Sinopsis C-Drama : Unique Lady Episode 15 - part 2



Network : iQiyi iQiyi
Shang tertawa kecil, dia menjelaskan bahwa jika orang lain, maka mereka pasti tidak akan bisa melihat kalau nadi Xiu Wen berbeda dari orang normal. Tapi itu tidak akan bisa disembunyikan dari mata nya yang tajam. Lalu Shang menanyakan, apakah Xiu Wen mengetahui bahwa itu adalah obat yang sangat fatal, dan akan menghabiskan bertahun-tahun dari hidup Xiu Wen.

“Xiu Wen tahu,” jawab Xiu Wen.

“Kamu tahu? Jika kamu tahu, kemudian mengapa kamu masih menggunakan obat ini? Kecuali seseorang memaksa mu untuk menggunakannya?” tegur Shang.

“Xiu Wen yang bersedia.”




Shang mengomentari bahwa tampak nya Xiu Wen benar- benar tidak takut pada kematian, sehingga Xiu Wen bersedia meminum obat itu. Dan jika kasusnya begitu, maka Shang mengaku bahwa dia tidak bisa mengatakan apapun lagi. Namun dia sangat penasaran, apa yang begitu berharga sampai membuat Xiu Wen rela membayar harga semahal itu.

Mendengar petanyaan itu, Xiu Wen diam. Dia menarik nafas pelan, lalu memejamkan matanya.



Didalam hutan bambu. Luo Jing berjalan berkeliling dengan membawa tas keranjang di punggungnya. Lalu disaat itu, beberapa ekor burung merpati putih terbang di dekatnya, dan melihat itu Luo Jing teringat akan Wu Mei.

“Aku bertanya-tanya, apa dia sudah menerima pesan ku. Apa dia mengkhawatirkan ku?” pikir Luo Jing dengan berwajah muram.


“Kapankah kami akan bisa bertemu lagi?” pikir Luo Jing sambil tersenyum membayangkannya.



Luo Jing masuk semakin ke dalam hutan bambu. Mencari tanaman obat yang diminta oleh Shang. Namun sangat sulit untuk menemukan tanaman yang sesuai dengan penjelasan Shang. Lalu lagi- lagi dia teringat tentang Wu Mei.

“Aku bertanya- tanya, apa yang sedang dia lakukan sekarang. Apa dia mengkhawatirkan ku? Bagaimana jika…” pikir Luo Jing cemas. Lalu dia berteriak memanggil Admin game. “Keluar. Admin game. Keluar. Aku ingin pergi. Aku ingin pergi,” teriaknya, tapi tidak ada respon, karena tampaknya sistem masih beku.



Luo Jing kemudian kembali fokus mencari tanaman yang diminta oleh Shang. “Daun yang tampak seperti tetesan air, dan memiliki buah merah,” guman Luo Jing. Dan tepat disaat itu, dia berhasil menemukan tanaman yang dicarinya. Tanaman itu pas berada didekatnya.

Melihat itu Luo Jing merasa sangat senang. Dengan segera dia mengeluarkan cangkul kecil yang dibawanya dan menggali tanah untuk mengeluarkan tanaman itu.



Yi Yi berkeliling di bawah tebing, tempat dimana Wu Mei dan Luo Jing melompat pada malam itu. Dan disana, dia menemukan jejak darah di batu. Melihat itu, Yi Yi merasa terkejut serta cemas. “Kamu tidak boleh mati. Kalau hidup, orangnya harus ada. Jika meninggal, mayatnya harus ada.”



Xiu Wen berdiri dengan susah payah, karena tubuhnya masih sakit. Dia mendekati Shang yang sedang menulis sesuatu. “Tabib, apa yang aku bilang padamu, bisakah kamu tidak membiarkannya tahu?”

“Kamu menyukai dia?” tanya Shang. Dan Xiu Wen langsung mengiyakan.

“Kemudian dia tidak mengetahui tentang racun di badanmu?” tanya Shang, lagi. Dan Xiu Wen membenarkan.

“Katakanlah, apa ada alasan mengapa kamu menyembunyikan warna matamu juga?” tanya Shang, lagi. Dan Xiu Wen mengiyakan.


Shang menjelaskan bahwa dia tidak mengerti alasan Xiu Wen sampai harus menyiksa diri sendiri seperti ini. Dan dia menanyakan apakah semua ini Xiu Wen lakukan, karena Xiu Wen ingin menyembunyikan identitas nya.

“Anda tidak perlu mengetahui tentang ini. Anda cukup membantu saya menyimpan rahasia darinya, itu saja cukup,” kata Xiu Wen.



Shang tertawa pelan, dan mengatakan apakah Xiu Wen tidak takut berbicara seperti itu kepadanya, karena jika dia tidak senang, mungkin saja dia tidak akan mengobati Xiu Wen lagi. Dan Xiu Wen menjawab bahwa baginya lebih baik bila dia mati, daripada membiarkan Luo Jing mengkhawatirkan tentang nya.

Shang lalu bertepuk tangan. Dia memuji Xiu Wen yang berani berbicara terus terang kepadanya, dan dia senang. Jadi dia pasti akan mengobati Xiu Wen. Serta dia tidak akan memberitahu Luo Jing juga. Mendengar itu, Xiu Wen merasa lega.


Wu Mei membuang ramuan obat yang diberikan kepadanya. Dia menolak meminum itu, karena apa yang diinginkan nya sekarang adalah Xiao Jing. Melihat itu, Jing Yuan pun memberikan tanda kepada pelayan yang mengantarkan obat untuk pergi.


