilang, Yang Mulia Kaisar dan Yang Mulia Permaisuri terdahulu
sangat saling mencintai. Jadi tidak ada alasan mengapa dia bunuh diri
dengan menggantung dirinya sendiri,”
kata Fei Yu, bercerita.
Dengan serius, Wu Mei mendengarkan dan berpikir. Lalu Fei
Yu melanjutkan ceritanya, dia mengatakan bahwa setahunya sebelum Yang Mulia
Permaisuri terdahulu meninggal, dia ada terlibat bertengkaran dengan almahun Ratu. Itu yang dikatakan Xiao
Die.
“Almahun Ratu? Ibu Zhong Shi Li? Kemudian apa pelayan
Xiao Die, ada menyebutkan sesuatu yang lebih terperinci?” tanya Wu Mei.
“Apa yang terjadi tahun itu, orang tua ini tidak bisa
mengingatnya dengan jelas lagi,” jawab Fei Yu. Sengaja.
Wu Mei kemudian menanyakan alamat terakhir Xiao Cui
berada. Dan tanpa menjawab, Fei Yu malah menghela nafas, seolah dia memang
tidak ingat lagi.
“Ayah mertua sangat peduli dengan masalah transportasi.
Tapi aku benar- benar sangat sibuk akhir- akhir ini. Aku bertanya- tanya, apa
Ayah mertua mau mengambil tempatku untuk mengurusi masalah transportasi?” tanya
Wu Mei memberikan penawaran. Dan Fei Yu tertawa.
“Ini adalah tanggung jawab yang serius Yang Mulia.
Bagaimana bisa orang tua ini? Tidak mungkin, tidak mungkin,” kata Fei Yu,
bermain tarik- ulur.
Wu Mei terpancing, dan menawarkan lagi tawaran tersebut
kepada Fei Yu. Dan kali ini, Fei Yu langsung menerimanya. Namun dia menerima
tawaran itu dengan sikap, seolah dia memang mau membantu Wu Mei, bukan karena
ada maksud yang lan.
“Kemudian, mengenai masalah Ibuku. Aku harap Ayah mertua
akan memikirkannya,” kata Wu Mei. Sambil memberikan hormat.
“Permasalah itu akan diselidiki sampai ke akarnya,” balas
Fei Yu. Lalu dia tersenyum senang.
Tags:
Unique Lady