Sinopsis C-Drama : Unique Lady Episode 15 - part 1



Network : iQiyi iQiyi

“Zhang Ji. Xi Que. Bersihkan semua barang Xiao Jing dulu. Aku akan pergi mencari Ramuan Pemisah,” perintah Jiang, dan mereka berdua mengiyakan. Lalu mereka menyimpan semua hal yang berhubungan dengan Luo Jing yang berada di dalam kamar.



Xi Que memandangin lukisan Luo Jing, dan menangis. Dia menyalahkan dirinya sendiri, karena dia tidak menjaga Luo Jing dengan baik, sehingga Luo Jing bisa kabur dan ikut acara berlayar tersebut. Dan karena itu, sekarang Luo Jing menghilang, ntah Luo Jing masih hidup atau sudah meninggal, tidak ada yang tahu. Setelah mengatakan itu, Xi Que menggulung lukisan Luo Jing dan menyimpannya.



“Xi Que, jangan menangis. Dengan aku ada disini, jangankan Ramuan Pemisah, bahkan gunung salju itu pun akan ku beli. Nona mu begitu baik hati. Kebaikannya akan terbekati. Benarkan?” kata Jiang menghibur. Dan Xi Que mengiyakan.

Zhang Ji kemudian memberikan sapu tangan untuk Xi Que melap air matanya.


Ditempat lain. Luo Jing memandangin daun- daun yang berguguran. Kemudian ketika Hua Hua keluar dari dalam rumah, dia langsung menghampirinya. Dan Hua Hua pun memberitahu bahwa sekarang Luo Jing bisa masuk ke dalam, sementara dia sendiri akan kembali.



“Hua Hua. Terima kasih ya,” kata Luo Jing sambil tersenyum sebelum Hua Hua terbang pergi, lalu dia masuk ke dalam rumah. Dan selama sesaat Hua Hua berdiri diam di tempatnya.



Seorang Pria tua berambut putih, dia memeriksa denyut nadi di tangan Xiu Wen.

Shen Shu Shang – Dewa Pengobatan.



Luo Jing menanyakan keadaan Xiu Wen, dan Shang menjawab bahwa dia tidak akan mengobati Xiu Wen. Mendengar itu, Luo Jing langsung mengeluh, karena dia telah menggendong Xiu Wen dari tempat yang jauh ke sini.



“Kan bukan kamu yang membawa nya?” sela Shang, ketika Luo Jing mengeluh.

“Itu…” kata Luo Jing, bingung, karena Shang benar. “Tapi kan sama saja. Lagian bagaimana bisa Anda mengatakan tidak akan mengobatinya?” protes Luo Jing.



Shang tertawa dan duduk di kursi santainya. Dia mengatakan bahwa orang sekarat yang bangkit dari kematian, itu melawan takdir dan kehendak surga.

Dengan kesal, Luo Jing pun mengeluh dan berusaha untuk memancing Shang, dengan mengatakan bahwa Shang sebenarnya tidak mampu untuk mengobati penyakit Xiu Wen. Tapi sayangnya, Shang sama sekali tidak terpancing. Malahan Shang kembali tertawa, dan mengatakan bahwa orang mati tidak dapat di obati.


“Hua Hua bilang Pria tua ini kekanak- kanakan. Dia mudah penasaran pada hal yang baru dan tidak biasa,” pikir Luo Jing sambil bermain- main dengan burung di dalam sangkar. Kemudian tiba- tiba dia teringat pada gelang pemberian Hua Hua yang dipakai olehnya.



“Kelihatannya beberapa orang tidak penasaran untuk mengetahui tentang barang yang adalah milikku ini,” pancing Luo Jing sambil menunjukan gelang ditangannya.

“Ini. Apa ini?” tanya Shang, terpancing.

“Eh. Kamu ingin tahu? Tolong obati dia dulu, dan aku akan memberitahu mu,” balas Luo Jing sambil tersenyum memegang gelang nya.



Mendengar itu, Shang tertawa. “Baiklah. Baiklah. Teruslah berharap,” katanya, lalu dia kembali bersantai sambil menikmati minumannya.



Luo Jing merasa kesal, dan kembali memikirkan apa kelemahan Shang. Kemudian Luo Jing pun berusaha untuk memancing Shang lagi dengan perkataannya. “Kelihatannya beberapa orang hanya akan berdiam diri dan memperhatikan seseorang terbaring meninggal begitu saja ya.”

Shang tertawa dan menjawab, “Tidak terhitung orang yang telah meninggal di depanku.”


“Biar ku beritahu kamu kakek tua. Ini situasi hidup dan mati. Apa kamu tidak peduli sedikit pun?” tanya Luo Jing, emosi.

“Tentu saja tidak,” jawab Shang.

“Kemudian mengapa kamu tidak akan menyelamatkan dia?”

“Orang itu di inginkan mati oleh Raja neraka. Jika menyelamatkannya, maka itu sama saja dengan melawan kehendak surga. Jadi lebih baik ikuti saja secara alami,” jelas Shang.


Luo Jing berusaha menyakinkan Shang, secara panjang lebar dia menjelaskan pendapatnya. Dengan memakai contoh, kenapa bila bunga telah layu, bunga harus mekar lagi. Dan Shang pun menjawab bahwa ketika layu, itu adalah kesakitan, dan ketika mekar kembali, itu adalah kesenangan.

Luo Jing kemudian mengatakan bila begitu, maka mereka seharus nya tidak boleh hanya membiarkan kematian mengambil kehidupan mereka yang berharga di masa sekarang.