“Yang Mulia, jika kamu tidak meminum obatmu, kesehatanmu akan menurun. Jika Permaisuri kembali nantinya, dan melihat kamu seperti ini, dia pasti akan sangat sedih,” kata Zhang Ji, menasehati Wu Mei.

“Benar, Yang Mulia. Nona pasti berharap untuk melihat mu dalam keadaan sehat, ketika dia kembali,” tambah Xi Que.



Jiang datang. Dia memberitahu Wu Mei kalau dia mempunyai sebuah kabar baik. Yaitu ada seseorang yang mengatakan bahwa ia ada melihat seseorang seperti Luo Jing diluar kota Sheng Jing. Dan Jiang percaya bahwa mereka pasti akan bisa segera menemukan Luo Jing.

Mendengar itu, Wu Mei merasa senang, dan menyuruh Jiang untuk segera mengirim seseorang keluar dan mencari Luo Jing. Dan Jiang pun melakukannya.



Zhang Ji menghampiri Wu Mei, dan meminta agar Wu Mei meminum obat dulu. Lalu dia memberikan hormat kepada Jing Yuan, karena dia baru menyadari keberadaan Jing Yuan yang sedari tadi berdiri di dekat pintu. Dia menanyakan kenapa Jing Yuan tidak memberitahu kalau akan ke sini.

“Aku khawatir akan mengganggu istrahat Yang Mulia Yuan Zheng, jadi aku tidak mengirim seseorang untuk memberitahu,” jelas Jing Yuan. Lalu dia menanyakan keadaan Wu Mei sekarang, apakah sudah lebih baik.


Wu Mei tidak mampu untuk menjelaskan. Jadi Zhang Ji lah yang menjelaskan semuanya kepada Jing Yuan. Setelah Zhang Ji selesai menjelaskan, Jing Yuan menyarankan Wu Mei untuk tidak perlu khawatir tentang Luo Jing, karena orang baik seperti Luo Jing pasti akan diberkati dan selamat.


Jing Yuang kemudian memberikan sebuah kotak merah kepada Zhang Ji. “Ini adalah obat yang aku beli dari negara lain. Itu bisa memperlancar peredaran darah, dan menyembuhkan setiap penyakit.”

“Terima kasih Yang Mulia,” kata Zhang Ji dengan hormat. Lalu dia pamit dengan membawa kotak itu, untuk mempersiapkan obat.


Wu Mei ingin berdiri untuk memberikan hormat, tapi Jing Yuan langsung menahannya. “Aku khawatir, jadi aku datang untuk melihat mu dan kemudian pergi,” jelasnya.

Fei Yu datang, dan mengatakan bahwa Jing Yuang pasti datang untuk memastikan luka Wu Mei sehingga Jing Yuan bisa yakin. Dan mendengar itu, Jing Yuan pun menanyakan apa maksud Fei Yu. Tapi Fei Yu mengabaikannya, dan mendekati Wu Mei.


“Menantuku, apa kamu sudah baikan?” tanya Fei Yu perhatian. Dan Wu Mei menganguk.

“Aku bertanya- tanya, apa yang Yang Mulia Jing Yuan berikan kepada menantu ku hari ini?” tanya Fei Yu, dengan nada tidak sopan dan menuduh.

“Itu obat yang berharga, tentunya,” jawab Jing Yuan.
  
“Hm, obat berharga,” gumam Fei Yu dengan sinis. “Biasanya, aku tidak pernah melihatmu datang. Tapi hari ini tiba- tiba saja kamu datang ke sini. Aku takut ada motif yang lain,” kata Fei Yu menuduh Jing Yuan. “Menantuku, kamu harus melindungin dirimu sendirinya,” kata Fei Yu pada Wu Mei secara terang- terangan di hadapan Jing Yuan.



Wu Mei merasa tidak enak pada Jing Yuan, dan ingin memperingatkan Fei Yu untuk tidak berbicara seperti itu. Tapi sebelum dia melakukannya, Jing Yuan berbicara duluan kepada Fei Yu. “Tuan Perdana Mentri, apa aku tidak disetujui untuk melihat adik ku, ketika dia sedang sakit? Jika aku memiliki motif lain, kemudian apa urusan yang kamu miliki?”

Dengan sedikit emosi, Fei Yu menjelaskan bahwa Wu Mei adalah menantunya, jadi jika dia ingin datang maka dia akan datang.



Dan Jing Yuan membalas, walaupun Fei Yu marah kepadanya, tapi itu tidak akan mengubah keputusan Kaisar yang mengalihkan hak kekuasaan transportasi kepadanya. Jadi dia berharap, Fei Yu akan menarik kembali cakarnya.

Mendengar itu, Fei Yu merasa sangat kesal. Tapi sebelum dia sempat berbicara, Wu Mei menyela nya. “Aku berterima kasih pada kepedulian kalian berdua. Hanya saja, aku tidak merasa baik hari ini, jadi aku meminta agar kalian berdua pergi,” kata Wu Mei.


“Menantuku,” balas Fei Yu ingin membantah. Namun dengan tegas, Wu Mei memanggil Zhang Ji untuk mengantarkan mereka berdua pergi.

“Wu Mei, beristirahatlah. Aku akan datang menemui mu dalam beberapa hari ini,” kata Jing Yuan. Lalu dia menatap tajam ke arah Fei Yu, dan pergi.

Dengan terpaksa, Fei Yu pun pergi dari sana juga. Dia pergi tanpa mengatakan apapun.


Setelah semuanya pergi, Wu Mei menghela nafas lelah. “Aku bahkan tidak tahu, jika gadis yang berada di luar kota itu beneran Xiao Jing atau tidak. Akankah dia segera pulang?” pikir Wu Mei, masih mencemaskan tentang Luo Jing.

Post a Comment

Previous Post Next Post