Sinopsis C-Drama : Unique Lady Episode 12 - part 1



Network : iQiyi iQiyi

“Yang Mulia, apakah barusan Anda ada mendengar sesuatu yang aneh, atau melihat seseorang yang mencurigakan?”  tanya Fei Yu sambil memperhatikan Luo Jing.

“Aku tidak melihat apapun,” jawab Wu Mei dengan tegas. Dan Luo Jing pun merasa lega.



Fei Yu kemudian pamit, karena tidak ingin menakuti mereka. Dan dengan lega, Luo Jing langsung berbaring kembali. “Ah.. menakuti ku saja,” gumamnya. Dan Fei Yu yang belum keluar dari dalam kamar mendengar itu, jadi dia kembali lagi.

“Xiao Jing,” panggil Fei Yu. Dan Luo Jing langsung terkejut. Lalu Fei Yu bertanya dengan serius kepadanya,”Apa kamu ada pergi keluar hari ini?”


“Tidak ada,” jawab Luo Jing, cepat. Dan Wu Mei yang merasa ada sesuatu, dia menanyakan apakah Fei Yu masih ada urusan disini. Karena merasa tidak enak mengganggu, maka Fei Yu pun pamit dan keluar dari dalam kamar.


Setelah Fei Yu beneran pergi, Wu Mei langsung mendorong Luo Jing berbaring di tempat tidur kembali. Lalu dia menanyakan, apa yang telah Luo Jing lakukan di belakang Fei Yu. Dan Luo Jing merasa ragu untuk memberitahu kalau Ayahnya ingin memberontak kepada Kaisar, karena itu adalah kejahatan serius yang bisa membuat satu keluarga dieksekusi. Jadi dia pun tidak memutuskan untuk tidak memberitahu Wu Mei.


“Ini bukan hari pertama aku mengenal mu,” kata Wu Mei sambil tersenyum. Lalu dia mencium Luo Jing. Dan karena tidak tahu harus perbuat apa, maka Luo Jing pun menutup matanya.


Tepat disaat itu, angin bertiup kencan, sehingga membuat lilin- lilin padam. Dan petir bergemuruh keras. Mendengar suara itu, Wu Mei tampak ketakutan dan meringkuk dengan tubuh bergetar. Melihat itu, Luo Jing pun mendekati Wu Mei.


“Kamu sudah besar. Tapi kamu masih takut petir?” tanya Luo Jing. Dan Wu Mei diam.

“Apa kamu tahu, mengapa aku mendapatkan namaku?”

“Mengapa?”


“Ketika aku kecil, aku tinggal sendirian jauh didalam Istana. Itu sangat lama sebelum aku bisa bertemu Ibuku. Istana sangat besar, malam sangat panjang, setiap hari aku hanya bisa terus terjaga sepanjang malam sampai subuh. Suatu hari setelah itu, pada malam ketika aku berumur 10 tahun, langit bergumuruh, dan kilat begitu terang, angin bercampur dengan hujan, aku sangat merindukan Ibuku, tapi aku tidak berani pergi. Sampai hari selanjutnya, Perawat memberitahuku, Ibuku, pada malam sebelumnya, tiba- tiba meninggal dunia. Sejak saat itu, aku menjadi lebih takut pada petir. Saat aku menutup mataku, pikiranku akan penuh dengan Ibuku, dan membayangkan malam kematiannya,” cerita Wu Mei. Dengan ketakutan dan raut wajah sedih.


Selesai mendengarkan cerita Wu Mei. Luo Jing langsung memeluk bahunya, dan menenangkannya. “Jangan takut. Aku disini. Aku disini. Dari sekarang, aku akan selalu bersama denganmu,” kata Luo Jing dengan lembut. Dan Wu Mei memegang erat tangannya.



Luo Jing kemudian mulai menyanyikan lagu pengantar tidur untuk Wu Mei sambil menepuk pelan bahu Wu Mei dan bersandar di dekatnya. Lagu yang biasa dinyanyikan oleh Neneknya, saat dia tidak bisa tidur dulu. Dan dia menyanyikan lagu itu, hingga akhirnya dia juga tertidur bersama dengan Wu Mei.


Kedua orang tua Jiang mengaturkan sebuah perjodohan untuk Jiang dengan seorang putri dari keluarga Tang, yaitu Tang Meng. Karena keluarga Tang mengontrol setengah garam di kota Sheng Jing. Dan Jiang menolak perjodohan itu. Tapi Ayah tidak mau menerima penolakan, dia tetap mau Jiang menikah dengan Putri keluarga Tang.



“Sejak muda, aku sudah tahu bahwa kamu seorang pembisnis. Tapi aku tidak pernah menyangka bahwa kamu akan mencampurkan nya dengan pernikahan ku hanya untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan,” kata Jiang, tetap menolak perjodohan itu.

“Mencampurkan? Apa kamu pikir, kamu bisa memiliki seluruh kekayaan untuk menunjukannya kepada wanita- wanita? Kalau bukan karena aku yang menghasilkan uang, bagaimana bisa kamu bahagia?” balas Ayah.



Ayah dan Jiang terus berdebat. Hingga akhirnya, karena Ayah terus memaksanya dan tidak mau menerima keputusannya, maka Jiang pun memilih untuk tidak menjadi anak mereka lagi.

“Kamu berani?” teriak Ayah.

“Atas nama kebebasan. Aku, Jiang Xuan Yu, bisa membuang segalanya,” balas Jiang.



Mendengar itu, Ayah terbatuk- batuk hingga mengeluarkan darah. Dan melihat itu, Ibu memarahi Jiang, dan meminta Jiang agar jangan mengecewakan Ayah, karena Ayah melakukannya demi kebaikan Jiang.

“Akankah kamu menikahi nya atau tidak?” tanya Ayah. Dan Jiang merasa tidak tega melihat kondisi Ayahnya, tapi dia juga tidak bisa menjawab pertanyaan dari Ayahnya. Jadi dia pun diam.


Pagi hari. Luo Jing bangun dan meregangkan badannya. Lalu ketika tanpa sengaja, dia melihat gelang dari Hua Hua yang dipakainya, dia langsung teringat kepada Hua Hua dan bertanya- tanya apakah Hua Hua selamat setelah menyelamatkannya semalam.


Xi Que datang, tepat ketika Luo Jing bersiap- siap untuk keluar. Dan sambil tertawa, dia bertanya apakah Luo Jing ingin mencari Wu Mei. Dan dengan malu-malu, Luo Jing pun menjawab tidak, lalu dia menanyakan apakah semalam ada seseorang yang tertangkap di kediaman ini. Dan Xi Que menjawab tidak ada.


“Bagus. Xia Hua Hua berbakat dalam martial arts. Dia bisa datang dan pergi tanpa ketahuan. Jadi dia pasti baik- baik saja. untung saja dia ada disana semalam, jika tidak maka aku akan dibunuh oleh Ayahku,” pikir Luo Jing sedikit merinding. “Aku harus berterima kasih padanya, ketika bertemu dia selanjutnya.”




Luo Jing pamit pergi kepada kedua orang tuanya, dan kepada kedua saudaranya yang menangisi kepergiannya. Lalu ketika akan masuk ke dalam kereta, Luo Jing bergumam dalam hatinya bahwa Ayahnya begitu buruk, jadi dia pasti tidak akan pernah kembali ke sana lagi.

2 Comments

Previous Post Next Post