Network : iQiyi iQiyi
Shang
tertawa kecil, dia menjelaskan bahwa jika orang lain, maka mereka pasti tidak
akan bisa melihat kalau nadi Xiu Wen berbeda dari orang normal. Tapi itu tidak
akan bisa disembunyikan dari mata nya yang tajam. Lalu Shang menanyakan, apakah
Xiu Wen mengetahui bahwa itu adalah obat yang sangat fatal, dan akan
menghabiskan bertahun-tahun dari hidup Xiu Wen.
“Xiu
Wen tahu,” jawab Xiu Wen.
“Kamu
tahu? Jika kamu tahu, kemudian mengapa kamu masih menggunakan obat ini? Kecuali
seseorang memaksa mu untuk menggunakannya?” tegur Shang.
“Xiu
Wen yang bersedia.”
Shang
mengomentari bahwa tampak nya Xiu Wen benar- benar tidak takut pada kematian,
sehingga Xiu Wen bersedia meminum obat itu. Dan jika kasusnya begitu, maka
Shang mengaku bahwa dia tidak bisa mengatakan apapun lagi. Namun dia sangat
penasaran, apa yang begitu berharga sampai membuat Xiu Wen rela membayar harga
semahal itu.
Mendengar
petanyaan itu, Xiu Wen diam. Dia menarik nafas pelan, lalu memejamkan matanya.
Didalam
hutan bambu. Luo Jing berjalan berkeliling dengan membawa tas keranjang di
punggungnya. Lalu disaat itu, beberapa ekor burung merpati putih terbang di
dekatnya, dan melihat itu Luo Jing teringat akan Wu Mei.
“Aku bertanya-tanya, apa dia sudah menerima pesan ku. Apa
dia mengkhawatirkan ku?”
pikir
Luo Jing dengan berwajah muram.
“Kapankah kami akan bisa bertemu lagi?” pikir Luo Jing
sambil tersenyum membayangkannya.
Luo
Jing masuk semakin ke dalam hutan bambu. Mencari tanaman obat yang diminta oleh
Shang. Namun sangat sulit untuk menemukan tanaman yang sesuai dengan penjelasan
Shang. Lalu lagi- lagi dia teringat tentang Wu Mei.
“Aku bertanya- tanya, apa yang sedang dia lakukan sekarang.
Apa dia mengkhawatirkan ku? Bagaimana jika…”
pikir
Luo Jing cemas. Lalu dia berteriak memanggil Admin game. “Keluar. Admin game.
Keluar. Aku ingin pergi. Aku ingin pergi,” teriaknya, tapi tidak ada respon,
karena tampaknya sistem masih beku.
Luo
Jing kemudian kembali fokus mencari tanaman yang diminta oleh Shang. “Daun yang
tampak seperti tetesan air, dan memiliki buah merah,” guman Luo Jing. Dan tepat
disaat itu, dia berhasil menemukan tanaman yang dicarinya. Tanaman itu pas
berada didekatnya.
Melihat
itu Luo Jing merasa sangat senang. Dengan segera dia mengeluarkan cangkul kecil
yang dibawanya dan menggali tanah untuk mengeluarkan tanaman itu.
Yi
Yi berkeliling di bawah tebing, tempat dimana Wu Mei dan Luo Jing melompat pada
malam itu. Dan disana, dia menemukan jejak darah di batu. Melihat itu, Yi Yi
merasa terkejut serta cemas. “Kamu tidak boleh mati. Kalau hidup, orangnya
harus ada. Jika meninggal, mayatnya harus ada.”
Xiu
Wen berdiri dengan susah payah, karena tubuhnya masih sakit. Dia mendekati
Shang yang sedang menulis sesuatu. “Tabib, apa yang aku bilang padamu, bisakah
kamu tidak membiarkannya tahu?”
“Kamu
menyukai dia?” tanya Shang. Dan Xiu Wen langsung mengiyakan.
