Network : iQiyi iQiyi
“Zhang
Ji. Xi Que. Bersihkan semua barang Xiao Jing dulu. Aku akan pergi mencari
Ramuan Pemisah,” perintah Jiang, dan mereka berdua mengiyakan. Lalu mereka
menyimpan semua hal yang berhubungan dengan Luo Jing yang berada di dalam
kamar.
Xi
Que memandangin lukisan Luo Jing, dan menangis. Dia menyalahkan dirinya
sendiri, karena dia tidak menjaga Luo Jing dengan baik, sehingga Luo Jing bisa
kabur dan ikut acara berlayar tersebut. Dan karena itu, sekarang Luo Jing
menghilang, ntah Luo Jing masih hidup atau sudah meninggal, tidak ada yang
tahu. Setelah mengatakan itu, Xi Que menggulung lukisan Luo Jing dan
menyimpannya.
“Xi
Que, jangan menangis. Dengan aku ada disini, jangankan Ramuan Pemisah, bahkan
gunung salju itu pun akan ku beli. Nona mu begitu baik hati. Kebaikannya akan terbekati.
Benarkan?” kata Jiang menghibur. Dan Xi Que mengiyakan.
Zhang
Ji kemudian memberikan sapu tangan untuk Xi Que melap air matanya.
Ditempat
lain. Luo Jing memandangin daun- daun yang berguguran. Kemudian ketika Hua Hua
keluar dari dalam rumah, dia langsung menghampirinya. Dan Hua Hua pun
memberitahu bahwa sekarang Luo Jing bisa masuk ke dalam, sementara dia sendiri
akan kembali.
“Hua
Hua. Terima kasih ya,” kata Luo Jing sambil tersenyum sebelum Hua Hua terbang
pergi, lalu dia masuk ke dalam rumah. Dan selama sesaat Hua Hua berdiri diam di
tempatnya.
Seorang
Pria tua berambut putih, dia memeriksa denyut nadi di tangan Xiu Wen.
Shen Shu Shang – Dewa Pengobatan.
Luo
Jing menanyakan keadaan Xiu Wen, dan Shang menjawab bahwa dia tidak akan
mengobati Xiu Wen. Mendengar itu, Luo Jing langsung mengeluh, karena dia telah
menggendong Xiu Wen dari tempat yang jauh ke sini.
“Kan
bukan kamu yang membawa nya?” sela Shang, ketika Luo Jing mengeluh.
“Itu…”
kata Luo Jing, bingung, karena Shang benar. “Tapi kan sama saja. Lagian
bagaimana bisa Anda mengatakan tidak akan mengobatinya?” protes Luo Jing.
Shang
tertawa dan duduk di kursi santainya. Dia mengatakan bahwa orang sekarat yang
bangkit dari kematian, itu melawan takdir dan kehendak surga.
Dengan
kesal, Luo Jing pun mengeluh dan berusaha untuk memancing Shang, dengan
mengatakan bahwa Shang sebenarnya tidak mampu untuk mengobati penyakit Xiu Wen.
Tapi sayangnya, Shang sama sekali tidak terpancing. Malahan Shang kembali
tertawa, dan mengatakan bahwa orang mati tidak dapat di obati.
“Hua Hua bilang Pria tua ini kekanak- kanakan. Dia mudah
penasaran pada hal yang baru dan tidak biasa,”
pikir
Luo Jing sambil bermain- main dengan burung di dalam sangkar. Kemudian tiba-
tiba dia teringat pada gelang pemberian Hua Hua yang dipakai olehnya.
“Kelihatannya
beberapa orang tidak penasaran untuk mengetahui tentang barang yang adalah
milikku ini,” pancing Luo Jing sambil menunjukan gelang ditangannya.
“Ini.
Apa ini?” tanya Shang, terpancing.
“Eh.
Kamu ingin tahu? Tolong obati dia dulu, dan aku akan memberitahu mu,” balas Luo
Jing sambil tersenyum memegang gelang nya.
Mendengar
itu, Shang tertawa. “Baiklah. Baiklah. Teruslah berharap,” katanya, lalu dia
kembali bersantai sambil menikmati minumannya.
Luo
Jing merasa kesal, dan kembali memikirkan apa kelemahan Shang. Kemudian Luo
Jing pun berusaha untuk memancing Shang lagi dengan perkataannya. “Kelihatannya
beberapa orang hanya akan berdiam diri dan memperhatikan seseorang terbaring meninggal
begitu saja ya.”
Shang
tertawa dan menjawab, “Tidak terhitung orang yang telah meninggal di depanku.”
“Biar
ku beritahu kamu kakek tua. Ini situasi hidup dan mati. Apa kamu tidak peduli
sedikit pun?” tanya Luo Jing, emosi.
“Tentu
saja tidak,” jawab Shang.
“Kemudian
mengapa kamu tidak akan menyelamatkan dia?”
“Orang
itu di inginkan mati oleh Raja neraka. Jika menyelamatkannya, maka itu sama
saja dengan melawan kehendak surga. Jadi lebih baik ikuti saja secara alami,”
jelas Shang.
Luo
Jing berusaha menyakinkan Shang, secara panjang lebar dia menjelaskan
pendapatnya. Dengan memakai contoh, kenapa bila bunga telah layu, bunga harus
mekar lagi. Dan Shang pun menjawab bahwa ketika layu, itu adalah kesakitan, dan
ketika mekar kembali, itu adalah kesenangan.
Luo
Jing kemudian mengatakan bila begitu, maka mereka seharus nya tidak boleh hanya
membiarkan kematian mengambil kehidupan mereka yang berharga di masa sekarang.
