Network : iQiyi iQiyi
“Yang
Mulia, apakah barusan Anda ada mendengar sesuatu yang aneh, atau melihat
seseorang yang mencurigakan?” tanya Fei
Yu sambil memperhatikan Luo Jing.
“Aku
tidak melihat apapun,” jawab Wu Mei dengan tegas. Dan Luo Jing pun merasa lega.
Fei
Yu kemudian pamit, karena tidak ingin menakuti mereka. Dan dengan lega, Luo
Jing langsung berbaring kembali. “Ah.. menakuti ku saja,” gumamnya. Dan Fei Yu
yang belum keluar dari dalam kamar mendengar itu, jadi dia kembali lagi.
“Xiao
Jing,” panggil Fei Yu. Dan Luo Jing langsung terkejut. Lalu Fei Yu bertanya
dengan serius kepadanya,”Apa kamu ada pergi keluar hari ini?”
“Tidak
ada,” jawab Luo Jing, cepat. Dan Wu Mei yang merasa ada sesuatu, dia menanyakan
apakah Fei Yu masih ada urusan disini. Karena merasa tidak enak mengganggu,
maka Fei Yu pun pamit dan keluar dari dalam kamar.
Setelah
Fei Yu beneran pergi, Wu Mei langsung mendorong Luo Jing berbaring di tempat
tidur kembali. Lalu dia menanyakan, apa yang telah Luo Jing lakukan di belakang
Fei Yu. Dan Luo Jing merasa ragu untuk memberitahu kalau Ayahnya ingin
memberontak kepada Kaisar, karena itu adalah kejahatan serius yang bisa membuat
satu keluarga dieksekusi. Jadi dia pun tidak memutuskan untuk tidak memberitahu
Wu Mei.
“Ini
bukan hari pertama aku mengenal mu,” kata Wu Mei sambil tersenyum. Lalu dia
mencium Luo Jing. Dan karena tidak tahu harus perbuat apa, maka Luo Jing pun
menutup matanya.
Tepat
disaat itu, angin bertiup kencan, sehingga membuat lilin- lilin padam. Dan
petir bergemuruh keras. Mendengar suara itu, Wu Mei tampak ketakutan dan
meringkuk dengan tubuh bergetar. Melihat itu, Luo Jing pun mendekati Wu Mei.
“Kamu
sudah besar. Tapi kamu masih takut petir?” tanya Luo Jing. Dan Wu Mei diam.
“Apa
kamu tahu, mengapa aku mendapatkan namaku?”
“Mengapa?”
“Ketika
aku kecil, aku tinggal sendirian jauh didalam Istana. Itu sangat lama sebelum
aku bisa bertemu Ibuku. Istana sangat besar, malam sangat panjang, setiap hari
aku hanya bisa terus terjaga sepanjang malam sampai subuh. Suatu hari setelah
itu, pada malam ketika aku berumur 10 tahun, langit bergumuruh, dan kilat
begitu terang, angin bercampur dengan hujan, aku sangat merindukan Ibuku, tapi
aku tidak berani pergi. Sampai hari selanjutnya, Perawat memberitahuku, Ibuku,
pada malam sebelumnya, tiba- tiba meninggal dunia. Sejak saat itu, aku menjadi
lebih takut pada petir. Saat aku menutup mataku, pikiranku akan penuh dengan
Ibuku, dan membayangkan malam kematiannya,” cerita Wu Mei. Dengan ketakutan dan
raut wajah sedih.
Selesai
mendengarkan cerita Wu Mei. Luo Jing langsung memeluk bahunya, dan
menenangkannya. “Jangan takut. Aku disini. Aku disini. Dari sekarang, aku akan
selalu bersama denganmu,” kata Luo Jing dengan lembut. Dan Wu Mei memegang
erat tangannya.
Luo
Jing kemudian mulai menyanyikan lagu pengantar tidur untuk Wu Mei sambil
menepuk pelan bahu Wu Mei dan bersandar di dekatnya. Lagu yang biasa
dinyanyikan oleh Neneknya, saat dia tidak bisa tidur dulu. Dan dia menyanyikan
lagu itu, hingga akhirnya dia juga tertidur bersama dengan Wu Mei.
Kedua
orang tua Jiang mengaturkan sebuah perjodohan untuk Jiang dengan seorang putri
dari keluarga Tang, yaitu Tang Meng. Karena keluarga Tang mengontrol setengah
garam di kota Sheng Jing. Dan Jiang menolak perjodohan itu. Tapi Ayah tidak mau
menerima penolakan, dia tetap mau Jiang menikah dengan Putri keluarga Tang.
“Sejak
muda, aku sudah tahu bahwa kamu seorang pembisnis. Tapi aku tidak pernah
menyangka bahwa kamu akan mencampurkan nya dengan pernikahan ku hanya untuk
mendapatkan lebih banyak keuntungan,” kata Jiang, tetap menolak perjodohan itu.
“Mencampurkan?
Apa kamu pikir, kamu bisa memiliki seluruh kekayaan untuk menunjukannya kepada
wanita- wanita? Kalau bukan karena aku yang menghasilkan uang, bagaimana bisa
kamu bahagia?” balas Ayah.
Ayah
dan Jiang terus berdebat. Hingga akhirnya, karena Ayah terus memaksanya dan
tidak mau menerima keputusannya, maka Jiang pun memilih untuk tidak menjadi
anak mereka lagi.
“Kamu
berani?” teriak Ayah.
“Atas
nama kebebasan. Aku, Jiang Xuan Yu, bisa membuang segalanya,” balas Jiang.
Mendengar
itu, Ayah terbatuk- batuk hingga mengeluarkan darah. Dan melihat itu, Ibu
memarahi Jiang, dan meminta Jiang agar jangan mengecewakan Ayah, karena Ayah
melakukannya demi kebaikan Jiang.
“Akankah
kamu menikahi nya atau tidak?” tanya Ayah. Dan Jiang merasa tidak tega melihat
kondisi Ayahnya, tapi dia juga tidak bisa menjawab pertanyaan dari Ayahnya.
Jadi dia pun diam.
Pagi
hari. Luo Jing bangun dan meregangkan badannya. Lalu ketika tanpa sengaja, dia
melihat gelang dari Hua Hua yang dipakainya, dia langsung teringat kepada Hua
Hua dan bertanya- tanya apakah Hua Hua selamat setelah menyelamatkannya
semalam.
Xi
Que datang, tepat ketika Luo Jing bersiap- siap untuk keluar. Dan sambil tertawa,
dia bertanya apakah Luo Jing ingin mencari Wu Mei. Dan dengan malu-malu, Luo
Jing pun menjawab tidak, lalu dia menanyakan apakah semalam ada seseorang yang
tertangkap di kediaman ini. Dan Xi Que menjawab tidak ada.
“Bagus. Xia Hua Hua berbakat dalam
martial arts. Dia bisa datang dan pergi tanpa ketahuan. Jadi dia pasti baik-
baik saja. untung saja dia ada disana semalam, jika tidak maka aku akan dibunuh
oleh Ayahku,” pikir Luo Jing sedikit merinding. “Aku harus berterima kasih padanya, ketika
bertemu dia selanjutnya.”
Luo
Jing pamit pergi kepada kedua orang tuanya, dan kepada kedua saudaranya yang
menangisi kepergiannya. Lalu ketika akan masuk ke dalam kereta, Luo Jing
bergumam dalam hatinya bahwa Ayahnya begitu buruk, jadi dia pasti tidak akan pernah
kembali ke sana lagi.
Tags:
Unique Lady
Lanjut..
ReplyDeleteSukaaa...
ReplyDelete