“Kemudian
dia tidak mengetahui tentang racun di badanmu?” tanya Shang, lagi. Dan Xiu Wen
membenarkan.
“Katakanlah,
apa ada alasan mengapa kamu menyembunyikan warna matamu juga?” tanya Shang,
lagi. Dan Xiu Wen mengiyakan.
Shang
menjelaskan bahwa dia tidak mengerti alasan Xiu Wen sampai harus menyiksa diri
sendiri seperti ini. Dan dia menanyakan apakah semua ini Xiu Wen lakukan,
karena Xiu Wen ingin menyembunyikan identitas nya.
“Anda
tidak perlu mengetahui tentang ini. Anda cukup membantu saya menyimpan rahasia darinya,
itu saja cukup,” kata Xiu Wen.
Shang
tertawa pelan, dan mengatakan apakah Xiu Wen tidak takut berbicara seperti itu
kepadanya, karena jika dia tidak senang, mungkin saja dia tidak akan mengobati
Xiu Wen lagi. Dan Xiu Wen menjawab bahwa baginya lebih baik bila dia mati,
daripada membiarkan Luo Jing mengkhawatirkan tentang nya.
Shang
lalu bertepuk tangan. Dia memuji Xiu Wen yang berani berbicara terus terang
kepadanya, dan dia senang. Jadi dia pasti akan mengobati Xiu Wen. Serta dia
tidak akan memberitahu Luo Jing juga. Mendengar itu, Xiu Wen merasa lega.
Wu
Mei membuang ramuan obat yang diberikan kepadanya. Dia menolak meminum itu,
karena apa yang diinginkan nya sekarang adalah Xiao Jing. Melihat itu, Jing
Yuan pun memberikan tanda kepada pelayan yang mengantarkan obat untuk pergi.
“Yang
Mulia, jika kamu tidak meminum obatmu, kesehatanmu akan menurun. Jika
Permaisuri kembali nantinya, dan melihat kamu seperti ini, dia pasti akan
sangat sedih,” kata Zhang Ji, menasehati Wu Mei.
“Benar,
Yang Mulia. Nona pasti berharap untuk melihat mu dalam keadaan sehat, ketika
dia kembali,” tambah Xi Que.
Jiang
datang. Dia memberitahu Wu Mei kalau dia mempunyai sebuah kabar baik. Yaitu ada
seseorang yang mengatakan bahwa ia ada melihat seseorang seperti Luo Jing
diluar kota Sheng Jing. Dan Jiang percaya bahwa mereka pasti akan bisa segera
menemukan Luo Jing.
Mendengar
itu, Wu Mei merasa senang, dan menyuruh Jiang untuk segera mengirim seseorang
keluar dan mencari Luo Jing. Dan Jiang pun melakukannya.
Zhang
Ji menghampiri Wu Mei, dan meminta agar Wu Mei meminum obat dulu. Lalu dia
memberikan hormat kepada Jing Yuan, karena dia baru menyadari keberadaan Jing
Yuan yang sedari tadi berdiri di dekat pintu. Dia menanyakan kenapa Jing Yuan
tidak memberitahu kalau akan ke sini.
“Aku
khawatir akan mengganggu istrahat Yang Mulia Yuan Zheng, jadi aku tidak
mengirim seseorang untuk memberitahu,” jelas Jing Yuan. Lalu dia menanyakan
keadaan Wu Mei sekarang, apakah sudah lebih baik.
Wu
Mei tidak mampu untuk menjelaskan. Jadi Zhang Ji lah yang menjelaskan semuanya
kepada Jing Yuan. Setelah Zhang Ji selesai menjelaskan, Jing Yuan menyarankan Wu
Mei untuk tidak perlu khawatir tentang Luo Jing, karena orang baik seperti Luo
Jing pasti akan diberkati dan selamat.