“Hidupnya
adalah miliknya. Dan kamu adalah seorang tabib. Jadi tidak apa untuk
mengobatinya. Mengapa kamu harus mengkhawatirkan hal lain? Kita hidup di dunia
ini yang paling penting adalah untuk menjaga diri kita sendiri, dan berbahagia.
Benarkan?” tanya Luo Jing, mencoba menyakinkan Shang.
Shang
terdiam dan berpikir, lalu dia tertawa dengan keras sambil menepuk jidatnya.
“Baiklah. Apa yang barusan kamu katakan nampaknya masuk akal.”
Luo
Jing tersenyum senang, karena akhirnya Shang mendengarkannya. Dan Luo Jing kemudian
lanjut ke langkah ke dua, yaitu menggunakan makanan untuk menggoda.
“Dalam
perjalanan kesini, Xiao Hua Hua terus bercerita padaku bahwa kamu adalah yang
terbaik. Terlebih lagi, kamu menyukai makanan dari segala penjuru. Aku secara
pribadi telah menyiapkan beberapa makanan enak untukmu,” goda Luo Jing. Dan
Shang tampak tergoda.
Melihat
kalau Shang mulai tergoda, maka Luo Jing pun memulai permainan tarik ulurnya.
“Sebenarnya aku berencana untuk menyiapkan banyak makanan enak, tapi sekarang
kamu membuat kami harus pergi. Jadi semua makanan enak miliku ini tidak akan
dinikmati oleh siapapun lagi,” kata Luo Jing, mendekati tungku tempat nya
sedang memasak.
“Apa
ini ya? Permen pisang? Kue buah? Matcha iced tea, dan juga permen kapas. Ah,
sayangnya,” kata Luo Jing sengaja.
Mendengar
semua jenis makanan unik yang tidak ada di dunia nya, Shang merasa tertarik.
“Kamu juga bisa memasak kah?” tanya Shang, memastikan.
Luo
Jing menjentikan jarinya dan tersenyum senang. Lalu dia mendekati Shang, dan
menjelaskan bahwa sedari kecil dia sudah tahu bagaimana caranya memasak. Tapi sebelum dia memasak, dia ingin Shang
menyelamatkan Xiu Wen terlebih dahulu. Dengan manja, Luo Jing lalu memukul-
mukul pelan kaki Shang, dan menantikan jawabannya.
“Baiklah.
Ini sudah ditetap kan,” kata Shang, akhirnya setuju.
“Ditetapkan,”
balas Luo Jing dengan senang.
Shang
kemudian mengatakan bahwa dia memiliki satu syarat lagi, yaitu Luo Jing harus
memetikan bawang putih untuknya. Mendengar syarat itu, Luo Jing pun bertanya
apakah bawang putih bisa menyembuhkan Xiu Wen. Dan Shang menjawab bahwa tentu
saja tidak, bawang putih itu hanyalah sesuatu yang biasa dimakannya untuk makan
malam.
Luo
Jing merasa kesal mendengarkan syarat tidak masuk akal dari Shang. Dia
mengeluhkan mengapa Hua Hua membawa nya kepada orang seperti Shang.
“Tu…
tu… tunggu. Mengapa kamu buru- buru? Aku belum selesai berbicara,” kata Shang
menghentikan Luo Jing yang mau mendekati Xiu Wen.
“Kemudian
katakanlah.”
‘Selain
memetikan bawang putih. Kamu juga harus memetikan beberapa tanaman obat
untukku,” jelas Shang.
“Tidak
masalah, serahkan padaku,” balas Luo Jing sambil tersenyum.
Mendengar
pembicaraan Luo Jing dan Shang, maka Xiu Wen pun bangkit duduk dan mengatakan
bahwa dia yang akan pergi untuk memetikan hal yang Shang minta. Namun Shang
langsung menghentikannya.
“Apa
kamu sedang kebingungan sekarang? Jika kamu pergi memetik tanaman obat, maka
siapa yang harus aku obati?” kata Shang, bertanya dengan tegas.
“Benar.
Kamu terluka begitu buruk. Jika kamu tidak segera sembuh, maka siapa yang akan
melindunginku?” kata Luo Jing setuju dengan
Shang. Kemudian Luo Jing pun menanyakan tanaman obat apa yang harus di
petiknya.
Shang
menjelaskan bahwa dia hanya akan berbicara sekali, jadi Luo Jing harus
mengingatnya dengan baik. Tanaman obat yang di butuhkannya, daunnya berbentuk seperti
tetesan air. Yang paling penting dari tanaman ini adalah jenis buah nya yang
merah.
“Baiklah.
Aku telah mengingatnya. Kemudian aku akan pergi dan segera kembali,” kata Luo
Jing. Lalu dia berjalan pergi.
Xiu
Wen bangkit ingin mengikuti Luo Jing, tapi Luo Jing langsung memberikan tanda
agar Xiu Wen tidak mengikutinya dan beristirahat. Jadi Xiu Wen pun kembali
berbaring. Lalu Luo Jing pergi dari sana.
Shang
duduk disamping Xiu Wen. Dan melihat itu, Xiu Wen langsung meminta agar Shang
berbicara jika memang ada yang ingin dibicarakan. Mendengar itu Shang tertawa
pelan, dan memuji Xiu Wen yang begitu pintar, karena Xiu Wen mengerti bahwa dia
ingin bicara. Lalu Shang memegang tangan Xiu Wen.
“Aku
ingin bertanya, mengapa kamu perlu menggunakan jenis obat itu?” tanya Shang.
“Tabib,
Anda pasti sudah tahu kan?” balas Xiu Wen.
Tags:
Unique Lady
Semangatt
ReplyDeleteLanjut
ReplyDeleteGo lanjut go✊✊✊
ReplyDelete