“Hidupnya adalah miliknya. Dan kamu adalah seorang tabib. Jadi tidak apa untuk mengobatinya. Mengapa kamu harus mengkhawatirkan hal lain? Kita hidup di dunia ini yang paling penting adalah untuk menjaga diri kita sendiri, dan berbahagia. Benarkan?” tanya Luo Jing, mencoba menyakinkan Shang.

Shang terdiam dan berpikir, lalu dia tertawa dengan keras sambil menepuk jidatnya. “Baiklah. Apa yang barusan kamu katakan nampaknya masuk akal.”


Luo Jing tersenyum senang, karena akhirnya Shang mendengarkannya. Dan Luo Jing kemudian lanjut ke langkah ke dua, yaitu menggunakan makanan untuk menggoda.


“Dalam perjalanan kesini, Xiao Hua Hua terus bercerita padaku bahwa kamu adalah yang terbaik. Terlebih lagi, kamu menyukai makanan dari segala penjuru. Aku secara pribadi telah menyiapkan beberapa makanan enak untukmu,” goda Luo Jing. Dan Shang tampak tergoda.


Melihat kalau Shang mulai tergoda, maka Luo Jing pun memulai permainan tarik ulurnya. “Sebenarnya aku berencana untuk menyiapkan banyak makanan enak, tapi sekarang kamu membuat kami harus pergi. Jadi semua makanan enak miliku ini tidak akan dinikmati oleh siapapun lagi,” kata Luo Jing, mendekati tungku tempat nya sedang memasak.



“Apa ini ya? Permen pisang? Kue buah? Matcha iced tea, dan juga permen kapas. Ah, sayangnya,” kata Luo Jing sengaja.

Mendengar semua jenis makanan unik yang tidak ada di dunia nya, Shang merasa tertarik. “Kamu juga bisa memasak kah?” tanya Shang, memastikan.



Luo Jing menjentikan jarinya dan tersenyum senang. Lalu dia mendekati Shang, dan menjelaskan bahwa sedari kecil dia sudah tahu bagaimana caranya memasak. Tapi  sebelum dia memasak, dia ingin Shang menyelamatkan Xiu Wen terlebih dahulu. Dengan manja, Luo Jing lalu memukul- mukul pelan kaki Shang, dan menantikan jawabannya.

“Baiklah. Ini sudah ditetap kan,” kata Shang, akhirnya setuju.

“Ditetapkan,” balas Luo Jing dengan senang.


Shang kemudian mengatakan bahwa dia memiliki satu syarat lagi, yaitu Luo Jing harus memetikan bawang putih untuknya. Mendengar syarat itu, Luo Jing pun bertanya apakah bawang putih bisa menyembuhkan Xiu Wen. Dan Shang menjawab bahwa tentu saja tidak, bawang putih itu hanyalah sesuatu yang biasa dimakannya untuk makan malam.

Luo Jing merasa kesal mendengarkan syarat tidak masuk akal dari Shang. Dia mengeluhkan mengapa Hua Hua membawa nya kepada orang seperti Shang.


“Tu… tu… tunggu. Mengapa kamu buru- buru? Aku belum selesai berbicara,” kata Shang menghentikan Luo Jing yang mau mendekati Xiu Wen.

“Kemudian katakanlah.”

‘Selain memetikan bawang putih. Kamu juga harus memetikan beberapa tanaman obat untukku,” jelas Shang.

“Tidak masalah, serahkan padaku,” balas Luo Jing sambil tersenyum.



Mendengar pembicaraan Luo Jing dan Shang, maka Xiu Wen pun bangkit duduk dan mengatakan bahwa dia yang akan pergi untuk memetikan hal yang Shang minta. Namun Shang langsung menghentikannya.

“Apa kamu sedang kebingungan sekarang? Jika kamu pergi memetik tanaman obat, maka siapa yang harus aku obati?” kata Shang, bertanya dengan tegas.

“Benar. Kamu terluka begitu buruk. Jika kamu tidak segera sembuh, maka siapa yang akan melindunginku?” kata Luo Jing setuju dengan  Shang. Kemudian Luo Jing pun menanyakan tanaman obat apa yang harus di petiknya.



Shang menjelaskan bahwa dia hanya akan berbicara sekali, jadi Luo Jing harus mengingatnya dengan baik. Tanaman obat yang di butuhkannya, daunnya berbentuk seperti tetesan air. Yang paling penting dari tanaman ini adalah jenis buah nya yang merah.

“Baiklah. Aku telah mengingatnya. Kemudian aku akan pergi dan segera kembali,” kata Luo Jing. Lalu dia berjalan pergi.



Xiu Wen bangkit ingin mengikuti Luo Jing, tapi Luo Jing langsung memberikan tanda agar Xiu Wen tidak mengikutinya dan beristirahat. Jadi Xiu Wen pun kembali berbaring. Lalu Luo Jing pergi dari sana.



Shang duduk disamping Xiu Wen. Dan melihat itu, Xiu Wen langsung meminta agar Shang berbicara jika memang ada yang ingin dibicarakan. Mendengar itu Shang tertawa pelan, dan memuji Xiu Wen yang begitu pintar, karena Xiu Wen mengerti bahwa dia ingin bicara. Lalu Shang memegang tangan Xiu Wen.


“Aku ingin bertanya, mengapa kamu perlu menggunakan jenis obat itu?” tanya Shang.


“Tabib, Anda pasti sudah tahu kan?” balas Xiu Wen. 

3 Comments

Previous Post Next Post