Jing
Yuang kemudian memberikan sebuah kotak merah kepada Zhang Ji. “Ini adalah obat
yang aku beli dari negara lain. Itu bisa memperlancar peredaran darah, dan
menyembuhkan setiap penyakit.”
“Terima
kasih Yang Mulia,” kata Zhang Ji dengan hormat. Lalu dia pamit dengan membawa
kotak itu, untuk mempersiapkan obat.
Wu
Mei ingin berdiri untuk memberikan hormat, tapi Jing Yuan langsung menahannya.
“Aku khawatir, jadi aku datang untuk melihat mu dan kemudian pergi,” jelasnya.
Fei
Yu datang, dan mengatakan bahwa Jing Yuang pasti datang untuk memastikan luka
Wu Mei sehingga Jing Yuan bisa yakin. Dan mendengar itu, Jing Yuan pun
menanyakan apa maksud Fei Yu. Tapi Fei Yu mengabaikannya, dan mendekati Wu Mei.
“Menantuku,
apa kamu sudah baikan?” tanya Fei Yu perhatian. Dan Wu Mei menganguk.
“Aku
bertanya- tanya, apa yang Yang Mulia Jing Yuan berikan kepada menantu ku hari
ini?” tanya Fei Yu, dengan nada tidak sopan dan menuduh.
“Itu
obat yang berharga, tentunya,” jawab Jing Yuan.
“Hm,
obat berharga,” gumam Fei Yu dengan sinis. “Biasanya, aku tidak pernah
melihatmu datang. Tapi hari ini tiba- tiba saja kamu datang ke sini. Aku takut
ada motif yang lain,” kata Fei Yu menuduh Jing Yuan. “Menantuku, kamu harus
melindungin dirimu sendirinya,” kata Fei Yu pada Wu Mei secara terang- terangan
di hadapan Jing Yuan.
Wu
Mei merasa tidak enak pada Jing Yuan, dan ingin memperingatkan Fei Yu untuk
tidak berbicara seperti itu. Tapi sebelum dia melakukannya, Jing Yuan berbicara
duluan kepada Fei Yu. “Tuan Perdana Mentri, apa aku tidak disetujui untuk
melihat adik ku, ketika dia sedang sakit? Jika aku memiliki motif lain,
kemudian apa urusan yang kamu miliki?”
Dengan
sedikit emosi, Fei Yu menjelaskan bahwa Wu Mei adalah menantunya, jadi jika dia
ingin datang maka dia akan datang.
Dan
Jing Yuan membalas, walaupun Fei Yu marah kepadanya, tapi itu tidak akan
mengubah keputusan Kaisar yang mengalihkan hak kekuasaan transportasi kepadanya.
Jadi dia berharap, Fei Yu akan menarik kembali cakarnya.
Mendengar
itu, Fei Yu merasa sangat kesal. Tapi sebelum dia sempat berbicara, Wu Mei
menyela nya. “Aku berterima kasih pada kepedulian kalian berdua. Hanya saja,
aku tidak merasa baik hari ini, jadi aku meminta agar kalian berdua pergi,”
kata Wu Mei.
“Menantuku,”
balas Fei Yu ingin membantah. Namun dengan tegas, Wu Mei memanggil Zhang Ji
untuk mengantarkan mereka berdua pergi.
“Wu
Mei, beristirahatlah. Aku akan datang menemui mu dalam beberapa hari ini,” kata
Jing Yuan. Lalu dia menatap tajam ke arah Fei Yu, dan pergi.
Dengan
terpaksa, Fei Yu pun pergi dari sana juga. Dia pergi tanpa mengatakan apapun.
Setelah
semuanya pergi, Wu Mei menghela nafas lelah. “Aku
bahkan tidak tahu, jika gadis yang berada di luar kota itu beneran Xiao Jing
atau tidak. Akankah dia segera pulang?” pikir Wu Mei, masih mencemaskan
tentang Luo Jing.
Tags:
Unique Lady